Kaum muslimin rohimakumulloh…
Salah satu perkara akidah yang harus diketahui oleh setiap muslim adalah hakikat makna dua kalimat syahadat. Karena walaupun kaum muslimin sering mengucapkannya, tetapi masih banyak yang belum mengerti tentang makna dua kalimat syahadat yang sebenarnya. Akibatnya, tak sedikit di antara kaum muslimin yang melakukan amalan ataupun perbuatan yang bertentangan dengan makna dua kalimat syahadat.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin berkata dalam Majmu’ Fatawa Arkanil Islam, soal no: 17:
Syahadat Laa Ilaha Illallah (لا إله إلا الله) dan Muhammad Rasulullah (محمد رسول الله) keduanya adalah kunci Islam, tidak mungkin seseorang masuk Islam kecuali dengan keduanya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Muadz bin Jabal Rodhiyallohu Anhu ketika beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya ke Yaman agar pertama kali yang dia serukan kepada mereka adalah syahadat bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Kalimat pertama: Laa Ilaha Illallah (لا إله إلا الله), yaitu seseorang mengakui dengan lisan dan hatinya bahwasannya tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah Azza wa Jalla. Karena Ilah maknanya al-ma’luh (yang diibadahi) dan Taalluh (mengilahkan) artinya ta’abud. Maknanya, tidak ada sesembahan yang hak/benar kecuali Allah semata. Dan kalimat ini mengandung makna peniadaan dan penetapan. Kalimat peniadaan (لا إله) dan penetapan (إلا الله) dan (الله) adalah lafadz jalalah merupakan badal dari khabar (لا) yang ditiadakan dan taqdirnya (لا إله حق إلا الله) yakni ikrar lisan setelah hati mengimaninya bahwasannya tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah semata. Dan ini mengandung makna ikhlash/memurnikan ibadah hanya untuk Allah saja dengan meniadakan ibadah dari selain-Nya.
Dengan taqdir khabar berupa kata (حق) maka jawaban menjadi jelas terhindar dari kerancuan yang banyak disampaikan orang, yaitu: Bagaimana kamu mengatakan tidak ada sesembahan (ilah) kecuali Allah padahal di sana banyak ilah-ilah yang diibadahi selain Allah dan Allah Azza wa Jalla menamainya alihah (jamak dari Ilah) dan para penyembahnya juga menyebutnya alihatun. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِن ظَلَمُواْ أَنفُسَهُمْ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ مِن شَيْءٍ لِّمَّا جَاء أَمْرُ رَبِّكَ
“Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka.”
(QS. Huud: 10)
Bagaimana mungkin kita mengatakan tidak ada sesembahan selain Allah bersamaan dengan itu ada ketuhanan bagi selain Allah Azza wa Jalla? Bagaimana mungkin kita menetapkan ketuhanan untuk selain Allah Azza wa Jalla sedangkan para Rasul mengatakan kepada kaumnya: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada sesembahan bagimu selain-Nya.”
(QS. Al-A’raf: 59)
Jawaban atas kerancuan ini dengan mentaqdirkan khabar pada kalimat .لا إله إلا الله Kami katakana ilah-ilah ini, yang diibadahi selain Allah memang adalah ilah (sesembahan), akan tetapi ia adalah ilah-ilah yang bathil bukan ilah yang benar dan dia tidak mempunyai sedikitpun hak uluhiyyah (diibadahi). Dalil yang menunjukkan hal itu adalah firman Allah Ta’ala sbb:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ (30) سورة لقمان.
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang bathil. Dan sesungguhnya Allah, , Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
(QS. Luqman: 30)
Dalil lain yang menunjukkan hal ini adalah, “Maka apakah patut kalian (hai orang-orang Musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-’Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling kemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kalian (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kalian dan bapak-bapak kalian mengada-adakannya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk menyembahnya.”
(QS. An-Najm: 19-24)
Juga firman-Nya tentang Nabi Yusuf alaihi salam:
مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِ إِلاَّ أَسْمَاء سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَآؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللّهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ …(40) سورة يوسف.
“Kalian tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kalian dan nenek moyang kalian membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu.”
(QS. Yusuf: 40)
Jadi, makna kalimat (لا إله إلا الله) adalah tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah Azza wa Jalla semata. Adapun sesembahan-sesembahan selain-Nya maka uluhiyyah (ketuhanan) yang dianggap oleh penyembahnya tidaklah benar, artinya uluhiyyah yang bathil, sedangkan yang benar adalah uluhiyyah Allah Azza wa Jalla semata.
Pembaca rohimakumulloh…
Adapun makna syahadat (محمد رسول الله) adalah mengikrarkan dengan lisan dan mengimani dengan hati bahwa Muhammad bin Abdillah Al-Quraisyi Al-Hasyimi adalah Rasul Allah kepada seluruh makhluk Jin maupun manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (158) سورة الأعراف.
“Katakanlah (wahai Muhammad):’Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada sesembahan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummiy yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.”
(QS. Al-A’rof: 158)
Konsekuensi dan tuntutan kalimat syahadat ini adalah membenarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang apa yang beliau kabarkan. Melaksanakan apa yang beliau perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang dan tidak ada ibadah kepada Allah kecuali dengan cara yang disyariatkan olehnya.
Konsekuensi syahadat ini juga tidak berkeyakinan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai hak untuk diibadahi dan mengatur alam, akan tetapi beliau adalah seorang hamba yang tidak diibadahi dan seorang Rasul yang tidak berdusta, dan dia tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk memberi manfaat dan mudharot untuk dirinya sendiri maupun orang lain kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah sebagaimana firman Allah Ta’ala:
قُل لاَّ أَقُولُ لَكُمْ عِندِي خَزَآئِنُ اللّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ …(50) سورة الأنعام.
“Katakanlah (ya Muhammad):’Aku tidak mengatakan kepada kalian, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku…”
(QS. Al-An’am: 50)
Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang diperintah dan mengikuti/mematuhi apa yang diperintahkan kepadanya, firman Allah Ta’ala:
قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا.قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا. (20-21) سورة الجن.
“Katakanlah:’Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan kepada kalian dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan’. Katakanlah:’Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya.”
(QS. Al-Jin: 21-22)
Inilah makna kalimat (لا إله إلا الله محمد رسول الله)
Dengan makna ini kita tahu bahwasanya tidak ada yang berhak atas ibadah baik Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam maupun makhluk lainnya dan sesungguhnya ibadah itu tidak untuk siapapun kecuali Allah semata. Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ . (162-163) سورة الأنعام.
“Katakanlah:’Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb alam semesta, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”
(QS. Al-An’am: 162-163)
Sedangkan hak Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah kita menempatkannya pada tempat yang telah Allah tempatkan baginya, yaitu beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, sholawat dan salam Allah atas beliau. Demikian arti dua kalimat syahadat, semoga bermanfaat.
Aamiin.
162. Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.163. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”
diatas kenapa ada sembelehanku, tak sesuai dg terjamah……….. mohon penjelasan