PERTOLONGAN ITU PASTI DATANG
Oleh: Dr. Muslim, S.Pd.I., M.M.
“Keyakinan akan datangnya pertolongan dari Alloh Subhanahuwata’ala. kepada hamba-Nya, merupakan nilai iman yang harus tertancap dengan kuat disetiap benak kaum mukminin. Dialah yang maha kuasa lagi perkasa untuk memberikan pertolongan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya selagi mereka mau berkorban dalam menegakkan hak-hak Alloh Subhanahuwata’ala. di muka bumi ini dan menyesauikan diri dengan manhaj atau rambu-rambu yang telah ditentukan oleh-Nya, yaitu manhaj kenabian yang dipahami dan dipraktekkan para shohabat Rodhiyallohu’anhum. bukan dengan cara dan keinginan yang berselerakan nafsu belaka.”
Inilah contoh yang telah dibuktikan oleh teladan kita semua dalam meniti tangga kehidupan untuk meraih kemenangan di dunia dan kemulian disisi Alloh Subhanahuwata’ala. Tengoklah sejarah kemenangan kaum muslimin di perang Badar yang terjadi pada jum’at pagi tanggal 17 romadhon tahun ke dua Hijriyah. Disaat mereka telah berada di pinggir seberang lembah Badar, shohabat al-Habbab bin Mundzir bertanya kepada Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam, “Ya Rosululloh, apakah dalam memilih tempat ini anda menerima wahyu dari Alloh yang tidak dapat di ubah lagi? Ataukah berdasarkan tipu muslihat peperangan? Rosululloh menjawab, “Tempat ini kupilih berdasarkan pendapat dan tipu muslihat peperangan.” Habbab mengusulkan, “Ya Rosululloh, jika demikian, ini bukanlah tempat yang tepat. Ajaklah pasukan ke tempat air yang terdekat dengan musuh. Kita membuat kubu pertahanan di sana dan menggali sumur-sumur di belakangnya. Kita membuat kubangan dan kita isi dengan air hingga penuh. Dengan demikian, kita akan berperang dalam keadaan mempunyai persedian air yang cukup, sedangkan musuh tidak akan memperoleh air yang cukup.” Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam. menjawab, “Pendapatmu sungguh baik.” Kemudian Beliau dan pasukannya pindah ketempat yang diusulkan oleh al-Habbab Rodhiyallohu’anhu.
Sa’ad bin Muadz juga berpendapat agar Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam. dibuatkan kemah untuk tempat berlindung, dengan harapan jika terjadi suatu kondisi yang tidak menguntungkan bagi mereka maka dengan mudah Rosululloh bisa selamat dan dengan cepat kembali kepada kaum muslimin di Madinah. Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam pun menerima usulan tersebut dan Beliau juga menenangkan jiwa shohabatnya akan datangnya pertolongan dari Alloh Subhanahuwata’ala. sampai-sampai Beliau menegaskan kepada mereka, “di sini tempat kematian si fulan dan fulan” seraya meletakkan tangan Beliau ke atas tanah. Akhirnya nama-nama (kaum musyrikin) yang disebutkan Nabi Shollallohu’alaihiwasallam. ternyata benar bergelimpangan di tempat yang Beliau tunjukan tersebut. (HR. Muslim)
Kemudian tidak cukup dengan hal itu semua, Beliau pun dimalam harinya berdoa dengan sangat khusyu kepada Alloh Subhanahuwata’ala. agar memberikan pertolongan dan kemenangan bagi kaum muslimin,
اَللَّهُمَ هَذِهِ قُرَيْشُ قَدْ أَقْبَلَتْ بِخُيَلاَئِهَا وَ فَخْرِهَا تُحَادُّكَ وَ تُكَذِّبُ رَسُوْلَكَ اَللّهُمَ فَنَصْرُكَ الَّذِيْ وَ عَدْتَنِي اَللّهُمَ أَحِنْهُمُ اْلغُدَاةَ
“Ya Alloh, inilah kaum Quaraisy yang datang dengan kesombongan dan keangkuhannya untuk memerangi-Mu dan mendustakan Rosul-Mu. Ya Alloh, tunaikanlah kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Alloh, kalahkanlah mereka esok hari…”
Itulah rasa ketawakulan yang sempurna, terpadu di dalamnya antara upaya yang maksimal dengan penyandaran hasil akhirnya di tangan Alloh Subhanahuwata’ala. Hal ini pun membuahkan anugerah besar berupa ditolongnya kaum muslimin saat itu dengan diturunkannya para malaikat, dan mereka pun mendapatkan kemenangan hingga mampu membunuh 70 orang dari kufar Quraisy serta menawan 70 orang lainnya, sedangkan dipihak kaum muslimin hanya 14 orang yang menjadi korban. Mayat kaum musyrikin yang terbunuh dimasukkan ke dalam sumur tua di Badar dan ketika myat-mayat itu dilemparkan, maka Rosululloh saw. berdiri di samping perigi tersebut seraya memanggil nama-nama mereka berikut nama bapak-bapaknya,
يَا فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ وَ يَا فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ , اَيَسُرُّكُمْ أَنَّكُمْ أَطَعْتُمُ الله َوَ رَسُوْلَهُ ؟ فَإِنَا قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدْنَا رَبُّنَا حَقًا , فَهَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًا ؟
“wahai fulan bin fulan, wahai fulan bin fulan, apakah kalian telah berbahagia karena kalian telah menaati Alloh dan Rosul-Nya? Sesungguhnya, kami telah menerima kebenaran janji Alloh yang diberikan kepada kami, apakah kalian juga telah menyaksikan yang dijanjikan Alloh Subhanahuwata’ala. kepada kalian?
Mendengar hal ini, Umar Rodhiyallohu’anhu. Bertanya, “Ya Rosululloh, mengapa anda mengajak bicara jasad yang sudah tidak bernyawa?” Beliau menjawab,
وَ الَّذِىْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا اَقُوْلُ مِنْهُمْ
“Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak lebih mendengar perkataanku daripada mereka” (HR. Bukhori Muslim)
Dari peristiwa perang Badar tersebut, banyak hal yang dapat dipetik untuk dijadikan pelajaran berharga bagi kita dalam menapaki kehidupan ini, diantaranya adalah :
- Keyakinan akan adanya pertolongan dari Alloh Subhanahuwata’ala. bagi mereka yang ikhlas berjuang menegakkan hak-hak Alloh di muka bumi ini.
- Pertolongan Alloh hanya diberikan kepada Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam. dan para shohabatnya serta bagi orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
- Kepiawaian dan kerapian dalam mengatur strategi perang.
- Musyawarah untuk mencari yang terbaik bagi kemaslahatan kaum muslimin.
Sumber : Materi Majalah INTISARI HASMI Vol. 0002 Rubrik Kisah Gozuwah