Di dalam al-Qur`an dan as-Sunnah, penyebutan kata-kata al-Qorin, ar-Rofiq dan al-Kholil (semuanya memiliki makna yang mirip, orang yang selalu menyertai, teman, kekasih) selalu diiringi dengan arahan-arahan yang bermanfaat dan isyarat-isyarat edukatif yang penting. Manakala seseorang dalam kehidupan ini harus memiliki teman yang dapat mengajaknya bicara, curhat, menghibur dan menasehatinya.
Maka masalah memilih teman tentu menjadi amatlah penting. Karena itu, harus ada kesungguhan dalam memilih orang yang kita senangi dan kita kasihi. Sebab seseorang diukur berdasarkan agama temannya. Seseorang akan bersama orang yang ia cintai. Para ulama sering mengatakan, “Seseorang tidak semestinya menyepelekan hal memilih siapa yang layak dijadikan teman, sebab pertemanan itu memiliki pengaruh yang teramat besar bagi seseorang.”
Mengenai hal ini, Rosululloh shollollohu ‘alahi wasallam pernah bersabda, “Seseorang (diukur) berdasarkan agama temannya; maka hendaklah salah seorang di antara kamu melihat siapa yang ia jadikan kekasih (teman).” (HR.Abu Dawud, dishohihkan Syaikh al-Albani)
Kriteria Seorang Teman
Para ulama juga telah menyebutkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang teman (sahabat). Ibn al-Jauzi menyebutkan lima kriteria seorang teman:
- Pertama, Hendaknya ia seorang yang berakal.
- Kedua, Berakhlak baik.
- Ketiga, Tidak fasik.
- Keempat, Bukan ahli bid’ah.
- Kelima, Tidak ambisius terhadap dunia.
- (Mukhtasar Minhaj al-Qoshidin, 91/92)
Para ulama mengatakan, “Siapa saja yang kriteria-kriteria itu terkoleksi pada dirinya, maka pertemanannya tidak hanya bermanfaat di dunia semata, tetapi juga bermanfaat di akhirat kelak. Karena itu, hendaknya pengertian ini diarahkan kepada perkataan sebagian ulama Salaf, ‘Perbanyaklah saudara, sebab setiap Mukmin mendapatkan syafaat di hari Kiamat.’”
(Syarh al-Asbab al-‘Asyrah al-Mujibah Li Mahabatillah, hal.145)
Alasan Memilih Teman Yang Baik
Di antara alasan kenapa kita harus mengikat teman yang baik dan tulus adalah karena besarnya pengaruh dan perlindungannya kepada kita di saat-saat kritis. Adakah yang lebih mulia dan berharga dari seorang teman, yang sekalipun tidak dilahirkan dalam perut ibu yang sama denganmu, namun ia menjadi sebab kamu mendapatkan syafaat dan selamat dari neraka.
Dalam ash-Shohihain, terdapat pengukuhan adanya syafaat orang-orang beriman. Rosululloh shollollohu ‘alahi wasallam bersabda,
“Lalu para Nabi memberikan syafaat, demikian pula para malaikat dan orang-orang beriman.”
(HR. Bukhori dan Muslim)
Dalam hadits yang lain disebutkan bagaimana orang-orang beriman kelak mendebat Robb mereka karena saudara-saudara mereka dijerumuskan ke dalam neraka.
Rosululloh shollollohu ‘alahi wasallam bersabda,
“Alloh menyelamatkan orang-orang beriman dari api neraka. Maka tidaklah pendebatan salah seorang di antara kamu bagi saudaranya dalam kebenaran yang diperbuatnya di dunia lebih keras dari pendebatan orang-orang beriman terhadap Robb mereka tentang saudara-saudara mereka yang dimasukkan ke neraka. Mereka berkata, ‘Robb kami, mereka itu adalah saudara-saudara kami yang dulu sholat bersama kami, berpuasa bersama kami dan berhaji bersama kami, namun mereka telah Engkau masukkan ke neraka.’ Robb berfirman, ‘Pergilah, lalu keluarkanlah orang yang kamu kenal di antara mereka.’ Lalu mereka mendatangi mereka (para penghuni neraka itu), lalu mengenal mereka dengan rupa-rupa mereka, di mana api tidak melahap rupa-rupa mereka itu; di antara mereka ada yang disambar api hingga pertengahan kedua betisnya, ada lagi yang disambar hingga kedua tumitnya, lalu mereka mengeluarkan mereka.”
