Satu-satunya jalan keselamatan di dunia ini adalah Islam. Akan tetapi, dalam menempuh jalan Islam banyak sekali jebakan Iblis di sepanjang perjalanan. Hanya orang-orang yang berjalan sesuai dengan rambu-rambu syariat saja yang akan sukses dan seJlamat. Oleh karena itu, setiap saat kita diminta untuk terus mengulang doa yang sangat agung setiap kali melakukan sholat. Tujuannya adalah agar kita senantiasa berada dalam jalan yang lurus dan diridhai Alloh subhanahu wata’ala. Doa tersebut adalah:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّينَ
“Tunjukilah kami Sirotulmustaqim (jalan yang lurus), yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.”
(QS. al-Fatihah [1]: 6-7)
Jika kita tadabburi doa yang mulia tersebut, maka paling tidak kita akan temukan tiga hakikat Sirotulmustaqim yang setiap saat kita minta.
Pertama, Sirotulmustaqim adalah (صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ) jalannya orang-orang yang diberi nikmat oleh Alloh subhanahu wata’ala .
Alloh subhanahu wata’ala telah memberikan jawaban siapakah mereka yang diberi nikmat itu.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا
“Barangsiapa yang menaati Alloh dan Rosul(Nya), mereka itu akan bersama dengan orang-orang yang diberi nikmat oleh Alloh, yaitu: Para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholih. Mereka itulah sahabat dekat yang sebaik-baiknya.”
(QS. An Nisa’ [4]:69)
Jadi, jelas sekali bahwa Sirotulmustaqim adalah jalan orang-orang beriman dari kalangan nabi, shiddiqin, Syuhada’ dan sholihin. Mereka mengikuti Sirotulmustaqim dengan mengimani dan membenarkan seluruh kabar dan ajaran yang datang dari Alloh subhanahu wata’ala dalam kitab-Nya. Selain itu, mereka juga tunduk dan patuh terhadap semua hukum Alloh serta tidak berhukum dengan hukum selain Alloh subhanahu wata’ala.
Kedua, Sirotulmustaqim bukanlah jalan orang-orang yang dimurkai Alloh (الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ)
Para ahli tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud golongan yang dimurkai adalah orang-orang Yahudi. Mereka menjadi kaum terlaknat karena telah merubah kitab suci dan mengganti hukum-hukum Alloh di muka bumi. Mereka juga mengetahui kebenaran namun justru mendustakan ajaran Alloh yang dibawa oleh para nabi dan rosul. Oleh karena itu mereka menjadi terlaknat. Hal ini sebagaimana Alloh subhanahu wata’ala terangkan di dalam ayat berikut.
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَٰلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ ۚ أُولَٰئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
“Katakanlah: “Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang sifat-sifat orang yang hukumannya lebih buruk dari orang-orang fasik? Yaitu orang-orang Yahudi yang dilaknat dan dimurkai Alloh, orang-orang yang dijadikan kera dan babi dan mereka yang menyembah thaghut. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.”
(QS. Al Maidah [5]: 60)
Ketiga, Sirotulmustaqim bukanlah jalan golongan yang tersesat (الضَّآلِّينَ)
Maksud dari golongan yang tersesat adalah kaum Nasrani. Mereka tersesat karena tidak berilmu terhadap kitabullah dan mendakwahkannya kepada orang lain. Dalam Al-Qur’an Alloh jelaskan sifat mereka.
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
“Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas kebenaran dalam agama kalian. Janganlah kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang sejak dahulu sesat dan mereka telah menyesatkan banyak manusia, dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.”
(QS. Al Maidah [5]: 77)
Jadi, jelas sekali bahwa Sirotulmustaqim bukanlah jalannya orang Yahudi dan Nasrani. Hal ini dipertegas dengan hadis berikut ini:
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ.
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang biawak, pasti kalian pun akan mengikutinya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rosululloh, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”
(HR. Muslim no. 2669)
Jika memperhatikan realita keberagamaan pada umat Islam saat ini, terdapat banyak penyimpangan dalam meniti sirotulmustaqim seperti menyimpangnya orang-orang Nasrani. Mereka beribadah kepada Alloh subhanahu wata’ala namun tidak berdasarkan ilmu yang benar dari Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam sehingga mereka tersesat dari jalan Sirotulmustqim. Fenomena tersebut bisa dilihat dari banyaknya ritual ibadah yang tidak bersumber dari wahyu Alloh dan Rousl-Nya.