Renungan Kehidupan

Pembaca yang budiman, semoga hidayah Alloh subhanahu wa ta’ala selalu mengiringi kita. Tak bisa dipungkiri bahwa kehidupan dunia ini dihiasi dengan keindahan dan kenikmatan, semuanya dijadikan indah pada pandangan manusia. Itulah kesenangan hidup di dunia. Namun di sisi Alloh-lah sesungguhnya tempat kembali yang baik.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada segala apa yang diingini (syahwat), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (al-Jannah).”
(QS.Ali Imron (6) : 14)

Betapa pun menyenangkannya kehidupan dunia itu, sungguh ia adalah kehidupan yang fana. Semuanya bersifat sementara. Tiada makhluk yang hidup padanya melainkan akan meninggalkannya. Tiada pula harta yang ditimbun melainkan akan berpisah dengan pemiliknya. Keindahan dunia yang mempesona dan kenikmatannya yang menyenangkan itu pasti sirna di kala Alloh subhanahu wa ta’ala menghendakinya.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah di antara kalian serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur, dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya, dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(QS.al-Hadid (57) : 20)

Sudah sepatutnya bagi setiap pribadi muslim untuk memahami hakikat kehidupan dunia, agar tidak salah jalan dalam menempuhnya. Terlebih ia bukan akhir dari perjalanan seorang hamba dalam menuju Robb-nya. Masih ada dua fase kehidupan berikutnya; kehidupan di alam kubur (barzakh) dan kehidupan di alam akhirat.

Di alam kubur (barzakh), masing-masing akan menghuninya seorang diri tanpa ditemani oleh kawan atau orang yang dicinta. Sedangkan segudang harta yang telah lama ditimbunnya di dunia tak lagi setia di sampingnya. Dengan hanya mengenakan kain kafan yang melilit di tubuh, berbaring di liang lahat yang sempit dan tak beralaskan sesuatu pun, masing-masing akan mendapatkan azab kubur atau nikmat kubur sesuai dengan perhitungannya di sisi Alloh subhanahu wa ta’ala.

Adapun di alam akhirat, masing-masing akan menghadap Alloh subhanahu wa ta’ala seorang diri pula guna mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang dikerjakannya selama hidup di dunia, kemudian akan diberi balasan yang setimpal oleh Alloh subhanahu wa ta’ala atas segala yang diperbuatnya itu.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja (berbuat) dengan penuh kesungguhan menuju Robb-mu, maka pasti kamu akan menemui-Nya (untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang dilakukan).”
(QS.(84) al-Insyiqoq : 6)

Dalam menjalani kehidupan yang harus kita perhatikan dan patut kita renungkan adalah :

Mewaspadai Gaya Hidup Bebas
Wahai saudaraku, semoga kasih sayang Alloh subhanahu wa ta’ala selalu bersama kita, tak bisa dipungkiri bahwa gaya hidup bebas, lepas sama sekali dari kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dan berbagai aturan (termasuk syari’at) yang ada merupakan fenomena yang terjadi pada sebagian manusia. Padahal bila dirunut hakikat dan ihwalnya, tak sepantasnya bagi mereka memilih kehidupan yang bersifat bebas tersebut.

Betapa tidak, dengan segala hikmah dan keadilan-Nya Alloh subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia sebagai makhluk yang dilingkupi segala kelemahan dan keterbatasan. Mengawali kehidupannya dalam keadaan lemah, kemudian sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Alloh, Dialah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
(QS.Ar-Rum (30) : 54)

Sungguh tanpa nikmat, karunia, pertolongan dan kekuatan dari Alloh subhanahu wa ta’ala, tak mungkin manusia bisa menjalani pahit getirnya kehidupan ini dengan selamat. Karena itu, Alloh subhanahu wa ta’ala mengingatkan mereka dengan firman-Nya,
“Hai sekalian manusia, kalianlah yang amat butuh kepada Allah, dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.”
(QS.Fathir (35) : 15)

Demikianlah manusia dengan segala kelemahan dan keterbatasannya. Semua pada hakikatnya dalam perjalanan menuju Robb-nya. Sedangkan kemampuannya untuk beramal sangat terbatas pada umur yang Alloh subhanahu wa ta’ala tentukan. Saat kematian tiba, tak seorang pun dapat menghindar atau menangguhkannya.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dan Alloh sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Alloh Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.”
(QS.al-Munafiqun (63) : 11)

Saudaraku, semoga nikmat husnul khotimah mengiringi akhir kehidupan kita, ketahuilah bahwa gaya hidup bebas, lepas sama sekali dari kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dan berbagai aturan termasuk syari’at agama merupakan perbuatan tercela yang dimurkai oleh Alloh subhanahu wa ta’ala.

Gaya hidup bebas sangat berbahaya bagi kehidupan umat manusia, terkhusus kaum muslimin. Dengannya, berbagai tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan akan hancur. Masing-masing akan berbuat sesuai dengan kehendak hawa nafsunya. Yang penting senang, yang penting puas. Ada yang berbuat zina, minum minuman keras (miras), narkoba, berjudi dengan segala modelnya, pornoaksi, pornografi, dan berbagai kemaksiatan lainnya. Sementara pembunuhan, perampokan, penjambretan, pencurian, korupsi, penipuan, dan berbagai tindakan kriminalitas lainnya pun menjamur di mana-mana.

Demikian pula dalam kehidupan baragama, gaya hidup bebas dapat merusak akidah dan ibadah kaum muslimin. Di antara mereka ada yang berbuat kesyirikan dan ada pula yang melakukan berbagai amalan tanpa bimbingan dari Rosululloh shollollohu ‘alaihi wa sallam.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Tidakkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).”
(QS.al-Furqon (25) : 43-44)

Bisa dibayangkan, betapa hancurnya sebuah masyarakat manakala kehidupannya disamakan oleh Alloh subhanahu wa ta’ala dengan kehidupan binatang ternak bahkan lebih parah darinya. Oleh karena itu, dari sisi manakah alasan manusia untuk memilih gaya hidup bebas? Pantaskah perilaku buruk itu ditujukan kepada Alloh subhanahu wa ta’ala, Pencipta alam semesta ini? Betapa naifnya manusia (siapapun dia) bila memilih gaya hidup bebas, dengan menuhankan hawa nafsu, melepaskan diri dari ikatan syari’at Islam yang mulia dan mencampakkan fitrah yang suci.

Indahnya Meniti Kehidupan di Atas Agama Islam
Betapa indahnya agama Islam yang dibawa oleh Rosululloh shollollohu ‘alaihi wa sallam. Syari’atnya memerhatikan hubungan antara hamba dengan Alloh subhanahu wa ta’ala sang Pencipta, memosisikan-Nya sebagai tumpuan dalam hidup ini, berserah diri kepada-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya, memurnikan ibadah hanya untuk-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.

Demikian pula memperhatikan hubungan antara hamba dengan sesamanya, dengan cara menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, menyantuni yang lemah, membantu orang yang tertimpa musibah, menyambung tali silaturahmi, menjaga hubungan baik dengan tetangga, memuliakan tamu, jujur dalam berbuat dan berkata, dan lain sebagainya. Syari’at yang bersifat adil dan tepat, tidak berlebihan dan juga tidak bermudahan dalam segala aspeknya.

Atas dasar itu, setiap pribadi muslim berkewajiban untuk meniti kehidupan ini dengan agama Islam dan syari’atnya yang sempurna selama hayat masih dikandung badan. Mengedepankan syariat Islam atas segala dorongan hawa nafsu, adat istiadat/budaya negerinya dan selainnya. Senantiasa menaati Rosululloh shollollohu ‘alaihi wa sallam dan tak menentangnya sedikit pun. Dengan itu, akan terbimbing untuk masuk ke dalam al-Jannah (surga) dan diselamatkan dari azab yang pedih. Itulah jalan keselamatan yang hakiki.
Rosululloh shollollohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Semua umatku akan masuk ke dalam al-Jannah (surga) kecuali yang enggan. Para sahabat berkata: ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang enggan itu?’ Rosululloh menjawab: ‘Barang siapa yang menaatiku pasti masuk ke dalam al-Jannah (surga), dan barang siapa menentangku maka dialah orang yang enggan’.”
(HR. al-Bukhori no. 7280 dari sahabat Abu Hurairoh rodhiyallohu ‘anhu)

Wahai saudaraku, semoga lindungan Alloh subhanahu wa ta’ala selalu bersama kita, demikianlah sekelumit tentang renungan kehidupan dunia yang sedang kita jalani. Mudah-mudahan menjadi pelita dalam kegelapan dan embun penyejuk bagi para pencari kebenaran.
Amiin..

(Red-HASMI)

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *