Kisah Heroik Membeli Kebahagiaan Surga dengan Harta Dunia

20 May 2017Redaksi Aqidah

Kisah Heroik Membeli Kebahagiaan Surga dengan Harta Dunia – Umat Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam yang terbaik dalam semua amal shaleh, termasuk dalam hal menginfakkan hartanya fi sabilillah adalah sahabat Abu Bakar as-Shidiq rodhiyallohu’anha. Beliau berhak masuk Surga melalui pintu mana saja yang beliau inginkan. Di antaranya melalui pintu sedekah sebagai pintu khusus untuk hamba yang gemar berinfak. Beliau memang terbaik dalam berinfak. Hal ini ditegaskan oleh Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam sebagaimana dalam sabda-nya:

إِنَّ مِنْ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبَا بَكْرٍ

“Sesungguhnya di antara orang yang paling dermawan kepadaku dalam persahabatannya dan dalam menginfakkan hartanya adalah Abu Bakar.”

Imam Abu Dawud dan Imam at-Tirmidzi meriwayatkan kisah yang sangat menakjubkan tentang sahabat Nabi yang berlomba-lomba dalam menginfakkan hartanya di jalan Alloh subhanahu wata’ala Umar bin Khothob rodhiyallohu’anha bercerita, “Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam memerintahkan kami untuk bersedekah. Saat itu aku sangat ingin bersedekah dengan harta yang aku miliki. Aku berkata dalam hati, ‘Hari ini aku akan mengalahkan Abu Bakar, maka aku akan datang kepada Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam dengan separoh hartaku.’ Rosululloh bertanya, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu? Aku menjawab, ‘Sama dengan apa yang aku berikan ya Rosululloh.’ Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya, maka Rosululloh bertanya, “Ya Abu Bakar apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Abu Bakar menjawab, ‘Aku tinggalkan bagi mereka Alloh dan Rosulnya.’ Maka Umar pun berkata:”Aku tidak pernah mampu mengalahkan engkau selama-lamanya.”

Kisah Heroik Membeli Kebahagiaan Surga dengan Harta Dunia

Di antara kisah yang menakjubkan adalah satu dintara kisah kedermawanan Utsman bin Affan rodhiyallohu’anha. Yaitu saat beliau membeli sumur milik seorang Yahudi di Kota Madinah senilai 20.000 dirham yang sebelumnya si Yahudi melakukan praktik monopoli dengan menjual air sumur dengan harga tinggi. 20.000 dirham diperkirakan senilai dengan 5 Milyar untuk ukuran saat ini. Sumur tersebut diwakafkan untuk umat Islam. Sehingga semua penduduk di Kota Madinah, termasuk orang Yahudi tersebut dapat menggunakannya secara gratis.

Pengelolaan wakaf Utsman bin Affan terus berkembang dan meluas hingga hasilnya merambah menjadi kebun. Pada masa kekhilafahan Daulah Usmaniyah (Turki Utsmani) wakaf kebun tersebut benar-benar dirawat. Pada saat kerajaan Kerajaan Saudi Arabia berdiri, perawatan wakaf berjalan semakin baik dan hasilnya tumbuh sekitar 1550 pohon kurma. Keuntungan mengelola hasil kebun wakaf Usman tersebut dibagi menjadi dua: Pertama, setengahnya dibagikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin. Kedua, separuhnya lagi disimpan di Bank dengan rekening atas nama Utsman bin Affan. Rekening atas nama Utsman tersebut dipegang oleh Kementerian Wakaf Kerajaan Saudi. Keuntungan terus bertambah sampai bisa digunakan untuk membeli tanah di kawasan dekat Masjid Nabawi. Lalu di atas tanah tersebut dibangun hotel berbintang lima dengan dana masih dari rekening Utsman bin Affan tersebut. Diperkirakan keuntungan mencapai lebih 50 juta riyad atau setara dengan lebih dari 150 Milyar pertahun. Keuntungan tetap digunakan untuk anak-anak yatim dan fakir miskin serta separuhnya lagi disimpan di rekening Usman bin Affan. Hingga saat ini Rekening atas nama Utsman bin Affan tercatat di Dinas Tata Kota Madinah. Pahala terus mengalir tiada henti. Ini merupakan keuntungan yang tidak mungkin dapat dibayangkan setelah sekitar 1400 tahun silam.

