Di antara hal yang terpenting yang mempengaruhi terwujudnya kebahagian pada individu dan masyarakat adalah pembinaan keluarga yang istiqomah di atas ajaran Rosululloh [saw]. Alloh [swt] telah menjadikan rumah tangga dan keluarga sebagai tempat yang disiapkan bagi manusia dalam merengkuh ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan sebagai anugerah terhadap hamba-Nya.
Untuk itulah Alloh [swt] berfirman,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum [30]:21)
Apalagi bila hubungan ini ditambah dengan pembinaan dan pendidikan anak-anak dalam naungan orang tua yang penuh dengan rasa kasih sayang, adakah nuansa dan pemandangan yang lebih indah dari ini ? Hal ini menjadi penting karena perintah Alloh [swt], Alloh [swt] Berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim [66]:6)
Oleh karena itu agama Islam memberikan perhatian khusus dan menetapkan kaedah dan dasar yang kokoh dalam pembentukan keluarga Muslim . Islam memberikan kaedah dan tatanan utuh dan lengkap sejak dimulai dari proses pemilihan istri hingga memberikan solusi bila rumah tangga tak dapat dipertahankan kembali.
Pembinaan keluarga ini semakin mendesak dan darurat sekali bila melihat keluarga sebagai institusi dan benteng terakhir kaum Muslim in yang sangat diperhatikan para musuh. Mereka berusaha merusak benteng ini dengan aneka ragam serangan dan dengan sekuat kemampuan mereka. Memang sampai sekarang masih ada yang tetap kokoh bertahan namun sudah sangat banyak sekali yang gugur dan hancur berantakan. Demikianlah para musuh islam tetap dan senantiasa menyerang kita dan keluarga kita.
Hal ini diperparah keadaan kaum Muslim in dewasa ini yang telah memberikan perhatian terlalu besar kepada ilmu-ilmu dunia, namun lupa atau melupakan ilmu agama yang jelas lebih penting lagi. Ilmu yang menjadi benteng akhlak dan etika seorang Muslim dalam hidup, dan menggunakan kemampuannya dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh dengan gelombang ujian dan fitnah ini. Mereka lupa membina dirinya, keluarganya dan anak-anaknya dengan ajaran syari’at Islam yang telah membentuk para terdahulu kita menjadi umat terbaik di dunia ini. Memang muncul satu fenomena bahwa urgensi dan tugas orang tua sekarang hampir-hampir menjadi sempit hanya sekedar mengurusi masalah sandang dan pangan saja. Ditambah lagi bapak sibuk dan ibupun tak kalah sibuknya, dalam memenuhi sandang pangan dan mencapai karier tertinggi. Akhirnya anak-anak terlantar dan tak jelas arah pembinaan dan pendidikannya.
Ada beberapa pernyataan dari Salafus Sholih yang bagus sekali sebagai nasihat dalam membina keluarga. Ad-Dhohaak [rahimahu] dan Muqaatil [rahimahu] menyatakan, “Wajib bagi setiap Muslim untuk mengajari keluarganya yakni dari mulai kerabat, budak wanita dan lelaki yang Alloh [swt] telah wajibkan pada mereka dan yang dilarang-Nya. (lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Termasuk di dalamnya memerintahkan anak-anak kecil untuk sholat. Sehingga dapat menjadi perisai diri dari neraka karena melakukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Ajarilah diri kalian kebaikan dan ajarilah keluarga kalian kebaikan dan didiklah mereka.
Kemudian Ibnu al-Qayyim [rahimahu] menyatakan, “Berapa banyak orang yang menyengsarakan anak dan buah hatinya di dunia dan akherat dengan tak acuh dan tak mendidiknya serta membantu mereka menumpahkan syahwatnya. Dengan itu, ia menganggap telah memuliakannya padahal ia menghinakannya dan telah memberikan kasih sayangnya padahal ia telah menzholiminya. Sehingga ia kehilangan (kesempatan) memanfaatkan anaknya untuk bekal diakhirat dan anaknya pun kehilangan bagiannya di dunia dan akherat. Apabila engkau perhatikan baik-baik kerusakan pada anak-anak, maka engkau dapati umumnya dari pihak bapak (Tuhafatul Maudud Fi Ahkaam al-Maulud hal 242).
Beliau juga menyatakan, “Siapa yang tak memperhatikan pendidikan anaknya semua yang bermanfaat baginya dan meninggalkannya begitu saja, maka ia telah melakukan kejelekan yang paling besar padanya. Mayoritas penyebab datangnya kerusakan pada anak-anak yakni dari pihak bapak dan tak perhatiannya mereka terhadap anak-anak serta tak mengajari anak-anak kewajiban agama dan sunnah-sunnahnya. Sehingga mereka telah menelantarkan anak-anak sejak kecil.
Mereka tak dapat mengambil manfaat dari diri mereka dan orang tua mereka pun tak dapat mengambil manfaatnya ketika telah tua. Sebagaimana ada sebagian orang tua yang mencela anaknya yang durhaka lalu sang anak menjawab, ‘Wahai bapakku engkau telah mendurhakaiku ketika aku kecil, maka (sekarang) aku mendurhakaimu setelah engkau tua dan engkau telantarkan aku ketika aku masih kanak-kanak, maka (sekarang) aku menelantarkanmu ketika engkau telah tua’. (Tuhfat al-Maudud bi Ahkam al-Maulud 229)
Demikianlah hendaknya diperhatikan oleh pihak keluarga terutama seorang bapak, bahwa yang sangat urgen sekali dalam memperhatikan keluarga, jangan sampai menelantarkannya, karena mereka akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat.
Wallohu’alam.
(Red-HASMI)