(HR. Ibn Majah, dishohihkan oleh al-Albani)
Betapa banyak orang sesat gara-gara teman yang rusak (baca : berengsek) atau sekelompok teman-teman yang nakal. Dan betapa banyak pula orang-orang yang berada di tepi jurang kehancuran, lalu Alloh menyelamatkan mereka dari neraka melalui teman-teman yang baik tersebut dan kondisinya berubah kepada kondisi yang lain. Dari buta menjadi dapat melihat dan dari sesat menjadi mendapatkan petunjuk. Hal itu merupakan karunia dari Alloh subhanahu wa ta’ala, yang dianugerahkan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan itu baru salah satu dari sekian banyak pengaruh pertemanan yang baik.
Ada beberapa pengaruh lainnya yang dijelaskan oleh para ulama. Umar bin al-Khothob, misalnya pernah mencoba untuk menghitung-hitung sedikit dari pengaruh-pengaruh teman-teman yang baik tersebut.
Ia mengatakan,
“Hendaklah kamu memiliki saudara-saudara yang jujur, niscaya kamu dapat hidup di bawah naungan mereka, sebab mereka adalah perhiasan di masa senang dan bekal di masa sulit.”
Ibnu al-Qoyyim juga meriwayatkan dari para ulama enam sifat dan manfaat bergaul dengan orang-orang yang shalih, yaitu: pindah dari ragu menjadi yakin, dari Riya` menjadi ikhlash, dari lalai menjadi ingat, dari suka dunia menjadi suka akhirat, dari sombong menjadi Tawadhu dan dari niat yang buruk menjadi nasehat.
(Syarh al-Asbab, hal.146)
Bagi siapa yang membaca Kitabulloh dan merenunginya, maka tentu ia akan menemukan obat penyembuh dan seruan agar berteman dengan orang-orang baik, serta peringatan untuk tidak berteman dengan orang-orang yang jahat.
Alloh subhanahu wa ta’aala berfirman, (artinya)
“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Robbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
(QS.al-KahfI (18) : 28)
Bilamana hal ini adalah seruan dan peringatan di dunia, maka permasalahannya di akhirat kelak lebih keras dan seram lagi, sebagaimana firman-Nya, (artinya)
“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zholim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang lurus) bersama Rosul shollollohu ‘alahi wasallam. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur’an ketika al-Qur’an telah datang kepadaku. Dan setan itu tidak akan menolong manusia.’”
(QS.al-Furqon (25) : 27-29)
Sungguh betapa besar fitnah dalam memilih teman di antara dua kelompok. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, (artinya)
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS.az-Zukhruf (43) : 67)
Terlebih lagi, bagaimana mungkin ada orang yang merasa enggan untuk memilih teman yang sholih dan baik sedang ia mendengar Nabi shollollohu ‘alahi wasallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya di tengah hamba Alloh subhanahu wa ta’ala ada orang-orang yang mereka itu bukanlah para Nabi ataupun para syahid, namun para Nabi dan para syahid merasa iri terhadap mereka karena kedudukan mereka di sisi Alloh subhanahu wa ta’ala.” Para shahabat bertanya, “Wahai Rosululloh, siapakah mereka itu.?” Beliau menjawab, “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencinta dengan Ruh Alloh, tanpa ada ikatan rahim di antara mereka dan tanpa memiliki harta yang saling mereka berikan. Demi Alloh, sesungguhnya wajah mereka memiliki cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut saat manusia takut, dan tidak bersedih saat manusia bersedih.” Kemudian beliau membacakan ayat ini, (artinya) “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Alloh itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS.Yunus (10) : 62)
Dari itu pula, sungguh adalah bencana, fitnah, kesia-siaan dan kerugian bilamana di dunia ini kamu mengambil teman yang buruk dan sahabat yang rusak. Sebab teman model ini, bila kamu berkeinginan untuk melakukan suatu hal yang baik, ia akan menghalangimu, bila kamu lamban dalam melakukan perkara buruk atau malu melakukan hal yang mungkar, ia akan mendesak, menyugesti, menggoda dan mengiming-imingimu. Ia akan berupaya menjauhkanmu dari komunitas orang-orang baik. Ia mempersilahkanmu duduk di atas hidangan keburukan, bergabung dengan kafilah orang-orang jahat. Kamu tidak akan merasa aman dari kelicikannya dan tidak dapat merahasiakan bila terlihat bersama mereka. Sungguh merupakan karunia dan nikmat yang besar manakala Alloh subhanahu wa ta’ala membimbingmu kepada teman yang baik. Karena itu patut bagimu untuk senantiasa bersyukur!!!
Wallohu a’lam..
(Red-HASMI)