Keutamaan Ilmu – Agama Islam adalah agama ilmu, menjunjung dan memuliakan ilmu serta para ahli ilmu. Ayat pertama yang diturunkan kepada Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam adalah tentang ilmu. Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-`Alaq [96]:1-5)
Dengan ayat ini – dalam uraian Tafsir al-Wadhih – Alloh subhanahu wata’ala menuntun Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam tentang membaca juga bercerita tentang pena dan ilmu. Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam diperintah untuk membaca dan menebar kebaikan membaca dan ilmu.
Sehingga, Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (Hadits sohih li goirihi, diriwayatkan oleh Ibnu Majah: no. 224)
Di dalam kitab “At-Tanwir Syarh al-Jami`us Shogir” dijelaskan bahwa kewajiban ini mencakup laki-laki, wanita, orang merdeka ataupun budak, karena muslim adalah sifat yang mencakup semua jenis.
Bahkan Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam –sebagaimana yang disampaikan oleh Alloh subhanahu wata’ala – selalu meminta diberi tambahan ilmu tiada henti. Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Katakanlah (ya Rosululloh): Wahai Tuhan-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu“. (QS. Thoha [20] : 114)
Ibnu Hajar Al-Asqalani rohimahulloh memberi pandangan tentang ayat ini dengan mengatakan:
“Firman Alloh subhanahu wata’ala (yang artinya),’Wahai Tuhan-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Alloh subhanahu wata’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya sholallohu’alaihi wasallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali (tambahan) ilmu. Adapun yang dimaksud dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Alloh dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan”. (Fathul Baari, 1/92)
Ilmu adalah cahaya dari Alloh subhanahu wata’a yang menuntun manusia ke jalan-jalan kehidupannya di dunia. Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya (nur) dari Alloh, dan Kitab yang menerangkan . Dengan kitab itulah Alloh menunjuki orang-orang yang mengikuti keridoan-Nya ke jalan keselamatan, dan Alloh mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah [5]: 5-6)
Sejalan dengan itu, Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عز وجل خَلَقَ خَلْقَهُ في ظُلْمَةٍ فَأَلْقَى عليهم من نُورِهِ فَمَنْ أَصَابَهُ من ذلك النُّورِ اهْتَدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ
“Sesungguhnya Alloh Azza Wa Jalla menciptaan makhluk-Nya dalam kegelapan, Lalu Alloh memberikan kepada mereka dari cahaya-Nya, maka siapa yang mendapatkan cahaya tersebut, maka dia mendapatkan hidayah, dan siapa yang tidak mendapatkannya maka dia tersesat.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dalam mustadrak. Disohihkan Al-Albani dalam As-Sohihah (3/1076))
Ilmu juga merupakan tanda kebaikan seorang hamba. Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu menunjukkan bahwa Alloh menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridoi-Nya.
Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam bersabda:
من يُرِدْ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ في الدِّينِ
“Siapa saja yang Alloh kehendaki kebaikan untuknya, maka Ia akan difahamkan tentang agamanya.” (Hadis Riwayat Bukhori dan Muslim)
Ilmu agama menyelamatkan seorang hamba dari laknat Alloh subhanahu wata’ala. Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ ما فيها إلا ذِكْرُ اللَّهِ وما وَالَاهُ وَعَالِمٌ أو مُتَعَلِّمٌ
“Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali zikir kepada Allah dan amalan- amalan ketaatan, demikian pula seorang yang alim atau yang belajar.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan dihasankan Al-Albani dalam Sohihul jami’, no:1609)
Berkata Al-Munawi dalam menjelaskan hadits ini: “dunia terlaknat, disebabkan karena ia memperdaya jiwa-jiwa manusia dengan keindahan dan kenikmatannya, yang memalingkannya dari beribadah kepada Alloh lalu mengikuti hawa nafsunya.” (Tuhfatul ahwadzi: 6/504)
Maka dengan menuntut ilmu dan mengajarkannya, seorang hamba akan masuk ke dalam kelompok orang yang akan meraih rido Alloh subhanahu wata’ala dan selamat dari kemurkaan dan siksa-Nya.
Menuntut Ilmu adalah jalan menuju surga. Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam bersabda:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Alloh memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim: 2699)
Hadis ini menjelaskan bahwa balasan yang Alloh subhanahu wata’ala berikan kepada hambanya setimpal dengan usaha yang telah dia lakukan, sebagaimana dia menempuh jalan untuk mencari kehidupan hatinya dan keselamatan dirinya dari kebinasaan, maka Alloh subhanahu wata’ala menjadikannya menempuh jalan yang ingin diraihnya tersebut. (lihat: Miftahu Daris sa’aadah, Ibnul Qayyim: 71)
Ibadah mencari dan menyebarkan Ilmu juga lebih utama dari ibadah-ibadah lainnya.
Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam bersabda:
فضل العلم أحب إلي من فضل العبادة
“Keutamaan ilmu lebih aku sukai dari keutamaan ibadah.” (HR. Al-Hakim, Al-Bazzar, At-Thayalisi, dari Hudzaifah bin Yaman Radhiallahu Anhu. Disahihkan Al-Albani dalam sahih al-jami’: 4214)
Dalam riwayat lain, Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ على الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ على سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan dimalam purnama dibanding seluruh bintang- bintang.” (HR. Abu Dawud, 3641 & Ibnu Majah, 223)
Yang dimaksud hadits ini bahwa memiliki ilmu dengan cara menuntutnya, atau mengajarkannya, merupakan amalan ibadah yang lebih utama dibanding amalan ibadah lainnya, seperti shalat sunnah, berpuasa sunnah, dan yang lainnya. Bukan yang dimaksud hadits ini bahwa ilmu bukan bagian dari ibadah, namun maksudnya bahwa ilmu merupakan bagian ibadah yang paling mulia, bahkan bagian dari jihad fi sabilillah.
Berkata Sufyan Ats-Sauri rohimahulloh:
“Aku tidak mengetahui ada satu ibadah yang lebih utama dari engkau mengajarkan ilmu kepada manusia.” (Jami’ bayanil ilmi, Ibnu Abdil Bar: 227)
Beliau juga berkata:
“Tiada satu amalan yang lebih utama dari menuntut ilmu jika niatnya benar.” (Jami’u bayanil ilmi: 119)
Berkata Abu Darda’ rohimahulloh:
“Barangsiapa yang menyangka bahwa berangkat menuntut ilmu bukan amalan jihad, maka sungguh ia telah kurang pandangan dan akalnya.” (Miftahu daris sa’adah: 1/122)
Baca juga artikel SIAPAKAH HASMI??