Meneladani Generasi Terbaik

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita bahwa umat-umat terdahulu telah terjadi perpecahan, begitu juga pada umatnya. Beliau kabarkan bahwa pada umatnya pun akan terjadi perpecahan dan bahkan lebih banyak perpecahannya dibandingkan perpecahan yang terjadi pada umat-umat sebelumnya. Akan tetapi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kabar gembira bahwa ada jalan keselamatan disaat umatnya dilanda perpecahan. Jalan keselamatan yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan adalah meneladani dirinya dan juga sahabat-sahabatnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ))

“Dan sesungguhnya Bani Isroil telah terpecah-belah menjadi 72 kelompok keagamaan, dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 kelompok keagamaan. Seluruhnya berada di api neraka, kecuali satu kelompok. Mereka (para Sohabat) bertanya : ‘Siapakah satu kelompok itu wahai Rasulullah?’, maka beliau menjawab: “Mereka yang mengikuti jejakku dan jejak para Sohabatku”  (HR. at-Tirmidzi).

Lalu siapakah Sohabat Itu?

Ibnu Hajar al-’Asqolani Rahimahullah mengatakan:

(( الصَّحَابِيْ مَنْ لَقِيَ النَّبِيَّ   مُؤْمِنًا بِهِ، وَمَاتَ عَلَى اْلإِسْلاَمِ، وَلَوْ تَخَلَّلَتْ رِدَّةٌ فِيْ اْلأَصَحِّ ))

“Sohabat adalah siapa saja yang bertemu dengan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam keadaan beriman dan mati di atas agama Islam, meskipun di sela-sela kehidupannya pernah murtad menurut pendapat yang lebih shohih.”

Mengapa Kita Diwajibkan Mengikuti Pemahaman Para Sohabat?

Sahabat-sahabat Rasulullah merupakan generasi terbaik umat ini yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikan legalitasnya untuk diikuti dalam menerapkan islam di kehidupan sehari-hari. Maka ada banyak argumen yag bisa dipertanggung jawabkan mengapa para sahabat Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam wajib untuk diteladani oleh kaum muslimin yang lainnya:

1. Karena mereka adalah kaum yang telah diridhoi oleh Allah –Subhanahu wa Ta’ala-.

Cukuplah keutamaan dan kemuliaan bagi para Sohabat, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah meridhoi mereka. Dan apabila suatu kaum telah diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka sangat mustahil mereka berada dalam kesesatan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala  berfirman:

Sesungguhnya Allah telah ridho terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan ke-menangan yang dekat (waktunya). Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Fath [48]: 18-19).

Ibnu Hazm Rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang telah Allah kabarkan, bahwasanya Dia mengetahui hati mereka, meridhoi mereka, dan menurunkan ketenangan kepada mereka, maka tidak boleh bagi seorangpun menahan diri atau ragu terhadap mereka”

Bahkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa orang yang membenci para Sohabat dan tidak meridhoi mereka adalah orang munafik.

Rasulullah  Shalallahu ‘alaihi wa Sallam  bersabda tentang kaum Anshor:

 ((لاَ يُحِبُهُمْ إلاَّ مُؤْمِنٌ وَلاَ يُبْغِضُهُمْ إِلاَّ مُنَافِقٌ ))

“Tidaklah ada yang mencintai mereka kecuali orang mukmin dan tidaklah ada yang membenci mereka kecuali orang munafik.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

 2. Allah Subhanahu wa Ta’ala- telah menjamin surga bagi mereka.

Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjamin surga bagi mereka, di antaranya adalah :

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muha-jirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]: 100)

Abu Shokhr bin Ziyad Rahimahullah berkata kepada Muham-mad bin Ka’ab al-Qurodzi Radiyallahu ‘anhu, “Ceritakan kepadaku tentang para Sohabat Nabi Radiyallahu ‘anhum!” Maka ia berkata:  “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengampuni semua Sohabat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan menjamin surga bagi mereka dalam al-Qur’an, baik mereka yang berbuat baik atau tidak.”. Maka aku katakan kepadanya, “Di surat apa Allah Subhanahu wa Ta’ala menjamin surga bagi mereka?”. Maka ia menjawab, “Bukankah kamu membaca ayat:

