إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا .
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Kaum muslimin rahimakumullah…
Satu hal yang telah jelas dan gamblang bagi setiap kaum muslimin yang menginginkan keselamatan dirinya di dunia dan akhirat adalah dengan berpegang kepada ajaran kitabullah dan sunnah Rasul-Nya melalui pemahaman para salafushalih. Inilah yang akan menjadi bahtera penyelamat bagi mereka.
Sudah seharusnya kehidupan para salafushalih menjadi barometer kehidupan umat ini baik dari sisi keyakinan maupun dari sisi prilaku. Saat ini kita mendapatkan adanya jurang pemisah dan kesenjangan yang sangat dalam, sedikit atau banyak antara sisi teori dan sisi aplikasinya dalam wujud tingkah laku. Sehingga sudah menjadi satu hal yang lumrah bila seseorang melihat dirinya atau sebagian temannya baik seorang da’i maupun masyarakat umum memiliki akhlak atau tingkah laku jauh dari akhlak dan tingkah laku para salafushalih.
Kaum muslimin rahimakumullah…
Seseorang tidak boleh berpegang pada perilaku salafushalih lalu kemudian menyelisihi akidah mereka. Begitu pula sebaliknya, seseorang tidak boleh memahami akidah salafushalih tanpa berpegang pada akhlak dan perilaku mereka. Sebuah pemandangan yang ironis sekali bila kita dapati seseorang berakidah salaf, namun ia berprilaku yang berlawanan dengan akidahnya. Ia berbuat dzalim, berdusta, berghibah, bersikap iri, dengki, menelanjangi kehormatan saudara muslimnya, atau bahkan memperturutkan hawa nafsunya. Juga sebaliknya misalnya, seseorang berperilaku baik, dan berakhlak mulia, namun sisi yang lain dia, berbuat syirik, percaya takhayul, melakukan perbuatan bid’ah, serta mendahulukan akal dari pada ajaran agamanya. Sungguh satu hal yang jauh sekali dari metode dan tuntunan salafushalih dalam menjalankan dan memahami agama yang mulia ini.
Para salafushalih adalah generasi yang mempelajari agama mereka dari sumber yang benar dan kita dapati pada diri mereka gambaran yang baik tentan manhaj yang mulia ini. Manhaj yang memadukan serta menyajikan sisi akidah, mu’amalah, serta akhlaq. Dan bila pemahaman dan komitmen kita terhadap manhaj generasi mulia ini telah sempurna, niscaya dengan izin Alloh berbagai gambaran dan persepsi berlawanan yang kita saksikan tersebut akan terenyahkan dari kehidupan kita. Kita tidak akan mendapatkan kembali seseorang berakidan salafushalih dan kuat memerangi kebid’ahan namun berperangai buruk serta berakhlak jelek, atau pula sebaliknya.
Para ulama Ahlusunnah wal jama’ah memasukkan sisi akhlak ke dalam pondasi keyakinan ahlu sunnah wal jama’ah, dan tentunya ini menjadi sisi lain yang menambal nilai urgensi keselarasan dan keserasian antara akhlak dan akidah dalam manhaj yang mulian ini. Al Imam Ash Shabuni menggambarkan keselerasan tersebut dalam perkataannya:
“Mereka adalah generasi yang saling nasehat dan menasehati untuk melaksanakan shalat malam sesudah tidur, untuk menyambung tali persaudaraan dalam setiap kondisi, menebarkan salam, memberi makan fakir miskin, menyayangi fakir miskin dan anak-anak yatim, memperhatikan urusan kaum muslimin, memelihara kehalalan makanan, minuman, dan pakaian serta memelihara kemauan, beraktivitas dan berusaha mengamlkan kebajikan, melakkukan amar ma’ruf dan nahi munkar, bersegera melakukan kebajikan, takut mendapat siksa akibat ketamakan, serta saling nasehat menasehati dalam kebeneran dan kesabaran”.
Demikian juga pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah setelah beliau menjelaskan akidah ahlusunnah wal jama’ah:
“Kemudian di samping pondasi-pondasi mereka tersebut, mereka juga memerintahkan kebajikan dan mencegah yang munkar sesuai dengan yang diajrkan syari’at, mereka juga memandang wajibnya berhaji, berjihad, berjama’ah dan melaksanakan shalat ied bersama para penguasa muslim, baik pemimpin yang shalih maupun yang fasik, memelihara shalat berjama’ah, berkeyakinan harusnya membimbing umat dan meyakini kandungan hadist Nabi ; “Seorang mu’min dengan saudaranya ibarat satu bangunan kokoh di mana bagian yang satu menguatkan bagian yang lainnya”. Demikian juga dengan sabda beliau; “Perumpamaan kaum mu’minin dalam cinta dan kasih sayang mereka ibarat satu tubuh. Apabila anggota tubuh mengeluh, seluruh tubuh akan turut mengaduh dengan merasakan demam dan tak bisa tidur”.
Mereka juga meyakini sabda Nabi ; “Kaum mu’minin yang paling sempurna keimanannya adalah yang terbagus akhlaknya”. Mereka juga menganjurkan agar kita tetap menyambung tali persaudaraan kepada orang yang mau memutuskannya, bertetangga dengan baik, berbuat baik kepada yatim, orang-orang miskin, ibnu sabil, bersikap lemah lembut kepada budak. Mereka juga melarang membanggakan keturunan, sikap sombong, dan melampaui batas terhadap orang lain serta mengganggu orang dengan atau tampa hak. Mereka juga memerintahkan budi perkerti luhur dan melarang akhlak yang tak berguna”.
Kaum muslimin rahimakumullah…
Semua perkataan para ulama di atas menegaskan dan menunjukkan kepada kita bahwa jalan para salafushalih adalah jalan yang meliputi dua sisi sekaligus, yaitu sisi akidah dan sisi akhlak. Sebatas kurangnya salah satu dari kedua sisi tersebut, sebatas itu pulalah terjadi kekurangan dalam komitmen untuk berpegang teguh pada manhaj yang agung ini.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْﺁنِ الْعَظِيْمِ وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاۤيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH II
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدَهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Kaum muslimin rahimakumullah…
Jalan salafushalih adalah jalan yang mencakup akidah pemahaman, perilaku dan akhlak. Oleh karena itu, ketika seseorang hendak menerapkan dan meniti jalan ini maka menjadi sebuah keharusan dia menerapkannya secara utuh dari berbagai sisi tersebut. Jalan ini adalah jalan utuh yang tidak bisa dititi hanya dengan sebagiannya saja. Sebagaimana seseorang tidak boleh komitmen dengan akhlak salafushalih tapi meninggalkan keyakinan mereka, demikian pula tidak boleh memahami akidah mereka tanpa komitmen dengan perilaku dan akhlak mereka.
Semuanya telah dijelaskan oleh Rasululloh dan semuanya telah terapkan oleh para sahabatnya. Malamnya bagaikan siang, hingga tidak ada satu orang pun yang menyelesihinya baik dari sisi akidah maupun akhlak, melainkan pasti orang tersebut akan celaka.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.