Saudaraku kaum muslimin…
Generasi demi generasi terus berganti seiring rentang waktu yang semakin jauh, maka semakin jauhlah generasi dari risalah wahyu Ilahi yang murni, hingga badai pun menerjang kemurnian agama Islam, dimulai dari penyimpangan selang-kah-demi selangkah, kebid’ahan demi kebid’ahan dan bahkan kesyirikan semakin mengakar kuat, sehingga menambah jauhnya jalan kehidupan ummat dari kemurnian. Namun, satu hal yang harus senantiasa kita ingat dan pahami bersama, bahwa Alloh telah berjanji akan tetap menjaga serta memelihara sumber mata air kemurnian Islam yang terakhir hingga akhir masa, sesuatu yang tidak dilakukan-Nya untuk kitab-kitab sama-wi yang lainnya.
Alloh berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
Selain al-Qur’an, Alloh juga menurunkan mata air yang semisal dengannya yaitu al-Hadits atau as-Sunnah.
Alloh berfirman:
“…Alloh telah menurunkan al-Kitab dan al-Hikmah kepadamu…” (QS. an-Nisa: 113)
Imam Asy-Syafi’i rhm berkata, “Ketika Alloh menyebut al-Kitab, hal itu berarti al-Qur’an, dan ketika menyebut al-Hikmah, yang dimaksud adalah as-Sunnah, itu menurut para ahli ilmu al-Qur’an yang aku dengar.” (al-Umm [1]: 34)
Rosululloh bersabda:
(( أَلاَ إِنِّيْ أُوْتِيْتُ اْلكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ ))
“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan al-Kitab (al-Qur’an) dan wahyu yang semisal de-ngannya (yaitu al-hadits).” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Ketika Alloh menjaga al-Qur’an, maka secara otomatis as-Sunnah pun terjaga karena as-Sunnah adalah penjelas dari al-Qur’an. Penjagaan ini meliputi lafadz maupun maknanya.
Kewajiban Kembali Kepada Sumber Mata Air Kemurnian
Sebagaimana telah disabdakan, maka setelah Rosululloh wafat, pintu perselisihan pun mulai terbuka di tubuh kaum muslimin, benih-benih penoda kemurnian mulai bermunculan. Tidak ada yang selamat dari makar Iblis dan bala ten-taranya kecuali orang-orang yang dirahmati Alloh, yaitu yang tetap berpegang teguh kepada sumber mata air kemurnian yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.
Alloh telah memberikan solusi ketika ter-jadi perselisihan dalam semua permasalahan:
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul(Nya), dan ulil amri di antara kalian. kemudian jika kalian berlainan pen-dapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Alloh (al-Qur’an) dan Rosul (sunnahnya)…” (QS. an-Nisa: 59).
Rosululloh bersabda:
“Barangsiapa yang hidup setelahku maka akan melihat perselisihan yang banyak, oleh ka-rena itu hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Khulafaurrosyidin yang mendapatkan petunjuk setelahku, gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru, karena perkara yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu adalah sesat” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Hakim)
Sebaliknya Alloh mencela bagi seseorang yang menjadikan persangkaan (zhon) dan hawa nafsunya sebagai solusi dari perselisihan yang ada. Karena mengikuti persangkaan (zhon) merupakan kejahilan dan mengikuti hawa nafsu tanpa petun-juk dari Alloh swt merupakan kezholiman.
Alloh berfirman:
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan be-laka…” (QS. al-An’am: 116)
Alloh juga berfirman:
“Maka jika mereka tidak Menjawab (tanta-nganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak men-dapat petunjuk dari Alloh sedikit pun. Sesungguh-nya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim.” (QS. al-Qhoshos: 50)
Jaminan Kepada Orang Yang Berpegang kepada Sumber Mata Air Kemurnian
Alloh telah memberikan jaminan kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa menjadikan sumber mata air kemurnian yang berasal dari Alloh dan Rosul-Nya, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman hidupnya. Di antara jaminan tersebut adalah:
- Selamat Dari Kesesatan
Jaminan ini hanya untuk mereka yang taat kepada Alloh dan Rosul-Nya, sebaliknya me-reka yang durhaka kepada Alloh dan Rosul-Nya, maka ia akan tersesat dengan kesesatan yang nyata.
Alloh berfirman:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang muk-minah, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan me-reka. Dan barangsiapa mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya, maka sungguh-lah dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (QS. al-Ahzab: 36)
Rosululloh bersabda:
))تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ ((
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu: Kitabulloh (al-Qur’an) dan sunnah Nabi-Nya.” (HR. Tirmi-dzi, Abu Dawud dan Ahmad)
- Mendapatkan Kemenangan Yang Besar
Kemenangan di sini bukan hanya kemenangan di dunia saja akan tetapi kemenangan yang lebih besar lagi yang akan diperoleh di akhirat kelak dengan masuknya ke dalam Surga yang penuh dengan kenikmatan.
Alloh berfirman:
“Barangsiapa mentaati Alloh dan Rosul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat ke-menangan yang besar.” (QS. al-Ahzab: 71)
Ibnu Katsir berkata, ”Kemenangan yang besar itu adalah selamatnya dari api neraka Jahan-nam dan mendapatkan kenikmatan yang aba-di (yaitu Surga).”
Di ayat yang lain Alloh lebih memperjelas lagi tentang kemenangan tersebut, sebagaimana firman-Nya:
”Barangsiapa taat kepada Alloh dan Rosul-Nya, niscaya Alloh memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-su-ngai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. an-Nisa: 13)
Saudaraku kaum muslimin….
Demikianlah, Tidak ada solusi untuk sebuah persatuan sejati, kebangkitan sejati, keselamatan dan kemenangan yang besar, kecuali harus kembali kepada sumber mata air yang murni yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.
”Tentang sesuatu apapun kalian berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Alloh. (yang mempunyai sifat-sifat demikian) Itulah Alloh Robb-ku. kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. asy-Syuro: 10)
Wallohu a’lam.