Kemudian ia berkata : “Dalam ayat itu Allah menjamin surga dan keridhoan-Nya bagi semua Sohabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, dan memberikan satu syarat bagi para tabi’in yang tidak diberikan kepada mereka.” Dikatakan kepadanya:  “Apa syaratnya?”. Maka ia menjawab “Disyaratkan bagi mereka agar mengikuti para Sohabat dengan baik.”. Maka Abu Shokhr berkata: “Seolah-olah aku belum pernah membaca ayat itu sebelumnya”

Ibnu Hazm berkata Rahimahullah: “Para Sohabat semuanya dijamin masuk surga secara qoth’i (pasti)”

3. Mereka telah dipuji oleh Allah -Subhanahu wa Ta’ala- dalam kitab – kitab sebelumnya.

Penyebutan keutamaan para sohabat Radhiyallahu ‘anhum, keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka dan sifat-sifat mereka tidak terbatas pada al-Qur’an, tapi juga termuat dalam kitab-kitab suci terdahulu, seperti Taurot dan Injil.

 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat. Adapun sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang Mukmin). Allah menjan-jikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. al-Fath [48]: 29).

Imam asy-Syafi’i  berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji Sohabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam al-Qur’an, Taurot, dan Injil, karena merekalah yang menyampaikan kepada kita sunnah-sunnah Rosulululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan menyaksikan langsung turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, sehingga bisa mengetahui apa yang dimaksud ayat tersebut dan mengetahui sunnahnya.  Dan mereka lebih tinggi dari kita semua dari segi ilmu, akal, kewaro’an, dan ijtihad. Pendapat-pendapat mereka lebih terpuji dan lebih utama dibandingkan pendapat kita. (Ketika ada perbedaan pendapat) tidak boleh bagi kita keluar dari pendapat-pendapat mereka. Apabila salah seorang dari mereka berpendapat dan tidak ada yang menyelisihinya maka kita jadikan pendapatnya sebagai hujjah (argumentasi).

4. Mereka adalah sebaik-baik umat.

Seluruh kaum Muslimin, baik yang terdahulu ataupun sekarang telah sepakat bahwa mereka adalah sebaik-baik umat, hal ini sebagaimana tazkiyah (rekomendasi) Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka :

“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah..”  (Qs. Ali-Imron [3]: 110).

Adh-Dhohhak Rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat ini :  “Mereka adalah Sohabat Rasulullah  yaitu para perawi hadits dan para da’i yang Allah perintahkan kepada kaum Muslimin agar menaati mereka.”

Dari Jabir bin ’Abdillah Radhiyallahu ‘anhuma ia berkata:

(( قَالَ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ  يَوْمَ الْحُدَيْبِيَّةِ  أَنْتُمْ خَيْرَ أَهْلِ الأَرْضِ وَكُنَّا أَلْفًا وَأَرْبَعُمِائَةٍ وَلَوْ كُنْتُ أَبْصَرُ اليَوْمَ َلأَرَيْتُكُمْ مَكَانَ الشَّجَرَةِ ))

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepada kami pada hari Hudaibiyah :“Kalian adalah sebaik-baik penghuni bumi”  Jabir berkata : “Dan jumlah kami ketika itu adalah seribu empat ratus orang, seandainya hari ini mataku masih bisa melihat niscaya akan aku tunjukkan tempat pohon itu.” (HR. al-Bukhori).

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

(( خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ, ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ, ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ))

“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu para Sohabat), kemudian yang sesudahnya (masa tabi’in) kemudian yang sesudahnya (masa tabi’ut tabi’in)”  (HR. al-Bukhori dan Muslim).

Sebagian ulama berkata dalam sebuah syairnya:

فَكُلُّ خَيْرٍ فِيْ تِّبَاعِ مَنْ سَلَفَ

وَكُلُّ شَرٍّ فِيْ ابْتِدَاعِ مَنْ خَلَفَ

“ٍSesungguhnya setiap kebaikan adalah mengikuti jalannya kaum salaf (tiga generasi terbaik), dan setiap keburukan adalah mengikuti kebid’ahan kaum kholaf (siapa saja yang menyelisihi meto-dologi Nabi dan para Sohabat dalam beraqidah, seperti Khowarij, Mu’tazilah, Syi’ah dan lain-lain)”

5. Para Sohabat adalah kaum pilihan yang dipilih langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala- untuk menemani Rasulullah –Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Katakanlah: “Segala puji bagi Allah dan kese-jahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya…” (QS. an-Naml : 59)

Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Mereka adalah para Sohabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.”

