Orang bijak berkata: “kalau pedang lukai tubuh masih bisa harapan sembuh, kalau lidah lukai hati, ke mana obat hendak dicari”. Mulutmu, harimaumu. Apa hubungannya mulut dengan harimau? Apakah artinya sama-sama memiliki mulut? Peribahasa ini mengajarkan arti kepada kita tentang seseorang yang bisa celaka disebabkan mulutnya. Walaupun 14 abad yang silam, Nabi telah memberitahukan kepada umatnya.
Demikianlah ungkapan untuk menyatakan sifat lisan yang tak bisa dipegang. Mengecewakan dan menyakitkan. Banyak manusia yang berjatuhan ketika tidak menjaganya lantaran tindak kejahatan yang dikandung memiliki daya hancur tinggi.
Suatu ketika Umar bin Khoththob memergoki Abu Bakar sedang menarik-narik lidahnya. Ketika ditanya, Abu Bakar menjawab bahwa lidah adalah organ tubuh yang harus banyak-banyak dikekang. Apa yang dilakukan Abu Bakar sebagai simbol marabahaya lidah, memang beralasan. Banyak isyarat Nabi yang menjelaskan tentang dampak negatif organ tubuh yang mungil namun membahayakan ini.
Lidah termasuk nikmat Alloh yang sangat besar bagi manusia. Kebaikan yang diucapkannya melahirkan manfaat yang luas, dan kejelekan yang dikatakannya membuahkan ekor keburukan yang panjang. Barangsiapa yang mengumbar lidahnya dan melepaskan kekang yang mengendalikannya, maka dia akan terperosok ke dalam jurang curam yang berbahaya.
Siapapun tidak akan selamat dari kejahatan lidah, kecuali bila dia mengikatnya dengan kendali syari’at, sehingga tidak berbicara kecuali tentang hal yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Lidah bisa membuat anggota-anggota badan melakukan kemaksiatan, karena tidak sukar untuk menggerakkannya, dan tidak sulit untuk mempergunakannya. Dia adalah alat yang paling penting yang bisa dimanfaatkan oleh setan dalam menjerumuskan manusia.
Kedua mata, amalannya hanya sebatas pada memandang. kedua telinga hanya sebatas mendengar, dan tangan hanya bisa menyentuh. Sedangkan lidah, sekalipun kecil, bisa menjangkau segala sesuatu, baik yang hak maupun yang batil, menolak atau menerima, taat atau maksiat, iman atau kufur.
Satu hal yang aneh, sebagaimana dikatakan Ibnul Qoyyim al Jauziyah , bahwa manusia amat lemah dalam memelihara dan menjaga diri dari memakan makanan yang haram, berbuat dzalim, berzina, mencuri, minum khamr, memandang yang haram, dan yang lainnya. Dibandingkan itu semua, tidak ada yang lebih sukar daripada memelihara gerakan LIDAH, sehingga kita sering melihat seseorang yang mampu melaksanakan ajaran agama, zuhud dan rajin beribadah, namun sering mengucapkan kata-kata yang mengundang kemurkaan Alloh (al Jawab al kafi)
Oleh karena itu, jelaslah bahwa keselamatan seorang hamba tergantung kepada pemeliharaan lidahnya dari kejelekan. Nabi menasihati ‘Uqbah bin Amir ketika dia bertanya tentang keselamatan. Lalu beliau menjawab, “Peliharalah lidahmu, betahlah tinggal di rumahmu dan tangisilah dosa-dosamu.” (HR. at-Tirmidzi)
Nabi pun memberikan nasehat kepada Mu’adz: “Pelihara ini olehmu!” Muadz bertanya; ‘Wahai Rosululloh, apakah kita akan disiksa karena apa-apa yang kita katakana?’ lalu beliau menjawab; “Celakalah engkau! Tidaklah manusia dipanggang wajah mereka di neraka, kecuali karena penyelewengan lidah-lidah mereka . (HR. at-Tirmidzi)
Seluruh anggota badan manusia menuntut lidah agar istiqomah pada kebenaran dan tidak menyeleweng. Tidaklah satu hari terlewatkan oleh seseorang, kecuali anggota tubuhnya selalu mengingatkan lidah dengan berkata; Takutlah kepada Alloh tentang kami, karena keselamatan kami tergantung kepadamu bila engkau beristiqomah, namun bila engkau menyimpang, kamipun akan menyimpang pula.”
