“Bukanlah kebaikan (ketika) harta menjadi banyak, sifat pemurahmu menjadi besar dan engkau bangga menyembah Tuhanmu. Apabila engkau berbuat baik, maka memujilah Alloh, apabila engkau berbuat baik, maka memujilah Alloh, apabila engkau berbuat jelek, maka memohonlah ampun kepada Alloh. Tidak ada kebaikan di dunia kecuali bagi salah seorang di antara dua yaitu: seseorang yang melakukan suatu dosa lalu dia menopang dosa itu dengan taubat atau seseorang yang bergegas dalam melakukan kebaikan, dan amalan yang bernilai takwa itu tidak menyusut, bagaimana menyusut sesutau yang diterima itu?
(Ali Bin Abi Tholib –Radhiyallahu ‘Anhu-)
Biogarfi Ali Bin Abi Tholib Radhiyallahu ‘Anhu :
– Kelahirannya
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu lahir pada tahun kedua puluh sebelum kenabian, tumbuh dan berkembang dalam bimbingan rumah tangga kenabian, dia adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak kecil. Nabi saw pernah bersabda kepadanya:
“Tidakkah engkau rela jika kedudukan dirimu terhadapa diriku sama seperti kedudukan Harun terhadap Musa as, hanya sanya tidak ada nabi setelahku”. (HR. Muslim).
– Gambaran fisiknya
Ali Radhiyallahu ‘anhu memiliki warna kulit hitam manis, berjenggot lebat, badannya besar dan kekar serta berwajah tampan. Dada dan kedua pundaknya padat dan putih, memiliki bulu dada dan bahu yang lebat, ringan langkah ketika berjalan.
– Nasabnya
Nama lengkap beliau, Ali bin Abi Thalib bin Abdi Manaf bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah
Ayahnya bernama Abdi Manaf atau yang lebih dikenal dengan Abu Thalib, sedangkan ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay.
– Perjalanan Hidupnya
Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama yang memeluk Islam dari kalangan anak-anak yang ketika itu baru menginjak usia 10 tahun. Hal ini karena beliau adalah seorang anak yang hidup dalam asuhan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallan, dimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kepada ayah Ali bin Abi Thalib agar Ali diperbolehkan untuk diasuh oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ali turut berhijrah setelah Rasulullah keluar dari kota Makkah. Rasulullah menugaskannya untuk membereskan hutang piutang beliau dan mengembalikan barang-barang yang dititipkan kepada beliau. Kemudian Ali menyusul beliau setelah melaksanakan perintah beliau dan turut berhijrah. Rasulullah mempersaudarakannya dengan Sahal bin Hunaif.
Ali radhiyallahu ‘anhu juga dikenal sebagai sosok yang berani, hal ini bisa dilihat dari sepak terjangnya dalam membela agama agama Allah Subhanahu wa ta’ala. Beliau siap menempati ranjang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menggunakan selimut Rasulullah ketika orang-orang kafir mengepung rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membunuhnya. Ali radhiyallahu ‘anhu berani mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di medan pertempuran, Ali bin Abi Thalib tampil dengan gagah berani, beliau ikut dalam perang Badar dan memiliki jasa yang besar dalam peperangan tersebut. Beliau juga turut serta dalam peperangan Uhud. Dalam perang Khandaq, beliau berhasil menewaskan jagoan Arab yang sangat terkenal, yakni Amru bin Abdi Wud al-’Amiri. Beliau juga turut serta dalam perjanjian Hudaibiyah dan Bai’atur Ridhwan. Beliau juga mengikuti peperangan Khaibar. Dalam peperangan ini beliau menunjukkan aksi yang luar biasa dan kepahlawanan yang mengagumkan. Allah memberi kemenangan lewat tangannya. Dan dalam peperangan ini beliau berhasil menewaskan Mirhab al-Yahudi.
Ketika Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah keempat, situasi dan suasana kota Madinah sangat mencekam, dikuasai oleh para pemberontak yang telah menodai tanah suci Madinah dengan melakukan pembunuhan secara keji terhadap Khalifah ketiga, Uts-man bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu. Ali bin Abi Thalib pun pada akhirnya dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, salah seorang tokoh khawarij yang memendam dendam kepada Ali radhiyallahu ‘anhu karena beliau dianggap telah menghabisi rekan-rekannya dari kalangan khawarij. Ibnu Muljam berhasil mendaratkan pedangnya di kepala Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib, pada dini hari Jum’at, 17 Ramadhan, tahun 40 H. dan beliau wafat keesokan hari-nya. (Red-HAMI).