Tentang Khodijah Binti Khuwailid [ranha]
Khodijah binti Khuwailid [ranha] adalah seorang perempuan dari kalangan kabilah Quroisy Mekkah yang dikenal sebagai sosok yang dermawan, jujur, berilmu dan luhur budi pekertinya. Oleh karenanya ia mendapatkan gelar darikaumnya sebagai ath-Thohirah (perempuan suci). Ia adalah seorang perempuan yang cerdas yang menguasai ilmu perniagaan dengan sangat baik. Ia adalah seorang saudagar perempuan sukses yang sangat dihormati dan amat dikenal. Ketertarikannya kepada Muhammad [saw] muda bermula ketika ia mendengar berita bahwa Muhammad [saw] adalah seorang yang jujur dan tidak suka menghamburkan waktunya sebagaimana umumnya pemuda-pemuda Quroisy kala itu.
Setelah menikah dengan Muhammad [saw], Khodijah [ranha] menyiapkan sebuah rumah yang nyaman bagi Nabi [saw] dari sebelum beliau diangkat menjadi Nabi [saw] dan membantunya ketika merenung di Gua Hiro’, serta berjuang bersama Nabi [saw] setelah turunnya wahyu. Khodijah [saw] adalah wanita pertama yang beriman kepada suaminya Nabi Muhammad [saw] ketika diangkat sebagai Nabi dan Rosul. Khodijah [ranha] adalah sebaik-baik wanita yang menolongnya denganjiwa, harta dan keluarga. Peri hidupnya harum, kehidupannya penuh dengan kebajikan dan jiwanya sarat dengan kebaikan.
Kabar Gembira
Rosululloh [saw] pernah memberikan kabar gembira bagi khodijah [ranha] atas sikap baiknya dan dermawannya kepada Nabi [saw] dan Islam dalam sabdanya:
بَشِّرُوْا خَدِيجَةَ بِبَيْتٍ مِنَ الجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ، لاَ صَخَبَ فِيهِ، وَلاَ نَصَب
“Kabarkanlah kepada Khodijah dengan rumah di dalam surga yang terbuat daribatu permata, yang tidak ada kebisingan di dalamnya dan tidak ada kecapekan.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Khodijah [ranha] menggunakan kekayaannya untuk mendukung suaminya dalam berdakwah dan menyebarkan Islam di awal-awal penyebaran, walaupun khodijah [ranha] dimusuhi oleh kaumnya disebabkan keislamannya dan dukungan-nya dalam dakwah dia tetap tegar dalam prinsipnya. Dia berdiri di belakang suami dan Nabinya [saw] hingga nafas terakhir, dan patut menjadi teladan ter-tinggi bagi para shohabat wanita lainnya, bahkan dizaman sekarang ini patut dijadikan panutan bagi wanita-wanita modern.
Khodijah [ranha] sangat berperan penting sekali dalam kelancaran dakwah di masa itu, ketika Nabi Muhammad [saw] menerima wahyu pertama (lima ayat pertama pada surat al-‘Alaq), hati Nabi [saw] sangat tergoncang sehingga pulang dalam keadaan merinding, gemetaran dan ketakutan. Disini peran khodijah, beliau menenangkan hati Nabi Muhammad [saw] dan meyakinkannya akan kebaikan yang akan diperolehnya dan terhindar dari adzab Alloh [swt].
Selain itu juga, diantara hal yang membuktikan kecerdasan dan ilmu tinggi yang dimiliki Khodijah , dia tidak berhenti disitu saja, dia pergi ke pamannya yang bernama Waroqah Naufail untuk menanyakan ilmu mengenai kejadian yang telah di alami suaminya Muhammad dan apa yang harus dilakukannya.
Setelah kejadian itu, khodijah [ranha] lebih menyakini akan kebenaran yang dibawa suaminya Muhammad [saw] dan dia tak segan-segan dalam mendukung dakwah yang telah diemban oleh suaminya, baik harta, tenaga dan jiwa raga. Dakwah itu dijalani hingga akhir hayat Khodijah [ranha] (tahun 3 H), saat Islam mulai ber-kembang di Mekkah. Nabi Muhammad [saw] sangat kehilangan orang yang dicintainya dan orang yang sangat mendukungnya dikala orang-orang mendustakannya.
Sebaik-baik wanita
Khodijah [ranha] mendapatkan keutamaan lain dari Nabi Muhammad [saw], bahwa beliau [saw] adalah sebaik-baik wanita di antara umat ini:
((خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَمُ، وَخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ))
“Sebaik-baik wanita adalah Maryam, dan sebaik-baik wanita (umat Muhammad) adalah Khodijah.” (HR. Bukhori)
Semoga Alloh [swt] melimpahkan nikmat dan rahmatnya kepada Khodijah binti Khuwailid [ranha] dan kepada orang-orang setelahnya.
(Red-HASMI)