Bila kita telah mengerti bahwa akan dihisab dan dibalas atas segala ucapan lidah, maka akan tahu bahaya kata-kata yang diucapkan lidah dan akan mempertimbangkannya. Bila ucapan itu baik, maka katakan, namun bila tidak, maka tahanlah. Lidah adalah salah satu tanda ayat Alloh . Lidahlah yang akan menjadi saksi pada hari kiamat. Alloh berfirman: “Pada hari ketika lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa-apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. an-Nur [24]: 24)
Mari senantiasa kita ingat, sesungguhnya lidah itu mempunyai dua macam penyelewengan. Bila dia lolos dari penyelewengan pertama, maka dia tak akan bersih dari hal kedua, yaitu penyelewengan dalam berbicara dan penyelewengan ketika diam. Kadang kala yang kedua bisa lebih fatal akibatnya dari yang pertama. Orang yang diam dari kebenaran adalah syaithan yang bisu, dia bermaksiat kepada Alloh dan menantang-Nya serta tertipu. Berbicara batil adalah syaitan yang sedang berbicara, diapun bermaksiat kepada Alloh . Sedangkan orang yang pertengahan, adalah orang yang berjalan di atas shirotulmustaqim, yang menahan lidahnya dari kebathilan dan berkata dalam hal kebenaran yang mengandung manfaat di akherat (al-Jawab al-Kafi, Ibnul Qayyim al-Jauziyah)
Semoga kita termasuk golongan pertengahan yang selamat, Rosululloh bersabda, “Penyebab terbesar manusia masuk ke dalam neraka adalah mulut dan farji.” Dan jugai Rosululloh bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam.” Ini adalah hadits yang jelas yang menjelaskan bahwa kita tidak pantas berbicara kecuali pembicaraan yang baik yang jelas-jelas mengandung maslahat. Bila diragukan kandungan maslahatnya, maka janganlah berbicara. (HR. al-Bukhori dan Muslim )
Para sahabat telah mengetahui bahaya lidah, maka mereka memepergunakannya dalam kebaikan dan memelihara dari kejelekan. Abu Bakar as-Shiddiq menunjuk lidahnya, lalu berkata, “ inilah yang mengakibatkan timbulnya dosa.” Abdullah bin Mas’ud berkata: “Demi Alloh yang tidak ilah selain Dia, tidak ada sesuatu apapun yang lebih pantas untuk dipenjara daripada lidah.”
Berkata Imam an-Nawawi , “Ketahuilah, wajib bagi setiap mukallaf memelihara lidahnya dari setiap ucapan, kecuali ucapan yang jelas-jelas mengandung manfaat, maka berdasarkan SUNNAH dia harus menahan diri dari padanya, karena kadang-kadang ucapan mubah bisa mengarah kepada hal-hal yang makruh atau haram. Hal ini sering sekali terjadi, sedangkan keselamatan tak ada bandingannya.”
Lidah seorang muslim seharusnya senantiasa dibasahi oleh dzikir kepada Alloh . Maka ucapan tasbih, tahmid, takbir, istighfar, membaca al-Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar, mendamaikan pihak yang bersengketa, dan lain-lain merupakan kebaikan yang sangat luas. Bukan basah dengan kata-kata tiada makna apa lagi mengandung dosa atau kemaksiatan.
Jenis-jenis bahaya lidah dan akibatnya:
- Fitnah, artinya adalah sebagai perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang lain. Bahaya lidah ini sangat berbahaya, merugikan dan tentunya dibenci oleh Alloh .
- Ghibah (silahkan bisa dibaca di Majalah gerimis edisi bulan Oktober).
- Berkata bohong, bagi sebagian orang, kegiatan berbohong menjadi hal biasa. Padahal berbohong adalah salah satu ciri kemunafikan. Berbohong adalah berkata tidak sebenarnya atau tidak sesuai dengan kenyataan. Biasanya berbohong ini dilakukan untuk menutupi kekuragan dirinya.
- Mengumpat atau mencaci orang, tidak sedikit lidah ini berkata kasar, memaki, meremehkan orang lain. Sehingga bisa menyebabkan terputusnya persahabatan dan silaturahim.
- Mengadu domba atau namimah, mengadu domba adalah sebuah perbuatan yang bisa membuat manusia yang satu dengan yang lain berselisih. Atau bisa dalam bentuk mengadukan pembicaraan seseorang kepada yang lainnya dengan tujuan merusak hubungan keduanya sehingga menyulup api permusuhan, kebencian dan memutuskan hubungan kekerabatan diantara mereka.
- Bertengkar. Bertengkar adalah sebuah aktifitas manusia berhubungan dengan orang lain. Biasanya terjadi karena ada kesalah pahaman diantara kedua belah fihak. Ketika bertengkar, biasanya kadar emosi seseorang bisa naik. Maka bahaya lidah kalau sudah seperti ini harus segera dikendalikan.
- Berdebat kusir, berbelit-belit, maksudnya membahas sesuatu yang tidak ada batasnya. Selain membuang-buang waktu, kegiatan ini juga bisa melebar ke penyakit lisan yang lain. Untuk itu, seorang muslim adalah pribadi yang piawai di dalam mengatur waktunya. Waktu adalah modal terbear manusia setelah keimanan. Sedangkan peribadatan sangat erat kaitannya dengan waktu, kalau waktunya habis sia-sia tanpa melakukan ibadah, maka akan menjadi orang yang merugi.
- Menambah kata-kata yang tidak perlu, biasanya dilakukan dengan maksud mendapatkan pujian, atau agar sesuatu seolah-olah menjadi kelihatan hebat, padahal faktanya sama dengan yang lain. Perbuatan ini merupakan perbuatan yang berlebih-lebihan. Alloh tidak menyukai setiap hal yang berlebih-lebihan. Bahkan bisa menyulut konflik yang menyulut persaingan tidak sehat, serta budaya yang tidak sehat.
Pembaca yang budiman, sebagai penutup renungkanlah beberapa bait kata mutiara di bawah ini,
Sesuatu yang paling berat di dunia adalah memegang amanah,
Sesuatu yangl paling ringan di dunia adalah meninggalkan sholat,
Sesuatu yang paling jauh di dunia adalah masa lalu,
Sesuatu yang paling dekat di dunia adalah mati,
Sesuatu yang paling besar di dunia adalah hawa nafsu,
Sesuatu yang paling tajam di dunia adalah lidah manusia. Wallohu al Musta’an
(Dikutip dari kitab yang berjudul al-Bayan fi āfaati al–lisan, karya ‘Abdulloh bin Jaarulloh dan sumber yang lain)