Ya Alloh Ijinkan Aku Untuk Bertaubat
Hidup tak ubahnya seperti menelusuri jejak jalan yang becek ditepian sungai yang jernih. Kadang orang tak sadar jika kotoran yang menempel pada kaki, tubuh bahkan kepalanya sangat mungkin dibersihkan oleh air jernih dari sungai tersebut. Namun apa yang terjadi, kesadaran itu sengaja ditunda hingga mencapai tujuan terlebih dahulu.
Begitulah manusia, kita tahu dan sadar bahwa hidup tak selamanya indah. Keterjatuhan terhadap kesalahan dan kekeliruan sangat mungkin terjadi bahkan frekuensinya bisa jadi lebih dominan, akan tetapi justru manusia kadang lupa atau pura-pura lupa untuk kembali kepada ketaatan kepada Alloh subhanahu wata’ala dan menangguhkannya hingga lanjut usia kelak.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa bertaubat kepada Alloh subhanahu wata’ala setiap kali melakukan kesalahan dan dosa.
Mengenal Taubat
Secara bahasa, taubat berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan Alloh subhanahu wata’ala dan diajarkan Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam. Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Apakah penyesalan itu taubat?.” Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjawab, “Ya.” (HR. Ibnu Majah)
Hakikat taubat adalah kembali tunduk kepada Alloh subhanahu wata’ala dari bermaksiat kepada-Nya menuju ketaatan kepada-Nya. Seseorang yang berazam (meniatkan) diri dengan penyesalan yang dalam atas kemaksiatan yang ia lakukan dan bertekad untuk tidak melakukannya lagi adalah merupakan konsekuensi dari kata taubat. Walaupun dalam perjalanan hidupnya masih sesekali terjatuh dalam kesalahan dan khilaf, akan tetapi ia akan segera bangkit untuk kembali memohon ampun kepada Alloh subhanahu wata’ala.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman
“Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.”
(QS. An –Nuur [24]: 31)
Ayat di atas jelas menyebutkan bahwa orang-orang yang senantiasa bertaubat dalam hidupnya, maka mereka termasuk golongan orang yang beruntung. Bukan hanya beruntung di dunia, akan tetapi di akhirat juga. Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam pernah menyampaikan nasihat tersebut melalui Abu Hurairoh rodhiyallohu’anhu
“Segeralah melalukan amal sholeh. Akan terjadi fitnah besar bagaikan gelap malam yang sangat gulita. Ketika itu, seorang beriman di pagi hari, tiba-tiba kafir di sore hari atau beriman di sore hari, tiba-tiba kafir di pagi hari. Mereka menukar agama dengan sedikit keuntungan dunia.”
(HR. Muslim)
Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara. Pintu tobat selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas. Alloh subhanahu wata’ala selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadits, dari Abu Musa Al-Asy`ari, Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya Alloh membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat.”
(HR. Muslim)
Saatnyalah seseorang merenungi diri untuk senantiasa minta ampunan Alloh subhanahu wata’ala. Menyadari bahwa siapa pun yang bernama manusia punya kelemahan dan kekhilafan. Dan istighfar atau permohonan ampunan bukan sesuatu yang musiman dan jarang-jarang akan tetapi harus terbangun taubat yang sungguh-sungguh.
Tobat dari segala kesalahan tidak membuat seorang manusia terhina di hadapan Tuhannya. Justru, akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Karena Alloh subhanahu wata’ala sangat mencintai orang-orang yang bertobat dan mensucikan diri.
“Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 222)
Apakah Syarat Tobat?
Tobat mempunyai syarat yang harus dipenuhi dan waktu yang harus ditepati. Waktu tobat terbuka lebar hingga sebelum matahari terbit dari barat – salah satu tanda kiamat – dan sebelum datangnya sakratul maut.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ
“Dan tidaklah taubat itu diterima Alloh dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran.”
