Para sahabat Rosululloh [saw] adalah kelompok manusia yang sangat cinta kepada Alloh [swt] dan Rosul-Nya. Tatkala datang perintah ketaatan, mereka berlomba-lomba menyongsongnya. Bahkan seringkali ketidakmampuan mereka berjihad ataupun berinfak menyebabkan mereka menangis. Ya, tangisan penyesalan seorang hamba Mukmin yang merindukan Surga Alloh [swt].
Saudaraku, perhatikanlah apa yang dilakukan Ulbah bin Zaid [ranhu], salah seorang dari golongan fakir miskin tersebut. Kala semuanya sudah jelas dan mereka belum diberi kesempatan berjihad, Ulbah bin Zaid [ranhu] kembali ke rumahnya dengan menangis. Ketika malam tiba, ia ambil air wudhu, ia laksanakan qiyamullail. Setelahnya, ia menangis sembari bermunajat pada Alloh [swt], “Ya Alloh, sesungguhnya Engkau telah memerintahkan berjihad dan aku sangat merindukannya. Kemudian Engkau tak berikan kepadaku bekal yang dengannya aku bisa berjihad dengan Rosul-Mu. Engkau juga tak memberikan kepada Rosul-Mu hewan tunggangan yang bisa membawaku bersama beliau (pergi ke medan jihad). Maka aku berinfak kepada setiap Muslim atas berbagai kezholiman yang mereka timpakan padaku.”
Ulbah bin Zaid [ranhu] sadar, ia masih belum diberi kesempatan untuk menginfakkan jiwanya melalui medan jihad. Ia juga belum mampu menginfakkan hartanya secara wajar guna meringankan beban orang lain dan dakwah di jalan Alloh [swt]. Maklum, karena ia adalah seorang fakir yang yang hanya memiliki harta terbatas. Keterbatasan hartanya hanya bisa membawanya menjadi orang yang mau berbagi kepada sesama. Ia berikan apa yang ia punyai pada orang lain ala kadarnya. Ya, hanya ala kadarnya saja. Dalam keadaan sesulit apapun, Ulbah bin Zaid [ranhu] tak pernah lekang dari niat berinfak di jalan Alloh [swt]. Ia selalu rindu kebaikan. Subhanalloh…kejujuran dan keikhlasan seorang Ulbah bin Zaid [ranhu] telah membawanya pada satu kemuliaan. Ia dihormati Alloh dan Rosul-Nya atas hal baik yang ia lakukan. Benar, ia memang fakir harta, akan tetapi ia tetap berjiwa pemberi dan dermawan. Sungguh… harta yang ia miliki dan dicintai ia infakkan di jalan dakwah.
Saudaraku, berinfak adalah amalan utama. Berusahalah untuk konsisten berinfak sebagaimana Rosululloh [saw] dan para sahabat [ranhum] contohkan. Apa pun yang kita infakkan di jalan Alloh, seberapa pun nilainya, ia akan menjadi pemberat kebaikan pada Hari Kiamat. Lantas, bagaimana jika kita tetap bakhil dan enggan berinfak? Maka, ancaman yang kita peroleh, di antaranya adalah:
1. Menyesal pada saat ajal menjelang, sebagaimana firman Alloh [swt]
“Dan berinfaklah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang sholeh?” (QS. al-Munafikun [63]: 10)
Menjelang kematian, setiap orang yang melampaui batas pasti akan menyesali perbuatan yang telah ia lakukan. Ia minta agar umurnya diperpanjang walaupun hanya sebentar, untuk bisa melaksanakan apa-apa yang ditinggalkannya. Yang lalu telah berlalu dan yang akan datang pasti terjadi. Semuanya (akan mendapatkan balasan) sesuai dengan kelalaiannya.
2. Terancam siksa yang menghinakan, sebagaimana firman Alloh [swt]
“(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan Menyembunyikan karunia Alloh yang telah diberikan-Nya kepada mereka. dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.” (QS. an-Nisa: 37)
3. Harta yang tidak diinfakkan lantaran bakhil kelak akan dikalungkan di hari Kiamat, sebagaimana firman Alloh [swt],
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Alloh berikan kepada mereka dari karunia-Nya, mereka menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya pada Hari Kiamat. Dan kepunyaan Alloh-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Alloh mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 180)
Imam al-Bukhori [rahimahu] meriwayatkan dari Abu Huroiroh [ranhu], ia mengatakan bahwa Rosululloh [saw] bersabda:
“Barangsiapa diberikan harta kekayaan oleh Alloh, namun tidak menunaikan zakatnya, maka hartanya itu akan dirupakan seekor ular besar yang botak. Ular itu memiliki dua bisa (racun di mulutnya) dan ular itu akan dikalungkan kepadanya di Hari Kiamat. Kemudian ular itu akan mematuknya dengan dua rahangnya seraya berkata: ‘Akulah harta kekayaanmu. Akulah simpananmu.’ “Kemudian Rosululloh [saw] membacakan ayat ini, “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Alloh berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.” Hingga akhir ayat.
Inilah saudaraku, kecaman terhadap sifat bakhil dan ancaman atas pelakunya, semoga Alloh [swt] melindungi kita dari sifat bakhil, dan diberi kekuatan untuk senantiasa berinfak di jalan Alloh [swt].
(Red-HASMI/IH/Qomaruddien AB., S.Pd.I)