"Shahwah “Kebangkitan” Yang Sekarang Kita Saksikan; Apakah Merupakan Bukti Dari Adanya Sebuah Kerusakan Dan Jauhnya Mereka Dari Manhaj Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Sebagaimana Yang Diyakini Oleh Sebagian orang, atau merupakan sesuatu yang berharga dan akan mendatangkan buah?"
Jawab:
Secara zhahir menurut penglihatan saya, bahwa shahwah ini memiliki dua sebab utama:
1. Keinginan (bahkan semangat) untuk kembali kepada Islam, dan hal ini umumnya terjadi di kalangan para pemikir.
Pada saat ini seseorang yang berakal akan dapat melihat apa yang dijalani oleh seluruh ummat manusia pada umumnya, berupa berbagai ketergelinciran, kekacauan, kebingungan dan keletihan jiwa.
Dan tidak ada jalan keluar dari hal tersebut kecuali dengan berpegang teguh terhadap syariat Allah swt, yang merupakan cahaya penerang bagi seluruh makhluk, agar mereka mendapat hidayah dalam kehidupannya, baik secara ilmiyah maupun amaliyah.
“Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal shalih, maka Allah akan menyempur-nakan pahala mereka dan menambah untuk me-reka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan mempe-roleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain daripada Allah” [QS. an-Nisā’ (4): 173]
Hal ini dapat dirasakan oleh seseorang yang memiliki hubungan kuat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka diapun akan merasakan kelapangan dada, ketenangan dan cahaya yang tidak didapatkannya apabila dia berpaling dari-Nya.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam kea-daan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan ke-pada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” [QS. an-Nahl (16): 97]
Para pemikir yang berakal dan cerdas memandang bahwa apabila tetap berada di jalan yang dijalani oleh kebanyakan orang, yang berupa penyimpangan akhlak, kerusakan aqidah dan kesalahan berfikir, maka ummat manusia digiring menuju kehancuran.
Dan mereka ber-pendapat bahwa seseorang harus mempunyai pijakan dan penuntun yang dapat membimbing mereka untuk kembali kepada Islam. Ini meru-pakan sebuah kebaikan yang sangat diharapkan, karena berarti mereka kembali kepada Islam dengan dasar keinginan, pengkajian dan bashīrah (nurani).
2. Karena taqlīd (ikut-ikutan).
Sesungguhnya seseorang akan taqlid satu dengan yang lainnya. Seorang pemuda apabila melihat saudara, sepupu, tetangga, atau teman-nya senang kepada kebenaran, maka ia akan mengikutinya.
Terkadang sikap ikut-ikutan ini justru mendatangkan kecintaan hati terhadap Islam, hingga merasa tenang, puas, dan bahkan istiqamah di jalannya. Namun terkadang syetan berhasil menggodanya, sehingga membuatnya mengendor dan mengikuti jalan lain (yang salah).
Akan tetapi, bersamaan dengan munculnya shahwah, kita dituntut untuk mengerahkan berbagai kesungguhan dalam mengokohkan dan menguatkan perjalanannya, serta berusaha mem-bimbingnya secara ilmiah dan amaliah, khusus-nya yang sering dilalaikan yaitu segi manhaj, tarbiyyah dan amaliah yang masih memiliki banyak kekurangan. (diringkas)
(Fatwā asy-Syaykh Ibnu ‘Utsaymīn dalam ash-Shahwah al-Islāmiyyah – Dhawābith wa Tawjīhāt)