‘Abdulloh bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu berkata:

((إِنَّ اللَّهَ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ  خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ فَوَجَدَ قُلُوبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ يُقَاتِلُونَ عَلَى دِينِهِ، فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُونَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ حَسَنٌ، وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ سَيِّئٌ))

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat hati hamba-hamba-Nya, dan Allah mendapati hati Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah sebaik-baiknya hati manusia, maka Allah pilih Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sebagai utusan-Nya dan Allah memberikan risalah kepadanya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat dari seluruh hati hamba-hambanya setelah Nabi-Nya, maka didapati bahwa hati para Sohabat Radhiyallahu ‘anhum  merupakan hati yang paling baik sesudahnya, maka Allah jadikan mereka sebagai pendamping Nabi-Nya yang mereka berperang untuk agama-Nya. Apa yang dianggap baik oleh para Sohabat, maka hal itu baik pula disisi Allah, dan apa yang mereka (para Sohabat) anggap buruk, maka disisi Allah hal itu adalah buruk”

Qotadah Rahimahullah berkata, “Orang yang paling berhak kalian percayai adalah para Sohabat karena mereka adalah kaum pilihan yang dipilih langsung oleh Allah  untuk menemani Nabinya dan menegakkan agama-Nya.”

6. Para Sohabat adalah pembawa keamanan bagi umat.

Suatu kaum apabila telah mendapatkan jaminan bahwa mereka adalah pembawa keamanan bagi umat maka sangat mustahil membawa bencana bagi umat dengan pemahaman yang sesat. Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

 (( النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ، فَإِذَا ذَهَبَتِ النُّجُومُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ، وَأَنَا أَمَنَةٌ لأَصْحَابِى، فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِى مَا يُوعَدُونَ، وَأَصْحَابِى أَمَنَةٌ لأُمَّتِى فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِى أَتَى أُمَّتِى مَا يُوعَدُونَ ))

“Bintang-bintang itu keamanan bagi langit, maka apabila ia pergi datanglah apa yang dijanjikan bagi langit. Aku adalah keamanan bagi para Sohabatku, maka apabila aku pergi datanglah pada Sohabatku apa yang dijanjikan kepada mereka. Dan para Sohabatku adalah keamanan bagi umatku, maka apabila mereka pergi datanglah apa yang dijanjikan kepada umatku.”  (HR. Muslim).

7. Allah Subhanahu wa Ta’ala- menjadikan keimanan para Sohabat sebagai standar keimanan yang benar bagi generasi setelahnya.

Demikian tingginya kedudukan para Sohabat Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan keimanan mereka sebagai satu-satunya standar keimanan yang benar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kalian telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kalian). Maka Allah akan memelihara kalian dari mereka. Dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS. al-Baqoroh [2]: 137).

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan keimanan para Sohabat sebagai standar keimanan yang benar. Barangsiapa yang cara berimannya mengikuti cara beriman para Sohabat, maka keimanannya benar. Sedang-kan mereka yang cara berimannya tidak mengikuti cara berimannya para sohabat, maka keimanannya menyimpang lagi sesat.

8. Mereka adalah orang yang paling dalam ilmunya, paling paham terhadap tafsir al-Qur’an dan paling pandai dalam bahasa Arab.

Untuk memahami al-Qur’an dan hadits dibutuhkan pengetahuan yang luas tentang bahasa Arab, karena dengan bahasa itulah al-Qur’an diturunkan, dan orang yang paling paham terhadap bahasa Arab adalah para Sohabat, karena bahasa mereka masih murni belum tercampur dengan ’ajam  (non Arab).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (QS.Yusuf [12]: 108)

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa orang yang mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yaitu para Sohabat berada di atas hujjah yang nyata untuk mendakwahi umat kepada jalan yang benar, maka sungguh mustahil apabila perkataan mereka tidak berlandaskan di atas ilmu.

Masruq bin al-Ajda’ Rahimahullah berkata :“Tidaklah kami bertanya kepada para Sohabat Radhiyallahu ‘anhum tentang suatu perkara melainkan jawabannya ada dalam al-Qur’an, akan tetapi kita tidak tahu karena lemahnya pemahaman kita terhadap al-Qur’an.” Wallahu ’alam. (Red-HASMI)

 

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *