SUFAHA’ ITU ADALAH MUNAFIQUN (Oleh : Ali Taman, M.Pd.I.)

SUFAHA’ ITU ADALAH MUNAFIQUN

Oleh : Ali Taman, M.Pd.I.

Alloh Subhanahuwata’ala berfirman:
“Orang-orang yang kurang akalnya (Sufaha’) di antara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Alloh- lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS. Al-Baqoroh (2): 142)

Riwayat Ibnu Jarir at-Tobari Rohimahulloh yang berasal dari riwayat Asbat bin Nasr menjelaskan: “Dahulu, Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam solat menghadap Baitul Maqdis, lalu kiblat ini dibatalkan dengan menghadap Ka`bah. Saat beliau mulai menghadap Masjidil Harom sebagai kiblat, di saat itulah masing-masing manusia memiliki sikap.”

Apa yang menjadi sikap kaum munafiqin?
Ibnu Jarir at-Tobari Rohimahulloh melanjutkan riwayatnya: “Saat itu, orang-orangmunafiqberkata:Apa- apaan mereka (kaum muslimin itu)? Dulu hampir beberapa waktu mereka menghadap kiblat Baitul Maqdis,kemudiansekarangmereka tinggalkan dan menghadap kiblat lainnya…” (Tafsir at-Tobari: 2/4)

Tak mempunyai jati diri (di dasar wahyu Ilahi) serta mudzabdzabin (Plin plan terhadap kebenaran) adalah ciri menonjol kaum munafiqin.

Di dalam al-Qur`an surat An Nisa [4] ayat 137-143 Alloh Subhanahuwata’ala menggambarkan mereka dengan sangat gamblang:

“Sesungguhnya orang- orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Alloh tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus. Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yangmengambilorang-orangkafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang- orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Padahal sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Alloh. Dan sungguh Alloh telah menurunkan kepada kalian di dalam al-Qur’an bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat Alloh diingkari dan diperolok- olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kalian duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka. Sesungguhnya Alloh akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam, (yaitu) orang- orang yang menunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada diri kalian (hai orang-orang mukmin).

Maka jika terjadi bagi kalian kemenangan dari Alloh, mereka berkata: “Bukankah kami (turut berperang) beserta kalian?”

Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan), merekaberkata:”Bukankahkami turut memenangkan kalian, dan membela kalian dari orang-orang mukmin?”. Maka Alloh akan memberi keputusan di antara kalian di hari kiamat. Dan Alloh sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan Alloh akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Alloh kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman dan kafir); tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Alloh, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. (QS. an-Nisa [4]: 137-143)

Mereka yang pada awalnya beriman, kemudian kafir, kemudian beriman lagi, kemudian kafir lagi dan terus bertambah kekafirannya adalah kaum munafiqin, seperti yang ditafsirkan oleh Mujahid dan Ibnu Zaid Rohimahulloh. Ibnu `Asyur menggambarkan sikap mudzabdzab mereka di ayat ini yaitu “mereka beriman saat berjumpa dengan kaum mukminin, tetapi saat mereka kembali ke kaum mereka, saat itu juga mereka kufur”.

Menurut uraian ar-Razi: “keimanan mereka yang pertama adalah saat mereka menampakkan keislaman dan kufurnya mereka setelah itu adalah saat sikap batin mereka benar-benar berbanding terbalik dengan zhahir keimanan yang mereka tampakkan. Lalu keimanan mereka yang kedua adalah saat mereka berjumpa dengan komunitas kaum mukminin, saat itu serta merta mereka berkata: ‘kamipun beriman seperti kalian’. Tetapi, saat mereka kembali ke komunitas kaum mereka, serta merta pula mereka berkata: ‘kami ada bersama kalian, sikap kami tadi (terhadap kaum mukminin) hanya sindiran penghinaan saja’. Lalu, tambahnya kekufuran mereka adalah sikap mereka yang sangat antusias dan sungguh- sungguh menelurkan berbagai ragam konspirasi busuk dan tipu muslihat keji terhadap hak kaum muslimin”.

Ya… Sufaha itu adalah munafiqun… Penebar fitnah… Penghancur jati diri Islami… Apapun yang berada di kaum muslimin -di mata mereka- selalu salah, rendah dan hina… sedangkan yang berada di kaum kafirin hina -dimata mereka- selalu benar, tinggi dan mulia…

Sumber : Materi Majalah INTISARI HASMI Vol. 0004 Rubrik Munafiqun Sepanjang Zaman

 

Check Also

ABDULLAH BIN MAS’UD / Orang Pertama yang Mengumandangkan Al-Quran dengan Suara Merdu

ABDULLAH BIN MAS’UD Orang Pertama yang Mengumandangkan Al-Quran dengan Suara Merdu Sebelum Rasulullah masuk ke …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot