Sudah menjadi tabi’at, bahwa manusia selalu cenderung kepada harta dunia baik berupa uang, perhiasan, barang dagangan, bangunan, hewan ternak dan lain sebagainya. Kecenderungan ini kita dapati bukan hanya pada realita sekarang saja tapi juga sudah ada sejak zaman dahulu, karena harta selalu menjadi daya tarik keindahan tersendiri.
Alloh [swt] berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.” (QS. Ali’ Imron [3]: 14)
Demi mendapatkan harta ini, tidak sedikit orang yang menempuh jalan yang dimurkai Alloh [swt] dengan cara memutuskan hubungan kekerabatan, pembunuhan, perampokan, dan keburukan lainnya. Hal ini terjadi karena kesalahan dalam memandang harta dunia.
Adapun bagi seorang Muslim, ia memandang harta dari 3 segi di antaranya:
1. Harta adalah Amanah
Seorang Muslim memandang bahwa harta adalah amanah karena itu, harta termasuk yang akan dihisab dan dipertanggungjawabkan di hadapan Alloh, sebagaimana sabda Nabi [saw]:
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ … مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ …
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya dan dimintai pertanggungjawaban… tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya….” (HR. at-Tirmidzi, ad-Darimi, dan Abu Ya’la)
Ya, harta yang ada pada kita, semuanya akan dihisab dan dipertanggungjawabkan. Berbahagialah mereka yang diamanahkan harta kemudian membelanjakannya di jalan yang benar, lalu sebagiannya diinfakkan untuk karib kerabat yang membutuhkan, dan untuk fakir miskin yang terlantar serta untuk kebutuhan dakwah (fii sabilillah,) sebuah usaha penyelamatan umat dari lembah kesesatan. Dan sebaliknya, sengsaralah mereka yang menggunakan hartanya di jalan kesesatan, kemaksiatan dan penghamburan semata, terlebih lagi jika digunakan untuk menghalangi manusia dari jalan Alloh. Sebagaimana firman Alloh [swt]:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (manusia) dari jalan Alloh. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” (QS. Al-Anfaal [8]: 36)
Jika harta ini adalah amanah, lantas siapa pemilik harta yang sebenarnya? Pemiliknya adalah Raja alam semesta ini yaitu Alloh swt. Dia memberikan harta kepada siapa yang dikehendakinya dan tidak akan ada seorangpun yang bisa memiliki harta tanpa kehendak dari-Nya. Jadi, apapun pekerjaan kita dan semaksimal apapun usaha kita, hanya Alloh swt yang menentukan pembagiannya.
Alloh [swt] berfirman:
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya Robbku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)’. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Alloh akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba [34]: 39)
2. Harta adalah Ujian Keimanan.
Dengan harta ini Alloh [swt] hendak menguji hamba-hamba-Nya, agar dapat diketahui siapa di antara mereka yang taat dan siapa yang durhaka. Sebagaimana firman Alloh [swt]:
“Dan ketahuilah, bahwa harta kalian dan anak-anak kalian itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Alloh-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghobun [64]: 15)
Dengan ujian harta ini juga dapat diketahui pula siapa yang dermawan dan siapa yang kikir lagi bakhil. Orang yang dermawan akan diberikan keselamatan di dunia dan akhirat, sedangkan orang yang kikir, bakhil, tidak mau berinfak dan berzakat, ia akan diancam dengan ancaman yang keras.
Alloh [swt] berfirman:
“Ingatlah, kalian Ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Alloh. Maka di antara kalian ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. dan Alloh-lah yang Maha Kaya sedangkan kalianlah orang-orang yang butuh (kepada-Nya); dan jika kalian berpaling niscaya Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kalian ini.” (QS. Muhammad [47]: 38)
Dalam Shohih al-Bukhori diriwayatkan dari Abu Huroiroh [ranhu] bahawa Rosululloh [saw] bersabda, “Barangsiapa yang Alloh beri harta lalu tidak menunaikan zakatnya, pada hari kiamat hartanya akan diserupakan menjadi ular botak berbintik dua,yang dikalungkan padanya di hari kiamat, kemudian ular itu berkata, ‘Aku adalah hartamu, aku adalah simpananmu.” Rosululloh [saw] kemudian membaca (ayat): “Janganlah orang-orang yang bakhil dengan kurnia yang Alloh berikan kepada mereka mengira bahawa sikap itu baik bagi mereka, tetapi kebakhilan itu buruk bagi mereka. Akan dikalungkan pada mereka di hari kiamat apa yang mereka bakhilkan.” (QS. Ali’ Imron [3]: 180)
3. Harta adalah Sarana untuk Masuk Jannah
Bagi seorang Muslim memasuki surga merupakan tujuan dan harapan dan harta melimpah yang ia miliki namun tidak dapat memasukannya ke dalam surga, maka sia-sialah hartanya dan hanya akan menjadi penyesalan. Karena itu, seorang Muslim akan menjadikan harta tersebut sebagai sarana untuk memasuki surga yang jauh lebih baik dan tak sebanding dengan harta yang dimilikinya saat ini. Seorang Muslim akan menyambut dengan semangat penawaran Alloh untuk berniaga dengan-Nya, perniagaan yang tidak akan pernah rugi. Sebagaimana firman Alloh [swt]:
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kalian Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? (yaitu) kalian beriman kepada Alloh [swt] dan Rosul–Nya dan berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Ash-Shoff [61]: 10-11)
Karena itu mereka yang siap berniaga dengan Alloh mereka akan mendapatkan keuntungan berlipat-lipat. Selain mendapatkan ampunan dari-Nya, mereka akan dimasukan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan tiada tara.
Alloh [swt] berfirman:
“Alloh akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam Jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kalian) ke tempat tinggal yang baik di dalam Jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. Ash-Shoff [61]: 12)
Orang yang dermawan ia akan mengenyam banyak keuntungan. Wallohu A’lam
(Red-HASMI)