Melindungi Diri dengan Pakaian Sedekah

17 Jan 2014Redaksi Materi

Melindungi Diri dengan Pakaian Sedekah

يَا عَائِشَةَ اسْتَتِرِِى مِنَ النَّارِ وَ لَوْ بِشِقِ تَمْرَةٍ, فَاِنَّهَا تَسُدُّ مِنَ الجَائِعِ مَسَدَّهَا مِنَ الشَّبْعَانِ

“Wahai Aisyah, jagalah dirimu dari api neraka walaupun dengan sepotong biji kurma, karena ia dapat mencegah dari kelaparan dan menggantinya dengan kekenyangan.”

(Hadits hasan riwayat Ahmad dalam musnadnya)

Rosululloh ṣallallāhu 'alayhi wa sallam (peace and blessings of Allāh be upon him) bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, ash-Shadaqatu burhanun, “Sedekah ada-lah bukti.” Bukti yang menunjukkan atas kejujuran seseorang yang mengaku beriman. Beriman kepada siapa? Kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) sebagai Robb dan apa-apa yang dijanjikan-Nya . Oleh karena itu pembaca yang budiman, sesungguhnya kata ash-Shadaqatu masih satu akar kata dengan ash-Shidqu yakni kejujuran. Kejujuran akan keimanan adalah pembenar akan perasaan-perasaan yang amat dalam dan lembut, dan ruh peng-gerak penyucian diri seseorang.

Orang yang bersedekah adalah orang yang berinteraksi dengan Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) Yang Maha Mengetahui hal yang nampak dan ter-sembunyi. Ia yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) akan membalasnya dengan balasan yang berlipat.

Inilah kondisi seorang muslim, ia tidak bersedekah kecuali hanya mengharap ridha Alloh. Dalam hatinya hanya ada keikhlasan, dan prasangka baik bahwa Alloh  akan menerima sedekahnya. Ia juga memantapkan hatinya dengan menancapkan keyakinan bahwa Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) akan memberkahi hartanya dan mencurahkan pahala untuknya.

Inilah pakaian yang sebaik-baiknya, pakaian duniawi yang paling mulia dan paling indah, yakni yang dapat melindungi dan menjaga pemakainya dari celaan dan aib. Pakaian tersebut adalah tabi’at (kebiasaan) dan akhlak mulia, yaitu kepribadian yang dihiasi dengan belas kasih, kedermawanan, dan hati yang dibentuk atas kecintaan akan kebaikan dan berbuat baik.

Dalam bersedekah terdapat suatu ajakan yang jelas dan terang-terangan untuk menjaga diri agar tidak tenggelam dalam kubangan kekikiran. Seseorang yang tak bersegera membebaskan dirinya dari kemudi kekikiran, tak akan pernah merasakan nikmatnya bersedekah. Ia akan menghindari siapa saja yang menyeru untuk segera bersedekah. Ia akan tenggelam dalam kepelitan, keserakahan menumpuk harta dunia. Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) telah menegaskan.

 “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS. al-Hasyr: 9)

Walaupun hanya dengan sepotong kurma, seorang muslim yang merealisasikannya pasti merasakan mulianya amalan yang satu ini. Meyakini akan tercegahnya dari kelaparan dan kekurangan menjadi fakir, justru lebih menguatkan langkahnya untuk lagi dan lagi menambah kemuliaan dan kedermawanannya bersedekah, bersedekah apa saja. Menutupi diri dengan bersedekah, menghalangi dari panasnya api neraka, menjadikannya pakaian nan mulia, mengharapkan balasan tak terhingga dari Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) di dunia dan akhirat. [Red/HASMI]

-Wallahu Ta’ala ‘Alam-