Imam Ibnu Katsir mencantumkan riwayat fenomenal di dalam Kitab Tafsirnya tentang kisah infaknya sahabat Nabi yang bernama Abu Dahdah rodhiyallohu’anha. Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa Imam Ibnu Abi Hatim ar-Razi, Ibnu Jarir ath-Thabari, Ibnu Mundzir, Ibnu Mardawaih, dan lain-lain dalam kitab tafsirnya meriwayatkan sebuah kisah tentang kesigapan generasi sahabat dalam menyambut perintah Alloh untuk berinfak di jalan Alloh Ta’ala. Kisah itu dituturkan oleh seorang ulama senior sahabat, Abdullah bin Mas’ud rodhiyallohu’anha. Beliau bercerita: “Ketika turun ayat Alloh subhanahu wata’ala:

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً

“Barangsiapa meminjamkan kepada Alloh (berinfak di jalan Alloh) sebuah pinjaman yang baik niscaya Alloh akan melipat gandakan untuknya dengan kelipatan-kelipatan yang banyak.” (QS. Al-Baqarah [2]: 244-245)

Sahabat Abu Dahdah al-Anshari rodhiyallohu’anha mendatangi Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai Rosululloh, apakah benar Alloh menginginkan “pinjaman” dari kita?” “Benar, wahai Abu Dahdah,” jawab Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam. “Jika begitu, tunjukkanlah tangan Anda kepadaku wahai Rosululloh,” kata Abu Dahdah. Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam pun mengulurkan tangan beliau kepada Abu Dahdah. Sambil menggenggam erat tangan Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam, Abu Dahdah berikrar, “Sesungguhnya aku telah “meminjamkan” kepada Rabbku kebun kurmaku.” Abdullah bin Mas’ud rodhiyallohu’anha berkata: Kebun kurma Abu Dahdah berisi 600 pohon kurma, sedangkan Ummu Dahdah dan anak-anaknya tinggal di dalam kebun kurma itu. Abu Dahdah lalu pulang ke kebunnya dan memanggil istrinya, “Wahai Ummu Dahdah.” Ummu Dahdah menjawab, “Labbaik, aku penuhi panggilanmu.” Abu Dahdah berkata, “Keluarlah dari kebun kurma kita, karena aku telah “meminjamkan” kebun kurma ini kepada Robbku ‘Azza wa Jalla.

Sungguh luar biasa, dengan ikhlas dan hati lapang, Ummu Dahdah al-Anshari menyambut gembira keputusan suaminya. Ummu Dahdah rodhiyallohu’anhu segera mengeluarkan barang-barang di dalam rumahnya yang berada di dalam kebun kurma itu. Ummu Dahdah memindahkan barang-barang itu dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil ke luar kebun.

Beli Kebahagiaan Surga Anda Dengan Harta Terbaik di Bulan Romadhon

Ummu Dahdah rodhiyallohu’anhu berkata kepada suaminya, “Sungguh jual belimu telah mendapat laba, wahai Abu Dahdah.” Melihat kedermawanan Abu Dahdah dan istrinya, Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam sangat kagum dan terharu. Beliau sholallohu’alaihi wasallam pun bersabda:

رُبَّ نَخْلَةٍ مُدَلاةٍ، عُرُوقُهَا دُرٌّ وَيَاقُوتٌ، لِأَبِي الدَّحْدَاحِ فِي الْجَنَّةِ

“Betapa banyak pohon kurma yang merunduk karena lebatnya, akar-akarnya dari mutiara dan Yaqut bagi Abu Dahdah di surga.”

Abdurrahman ibn Auf rodhiyallohu’anha adalah satu di antara sahabat Nabi sholallohu’alaihi wasallam yang kaya. Beliau termasuk asabiqunal awalun, ikut perang Badar, dan termasuk yang sudah dipastikan masuk Surga. Beliau orang yang sangat dermawan. Di antara kisah infaknya dikisahkan oleh Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Siyaru A’lam An-Nubala bahwa Abdurrahman bin Auf membebaskan 30.000 rumah yang disedekahkan untuk kaum fakir dan miskin yang tidak memiliki rumah. Imam adz-Dzahabi juga menyebutkan riwayat bahwa Abdurrahman bin Auf rodhiyallohu’anha bersedekah pada masa hidup Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam sebanyak setengah hartanya, yaitu 4000 dinar. Sepeninggal beliau, Abdurrahman bin Auf rodhiyallohu’anha mensedekahkan 40.000 dinar.  Membiayai perbekalan perang fi sabilillah sebanyak 500 ekor kuda dan 500 ekor unta. Mayoritas kekayaan berasal dari dunia perdagangan.

Beli Kebahagiaan Surga Dengan Program-program Spektakuler di Bulan Romadhon