Salahkah Bila Aku Cemburu?

 Salahkah Bila Aku Cemburu?

Pernah ketika Nabi berada di rumah seorang istrinya, salah seorang ummahatul mukminin (istri beliau yang lain) mengirimkan sepiring makanan untuk beliau. Melihat hal itu, istri Nabi yang sedang berdiam di rumahnya segera memukul tangan pelayan yang membawa makanan tersebut hingga jatuhlah piring itu dan pecah. Nabipun mengumpulkan pecahan piring tersebut kemudian mengumpulkan makanan yang berserakan lalu beliau letakkan di atas piring yang pecah seraya berkata: “Ibu kalian sedang cemburu.” Beliau lalu menahan pelayan tersebut hingga diberikan kepadanya ganti berupa piring yang masih utuh milik istri yang memecahkannya, sementara piring yang pecah disimpan di tempatnya.
(Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5225)

Fenomena

Rasa cemburu adalah naluri insaniah yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Aplikasinya bisa terjadi pada dua kondisi, terpuji atau tercela. Cemburu yang terpuji adalah cemburu yang tidak menguasai seseorang dan tidak membangkitkan keraguan dan prasangka buruk. Sedangkan cemburu tercela adalah sebaliknya, yaitu yang melahirkan prasangka negatif.

Terkadang cemburu itu bisa melampaui batas sehingga menyebabkan seseorang melakukan tindakan aneh dan memalukan. Seorang istri akan meragukan integritas suami dan menuduh tingkah lakunya macam-macam. Ia berprasangka buruk terhadap suaminya ketika ia berpaling dan melihat seorang wanita yang sedang berjalan. Ia juga mencurigai suaminya ketika sibuk sehingga melupakan istrinya. Padahal tidak tampak sedikitpun dari suaminya tanda-tanda keburukan atau kecendrungan untuk itu.

Terkadang juga istri berlebih-lebihan dalam menuntut, sehingga ia menguras harta suaminya habis-habisan. Tujuannya agar hartanya tidak berpindah tangan ke mertuanya, saudaranya atau agar suaminya tak mempunyai kelebihan harta untuk menikah lagi.

Sebaliknya bagi suami, rasa cemburu yang melebihi batas kewajaran, yaitu yang melahirkan syak wasangka, merupakan tindakan tercela. Karena itu adalah sikap yang melebihi kewajaran dan sangat berlebihan. Rumah tangga yang dibangun dengan pola perlakuan buruk seperti ini dari pihak suami, tentunya tidak akan tegak dengan kokoh. Karena hal itu bertentangan dengan sikap kasih dan sayang yang harusnya menjadi pilar kehidupan rumah tangga.

Sikap cemburu seperti ini dibenci oleh Alloh subhanahu wata’ala. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shollallohu’alaihi wasallam.

“Ada rasa cemburu yang dicintai Alloh subhanahu wata’ala, dan ada rasa cemburu yang dibenci Alloh. Adapun cemburu yang dicintai Alloh adalah rasa cemburu ketika ada tanda-tanda perilaku yang menyimpang, sedangkan cemburu yang dibenci Alloh adalah cemburu yang tidak dilandasi kecurigaan penyimpangannya…”
(HR. Abu Dawud)

Dalam hadits di atas terdapat ancaman tegas terhadap para suami seperti mereka ini; jika mereka tidak mau berlepas diri dari kelakuan mereka tersebut. Karena tindakan tersebut mengakibatkan timbul-nya kerusakan sosial dan probelmatika keluarga yang dapat menghancurkan eksistensinya.

Solusi Praktis

Untuk mengobati rasa cemburu yang tercela ini, disarankan hal-hal berikut:

  1. Ketika ada perilaku pasangan kita yang menorehkan luka, hendaknya diadakan forum introspeksi dari masing-masing Dalam forum tersebut, jujur dan terbuka sangat dituntut untuk mencairkan masalah.
  2. Memperingatkan mereka akan bahaya yang dilakukan, pelanggaran mereka terhadap agama, dan keluar dari kehidupan rumah tangga yang sehat dan Juga bahwa hal itu menodai kehormatan diri, karena telah melemparkan tuduhan bathil terhadap pasangannya yang tak bersalah. Dan hal itu juga telah melanggar hak hamba pada hokum hudud Alloh subhanahu wata’ala.
  3. Akan sangat bermanfaat sekali bagi orang-orang seperti ini untuk memaparkan kehidupan Nabi bersama Meskipun Beliau ini lebih pencemburu dibanding mereka, na-mun Beliau tidak melakukan tindakan yang cenderung tidak baik seperti yang mereka lakukan.
  4. Realita yang ada menegaskan bahwa sebagian perempuan justru memanfaatkan sifat yang ada pada suaminya Ia melakukan tindakan yang memprovokasi (memanas-manasi) suami melalui sifat tersebut. Misalkan saja istri menampakkan sebagian perhiasannya (yang seharusnya tidak boleh ia tampakkan), atau berbicara dengan seorang lelaki dengan suara yang menggoda. Dan ini merupakan hal yang sangat berbahaya, karena dapat mengancam kebahagiaan kehidupan suami-istri dan ketenangan rumah tangga.
  5. Dalam berbagai kondisi seperti ini, pihak yang mengupayakan adanya ishlah (upaya damai) sebaiknya memuji perangai dan kualitas agama ma-ing-masing didepan pasangannya. Langkah ini akan meredakan gejolak suami dan menenangkan dirinya, serta memalingkan bisikan nafsunya.

Demikianlah solusi praktis yang bisa diupayakan untuk mengurangi rasa cemburu yang berlebihan. Karena cemburu yang berlebihan bukan hanya tidak baik dari segi agama saja, akan tetapi perbuatan tersebut akan mengurangi harmonisasi rumah tangga.

Sebuah Renungan

Emosi dan perasaan akan bergolak di-karenakan dua hal; kegembiraan yang memuncak dan musibah yang berat.

Alloh subhanahu wata’ala berfiman:

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.
(QS. Al-Hadid: 23)

Seseorang dituntut untuk senantiasa menjaga perasaannya atas setiap persitiwa, baik yang memilukan ataupun yang menggembirakan, maka dialah orang yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan.

Seseorang yang bisa memenej rasa cemburunya dengan baik, maka dia berhasil mengendalikan perasaannya. Karena itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dikarenakan keberhasilannya mengalahkan nafsu.

Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan meresahkan diri sendiri. Sebab, ketika marah, misalnya, maka kemarahannya akan meluap dan sulit dikendalikan. Dan itu akan membuat seluruh tubuhnya  gemetar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia akan cenderung bertindak sekehendak nafsunya.

Akan teteapi barangsiapa mampu menguasai emosinya, mengendalikan akalnya dan menimbang segalanya dengan benar, maka ia akan melihat kebenaran, akan tahu jalan yang lurus.

Oleh karena itu, pentingnya bagi kita untuk senantiasa berbaik sangka kepada siapapun (kaum muslimin) termasuk kepada pasangan kita. Dengan pola demikian, maka hidup kita akan diliputi ketenangan dan kenyamanan. Tenaga tidak terkuras habis hanya untuk hal yang sepele.

Akhirnya kita berdo’a kepada Alloh subhanahu wata’ala agar ditetapkan dalam perasaan yang baik. Perasaan yang senantiasa memancarkan sinar positif kepada siapapun, sehingga keberkahan akan senantiasa kita dapatkan dari Alloh subhanahu wata’ala. Keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah merupakan cita-cita setiap pasangan suami istri. Tentu ini tidak akan terjalin manakala diantara keduanya sudah hilang saling percaya dan mengedepankan cemburu buta. Semoga kita tidak demikian.

Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam sebagai suri tauladan kita sejak jauh-jauh hari telah menerapkan metode tersebut, sehingga kita sebagai ummatnya yang senantiasa bertittiba’ kepada beliau  dapat mencontoh apa yang beliau  lakukan. Sekaligus juga menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.

Check Also

UBADAH BIN ASH-SHAMIT / Seorang Kapten dalam Balatentara Allah

UBADAH BIN ASH-SHAMIT Seorang Kapten dalam Balatentara Allah Ubadah bin Ash-Shamit termasuk salah seorang tokoh …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot