Kafir Quraisy Mengganjal Da’wah Rosululloh

7 Aug 2010Redaksi Sejarah Islam

Sejak Alloh memerintahkan Rosul-Nya shalallahu 'alaihi wa sallamuntuk berda’wah secara terang-terangan, maka kita bisa melihat bahwa Rosululloh shalallahu 'alaihi wa sallam adalah sosok pengemban amanah sejati, tanpa menunggu lama beliau pun segera bangkit bergerak, berteriak dan tak gentar dalam menda’wahkan Laa Ilaaha IllAlloh baik kepada kerabat dekatnya maupun masyarakat Quraisy secara umum.  Sampai akhirnya kaum kafir Quraisy yang sangat memahami arti dari Uluhiyah pun merasa gerah dengan da’wah beliau. Mereka pun berusaha sekuat tenaga untuk menjegal da’wah Islam, terlebih lagi ketika berhala-berhala mereka dicela oleh Rosululloh saw yang saat itu bebas melakukan da’wahnya dengan dibela oleh paman beilau yaitu Abu Tholib. Sehingga langkah pertama yang dilakukan oleh kafirin Quraisy adalah mendekati Abu Tholib agar ia menjadi mediator untuk menghentikan da’wah Muhammad. Akan tetapi upaya negosiasi kaum kafir Quraisy tersebut tidak berhasil, sebab Abu Tholib memberikan pembelaan yang maksimal kepada Rosululloh, sehingga mereka pun meninggalkan Abu Tholib dan sepakat untuk mengambil cara lain dalam menghadapi da’wah Islam, di antaranya adalah sebagaimana yang dicantumkan oleh Syaikh Sofiyurrahman al-Mubarokfuri dalam kitab Rohiqul Makhtum hal. 102-105 sebagai berikut:

  1. Mengejek, menghina, merendahkan, mendustai dan menertawakan. Target mereka adalah menghinakan kaum Muslimin dan melemahkan semangat juang mereka. Orang kafir Quraisy itu menuduh Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dengan tuduhan-tuduhan yang kerdil dan celaan-celaan yang nista, seperti menjuluki beliau shalallahu 'alaihi wa sallam sebagai orang gila, hal ini sebagaimana firman Alloh: "Dan mereka berkata: Hai orang yang diturunkan kepadanya adz-Dzikr (al-Qur'an), sesungguhnya engkau adalah orang yang benar-benar gila". (QS. al-Hijr [15]: 6).
  2. Memperburuk citra ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rosululloh shalallahu 'alaihi wa sallam. Mereka selalu berkata buruk tentang al-Qur'an, sebagaimana Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman: "al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain…" (QS. al-Furqan [25]: 4).
  3. Menghalangi orang-orang agar tidak mendengarkan al-Qur’an. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa an-Nadhar (nama salah seorang kafir) membeli seorang budak wanita. Maka setiap an-Nadhar mendengar ada orang yang tertarik dengan Islam, dia segera menggandeng orang itu menuju budak perempuannya, lalu ia perintahkan kepada budak perempuannya, “Hidangkan untuknya makanan serta bernyanyilah untuknya. Ini adalah lebih baik daripada apa yang ditawarkan Muhammad kepadamu”. Dan mengenai hal ini maka turunlah ayat  ke-6 di surat Luqman. “Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Alloh.” (lihat ad-Durul Mantsur, tafsir surat Luqman ayat ke-6).

Selama bulan-bulan pertama da’wah jahriyah (terang-terangan) yang dilakukan Rosululloh shalallahu 'alaihi wa sallam, kaum musyrikin menjalankan metode di atas sedikit demi sedikit untuk mencegah perkembangan da’wah Islamiyah, sedangkan mereka belum menggunakan cara kekerasan. Akan tetapi, upaya kafir Quraisy itu tidak berhasil menyurutkan da’wah Islam yang terus mengalir bagai air, sehingga mereka kembali bermusyawarah dan memutuskan untuk mengambil jalur kekerasan. Maka mulailah mereka mendera kaum Mukminin (sahabat) dengan berbagai siksaan yang membuat bulu kuduk merinding dan hati tersayat-sayat mendengarnya, di antara bentuk penyiksaan itu adalah:

  • Utsman bin Affan digulung oleh pamannya ke dalam tikar yang terbuat dari daun kurma, kemudian diasapi dari bawahnya. (lihat Rahmatan lil ‘Alamin, Sulaiman al-Mansur Furi. 1/57).
  • Bilal (budak milik Umayyah bin Kholaf), ia dililit lehernya dengan tali lalu tali itu diserahkan kepada anak-anak kecil untuk diseret sepanjang perbukitan Makkah, sehingga terlihatlah bekas lilitan di lehernya, puncak dari itu semua adalah saat ia dibawa keluar di siang hari yang sangat panas, kemudian dilemparkan ke tanah lapang berkerikil di Makkah, setelah itu ia ditindih dengan batu besar di dadanya. Ketika itu Umayah (majikannya) mengancam, “Demi Alloh, engkau akan tetap mengalami kondisi seperti ini sampai engkau mati atau engkau berpaling dari ajaran Muhammad dan kembali menyembah Latta dan Uzza (berhala Makkah).” Meskipun demikian Bilal tetap mengucapkan kalimat tauhid, “Ahad (Alloh maha Esa), Ahad..” (lihat Siroh Ibnu Hisyam, hal. 317-318).
  • Keluarga Ammar bin Yasir yang baru masuk Islam pun tak luput dari penganiayaan. Ammar beserta ibu dan ayahnya diseret oleh kaum Quraisy menuju tanah lapang di siang hari yang sangat panas, Abu Jahal dan kawan-kawannya terus melakukan penganiayaan hingga mengakibatkan Yasir (sang ayah) meninggal dunia, adapun Ibu Ammar yang bermana Sumayah, ditusuk oleh Abu Jahal pada kemaluannya dengan tombak hingga meninggal. Dialah wanita pertama yang mendapatkan syahid dalam Islam. Adapun Nabi saw yang melintas dan melihat kejadian tersebut merasa tersentuh dan bersabda, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir! Sesungguhnya tempat yang dijanjikan kepada kalian adalah surga.” (Siroh Ibnu Hisyam, hal. 319-320).

Selain contoh-contoh di atas masih banyak lagi daftar korban yang disiksa karena mereka mempertahankan keimanan dan semua kisahnya sangatlah mengharukan. Alhasil, siapa saja yang ketika itu ketahuan telah memeluk Islam maka tak ayal akan menjadi korban penyiksaan termasuk Rosululloh saw sendiri. Dan tidak cukup sampai di situ, bahkan penentangan itu akan terus berlanjut sebagaimana Iblis yang terus berusaha sampai hari kiamat menghalangi manusia dari jalan hidayah.

Faidah siroh

  1. Taqlid dan ta’ashub kepada nenek moyang sebab terbesar penyimpangan manusia, sebagaimana musyrikin Quraisy yang sudah sangat faham makna Laa Ilaaha IllAlloh, namun dikarenakan mereka taqlid maka tetaplah mereka dalam kemusyrikannya, hal ini sebagaimana firman Alloh di QS. Az-Zukhruf: 22-23.
  2. Sudah menjadi Sunnatulloh bahwa selalu ada rintangan dalam da’wah. Maka setiap Muslim dituntut untuk bersabar dan tidak putus asa. Seperti yang tercantum dalam hadits riwayat Bukhori Muslim bahwa suatu ketika seorang sahabat bernama Khabbab bin Aratt putus asa dari pertolongan Alloh yang tak kunjung tiba, maka Rosululloh segera memotivasinya dengan mengisahkan bahwa ummat terdahulu ada yang digergaji dari atas kepalanya hingga tubuhnya terbelah dua, ada yang daging dan kulitnya disisir dengan sisir besi, namun semua itu tidak menyebabkan mereka berpaling dari agamanya.