(QS. An-Nisa [4]: 18)
Inilah sebab ditolaknya taubat Fir’aun yang baru mau bertaubat saat hampir tenggelam.
Rasululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:
اِنَّ اللَهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ اْلعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْ غِرْ
“Sesungguhnya, Alloh senantiasa menerima taubatnya hamba selama belum sekarat.”
(HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Adapun syarat tobat yang harus dipenuhi adalah merasa menyesal. Nabi shollallohu’alaihi wasallam bersabda, “Penyesalan itu adalah tobat” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad). Menyesal adalah sebab utama diterimanya tobat seorang hamba karena penyesalan berkaitan erat dengan hati dan organ tubuh. Hati selalu khusyuk dan penuh kesal, mata menangis melinangkan air mata, tangan menengadah saat berdoa, dan kaki melangkah menuju ketaatan. Dengan penyesalan ini, terwujudlah berbagai amalan sholeh seperti yang dikehendaki-Nya hingga seorang hamba akan meraih kebahagiaan dari-Nya.
Maka bisa disimpulkan bahwa syarat-syarat taubat adalah:
- Menyesali perbuatan (kemak-siatan) yang telah lalu.
- Berketetapan hati untuk tidak mengulangi lagi kesalahan dan dosa yang pernah diperbuat.
- Meminta maaf atas kezaliman yang pernah dilakukan kepada orang lain.
Diterimakah Taubatku?
Menurut Imam al-Ghazali, ada be-berapa ciri yang menunjukkan tobat se-seorang diterima, di antaranya:
- Orang tersebut terlihat lebih bersih dan lebih terjaga dari perbuatan mak- Hal itu terjadi karena ia lebih bisa menahan diri. Ia seolah-olah mem-punyai rem yang pakem. Rem ini se-akan membuat dirinya terhalang dari perbuatan dosa.
- Orang yang tobatnya diterima, hatinya selalu lapang dan gembira. Ia merasa-kannya baik dalam keadaan sendiri maupun ramai. Hati orang ini dihibur oleh Alloh sehingga jernih dan la-
- Ia selalu bergaul dengan orang-orang sholeh dan mencari lingkungan yang baik pula. Orang yang sudah bertobat, namun masih kembali ke lingkungan yang tidak baik berarti ia belum sung-guh-sungguh melakukan tobat. Lain halnya jika ia kembali ke lingkungan yang sama dengan niat untuk meng-ubah lingkungan itu. Mencari ling-kungan yang baik adalah salah satu bagian yang akan membuat agama kita terpelihara.
- Kualitas amalnya semakin meningkat. Selain menahan diri dari perbuatan maksiat, ia juga semakin meningkat-kan kualitas sholatnya, shoumnya istiqomah, malamnya dihidupkan dengan tahajud, dan sedekahnya terus Inilah ciri orang yang to-batnya diterima.
- Ia senantiasa menjaga lidahnya. Ia juga sangat serius dalam menata amal- Semakin hari, kualitas amal-nya semakin terus bergerak ke arah yang lebih baik. Ia memiliki kualitas pengendalian lisan dan pikiran dengan baik. Ingatannya selalu kembali ke-pada Alloh . Hal itu ia lakukan se-cara maksimal sehingga cinta dan ke-rinduannya kepada Alloh semakin menggebu.
Demikianlah tobat, satu kata yang cukup sederhana akan tetapi mengandung makna dan pengaruh yang luar biasa ter-hadap kehidupan kita. Bahkan Alloh subhanahu wata’ala sangat menyukai setiap hamba-Nya yang bertobat. Firman Alloh subhanahu wata’ala dalam surat Al-Baqoroh:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 222).
Kita berdo’a kepada Alloh subhanahu wata’ala semoga setiap aktivitas kebaikan dan amal sholeh kita diterima oleh Alloh subhanahu wata’ala dan mengampuni semua kesalahan serta menerima setiap tobat kita. Amin.