Mujahid mengatakan tentang seruan Rosul yang memberikan kehidupan kepada kaum mukminin yaitu:
“Itulah al-Qur`an yang di dalamnya me-ngandung kehidupan, keselamatan dan pen-jagaan di dunia dan di akhirat”. (Baca Tafsir ad-Durrul Mantsur karya Imam As Suyuti )
Ibnu Atiyyah al-Andalusi pun menjelas-kan dalam tafsirnya:
“Mujahid dan Jumhur Ulama mengata-kan: Artinya adalah ta’at terhadap semua yang terkandung di dalam al-Qur’an, baik berupa perintah maupun larangan. Kalimat hayat (menghidupkan) digunakan sebagai ungkapan tentang hidupnya kaum mukminin dari ke-matian kufur dan kejahilan (dengan Wahyu).” (Lihat Tafsir al-Muharrir al-Wajiz)
Dengan demikian sangat jelas bahwa de-ngan meniti, menegakkan dan memperjuang-kan wahyu Ilahi yang murnilah manusia akan berada dalam kehidupannya yang sejati dan hakiki; kehidupan ruhani yang sejati, kebang-kitan duniawi yang thoyyibah dan barokah, kebangkitan peran yang dijanjikan Alloh sebagai khalifah dan kebangkitan di akhirat selamat dari adzab api neraka dan mengenyam kebahagiaan surga tiada tara.
Dalam ayat yang sama Alloh berfirman bahwa keterpurukan yang akan menimpa umat adalah saat sosial masyarakat meninggalkan wahyu yang murni dengan mengabaikan sikap amar ma’ruf nahi munkar menjaga kemurnian Islam. Mereka sudah terlena dengan Islam palsu dan sumber-sumber agama yang sudah lama dipalsukan.
Ya… ketika da’wah dan jihad menegakkan kemurnian wahyu Ilahi telah diabaikan dan ditinggalkan, niscaya keterpurukan total di tengah manusia akan terjadi.
Untuk itu, Tak ada jalan lain yang hakiki dapat mengantarkan umat manusia kepada ke-bangkitan sejati kecuali dengan kembali ke-pada kemurnian wahyu Ilahi (al-Qur’an dan as-Sunnah) yang benar, jujur dan suci.