Warga Merapi Kembali Gelar Ritual Tolak Wabah

BOYOLALI – Warga lereng Merapi di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, akan melaksanakan ritual "sedekah gunung" pada malam Sura atau 1 Muharam 1432 Hijriyah, untuk memohon keselamatan dan menolak wabah penyakit.

Tokoh masyarakat di Desa Samiran, Selo, Boyolali, Kamis, menjelaskan ritual sedekah gunung di lereng Merapi ada dua kegiatan yakni, ritual menyatukan air Gunung Merbabu dan Merapi bertujuan menolak wabah penyakit dan melarungkan kepala kerbau ke kawah Merapi yang diyakini untuk memohon keselamatan.

Warga di wilayah Selo, Boyolali, pada tahun 1946 dilanda wabah penyakit cacar. Hampir setiap hari terdengar suara kentongan bertanda adanya warga yang meninggal akibat penyakit cacar.

Warga sekitar gunung ketika itu, banyak yang meninggal dunia akibat wabah penyakit tersebut. Mereka bingung apa yang akan dilakukan untuk mengendalikan penyakit itu.

Para tokoh masyarakat di sekitar gunung kemudian berkumpul melakukan ritual keprihatinan atas wabah yang melanda warga. Mereka ritual berjalan mengelilingi desa dengan cara telanjang bulat tanpa sehelai benang yang menempel badannya.

Setelah wabah penyakit selesai dan warga sembuh dari penyakitnya, mereka kemudian melakukan selamatan tanda syukur atas dijauhkan wabah penyakit yang kini disebut "sedekah gunung".

Sedekah gunung tersebut, yakni menyatukan air yang diambil dari Gua Raja di Gunung Merbabu, tepatnya Dusun Ngaglik, Samiran, Selo dan Merapi di Dusun Pojok, Samiran tempat kepunden petilasan Ki Ageng Banyubiru atau Kebokanigoro.

Warga melakukan ritual diawali dengan membawa air dari Gua Raja yang ditempatkan tempayan diarak bersama gunungan ke Dusun Pojok atau sejauh sekitar satu kilometer.

Rombongan setelah tiba di Dusun Pojok, air dicampurkan dengan air dari petilasan Ki Ageng Banyubiru. Warga setelah itu, melakukan doa memohon agar diberikan keselamatan dan dijauhkan wabah penyakit.

Oleh kerena itu, ritual keyirikan tersebut tetap dilakukan hingga sekarang setiap malam Sura atau 1 Muharam.

Ia menjelaskan, ritual Sura tahun ini, akan dilaksanakan pada Rabu (8/12) dini hari. Ritual keyirikan akbar ini mereka yakini bertujuan untuk memohon keselamatan dan dijauhkan dari wabah penyakit pascaerupsi Merapi.

Sungguh ini adalah bentuk keyirikan kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala yang nyata yang merupakan keterpurukan yang lebih besar dibandingkan bencana yang menimpa warga gunung merapi.

Check Also

Hadirilah..!! TABLIGH AKBAR & LIQO SYAWAL Ahad, 14 Mei 2023

Hadirilah..!! TABLIGH AKBAR & LIQO SYAWAL Dengan Tema : 🌷 “Tarbiyah Romadhon Melahirkan Mujahid Dakwah” …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *