Munafik atau kaum munafikun adalah musuh Islam dan kaum Muslimin sepanjang masa dan di pelbagai tempat. Permusuhan kaum Muslimin terhadap orang munafik, bukan tanpa sebab tak berdasar. Permusuhan tersebut adalah permusuhan abadi sepanjang zaman, sebagai bagian dari sunnatullah, ketentuan Alloh yang berlaku konstan dalam alam realita hingga hari kiamat, yaitu konflik antara yang benar (Islam) dan yang batil (termasuk nifaq), atau yang sering diistilahkan dengan terma al-shiraa’ baina al-haqq wa al-baathil.
ALASAN LAIN PERMUSUHAN
Di samping alasan tersebut di atas, sebenarnya ada kurang lebih lima alasan ideologis fundamental yang melatarbelakangi kaum Muslimin untuk memusuhi sang munafik, baik secara personal (individual) atau komunal (kaum), yaitu:
- Karena Alloh telah mengumandangkan permusuhan kepada orang munafik.
Alloh berfirman:
“…mereka (munafik) itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Alloh membinasakan mereka….” (QS. al-Munafiqun [63]: 4)
- Karena di awal al-Qur’an, tepatnya dalam surat al-Baqoroh, Alloh mengklasifikasi umat manusia menjadi tiga tipologi, yaitu Mukminin, kafirin dan munafikin.
Dari ketiga tipologi tersebut, ternyata gambaran global dan sepintas tentang munafik “lebih banyak” dikemukakan dan dijabarkan. Ini menunjukkan besarnya bahaya dan “ketidakjelasan eksistensi” mereka di antara kedua tipologi lainnya, karena munafik adalah orang yang bermuka dua, tidak jelas eksistensi keberadaan dan arah tujuannya, kecuali sekedar “mencari aman” dan “mengambil keuntungan”, untuk kemudian menikam “teman seperjalanan” dan “kawan seiring”.
Alloh berfirman:
“Mereka (munafik) dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir); tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.” (QS. an-Nisa’ [4]: 143)
Sehingga munafik pun layak untuk mendapatkan balasan seperti yang Alloh firmankan:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka….” (QS. an-Nisa’ [4]: 145)
- Karena Rosululloh dalam haditsnya banyak menjelaskan keadaan orang-orang munafik dan bahaya sifat kemunafikan.
- Karena munafik adalah personal yang banyak disematkan sifat-sifat buruk dan karakter negatif.
Syaikh Zaidan (2005: 380-386) menyebutkan 15-an sifat munafik. Menurut penelusuran Syaikh al-Syaddi (2003: 84-304), dalam al-Qur’an saja ada 30-an karakter asasi yang negatif dari munafik, sedangkan Syaikh al-Qahthani (2000: 211-213) mendeteksi sekitar 57-an sifat buruk munafik tersebut. Namun hal ini bukan sebagai pemastian jumlah, terlebih bila penelusuran sifat dan karakter tersebut ditindaklanjuti dari nash-nash hadits, tentunya akan diketemukan karakter buruk yang fantastis jumlahnya.
- Karena di saat wahyu masih turun, yaitu semenjak zaman Rosululloh dan para sahabatnya , bahkan di setiap tempat dan sepanjang sejarah kehidupan, munafik adalah penentang dakwah Islam yang gigih, namun mereka “pintar” mengemas dan menyembunyikan rapat-rapat virus kemunafikannya, hingga sering mengecoh umat.
Dalam tesis Magister Syaikh al-Syaddi (2003: 421-460), dinyatakan bahwa karena andil dan saham kaum munafikin pulalah yang menyebabkan terbunuhnya sahabat ‘Utsman bin ‘Affan , jatuhnya kota Baghdad di tangan si bengis tak berperikemanusiaan Hulagu Khan dengan bantuan kaum munafikin dari Syi’ah Rafidhah, dan hancurnya Khilafah ‘Utsmaniyyah Turki di tangan si munafik zindik yang bernama Musthafa Kemal yang sejatinya adalah Yahudi tulen, serta merebaknya berbagai penyakit sosial masyarakat, seperti kecurigaan, dendam kesumat, perpecahan dan lain sebagainya.
SIKAP LAINNYA
Akhirnya, selain sebagai kaum Muslimin kita “harus” memusuhi dan mewaspadai sepak terjang orang munafik dan kaum munafikin, kitapun diperintahkan untuk “mengkhawatirkan” sifat munafik menyusup dan berjangkit dalam diri kita semua, baik secara personal (pribadi) maupun komunal (masyarakat).
Ibnu Abi Mulaikah berkata:
(( أَدْرَكْتُ ثَلاَثِيْنَ مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ، كُلَّهُمْ يَخَافُ النِّفَاقَ عَلَى نَفسِهِ ))
“Saya menjumpai 30-an shahabat Rosululloh , dan semuanya khawatir bila virus kemunafikan menjangkiti diri mereka.”
Sebagai penutup, yang dimaksud nifaq atau kemunafikan adalah penyakit hati yang berpura-pura menampakkan karakter Islam dan kebajikan secara lahir, namun secara batin sebenarnya menyembunyikan kekufuran dan mendendam kebencian kepada Islam”. Semoga Alloh menjauhkan kita dari kemunafikan, dan melindungi kita dari makar kaum munafikin. Amin….
Referensi:
‘Abd al-Karim Zaidan, 2005, Ushuul al-Da’wah, Beirut: Mu’assasah al-Risalah Nasyirun.
‘Adil bin ‘Ali al-Syaddi, 2003, Dirasah Qur’aniyyah fi al-Nifaq wa Atsaruhu fi Hayah al-Ummah, Riyadh: Dar al-Wathan.
Sa’id bin ‘Ali bin Wafh al-Qahthani, 2000, Nur al-Huda wa Zhulumat al-Dhalal fi Dhau’ al-Kitab wa al-Sunnah, Riyadh: tp.
Shalih bin Fauzān bin ‘Abdillah al-Fauzan, 2003, ‘Aqidah al-Tauhid wa Bayan Ma-a Yudhadduha au Yanqushuha min al-Syirk al-Akbar wa al-Ashghar wa al-Ta’thil wa al-Bida’ wa Ghair Dzalika, Riyadh: Dar al-Qashim dan Mu’assasah al-Haramain al-Khairiyyah.