Dewasa ini kita menyaksikan gencarnya serangan Syi’ah terhadap Islam dan umat Islam, dan apa yang dialami umat Islam saat ini tak jauh berbeda dengan masa lampau. Bahkan kita berani bersaksi bahwa sejarah akan terus mengulangi dirinya.
Penindasan dan kehinaan yang diderita oleh umat Islam saat ini, menjadikan sebagian umat Islam menyerukan agar diadakan konsolidasi antar semua aliran yang ada. Hanya saja seruan tersebut sering kali kurang direncanakan dengan baik dan matang, sehingga tidak menghasilkan apapun. Di antara upaya konsolidasi dan merapatkan barisan yang terbukti tidak efektif adalah upaya merapatkan barisan Ahlussunnah dengan sekte Syi'ah, dengan menutup mata dari berbagai penyelewengan. Konsolidasi semacam ini bukannya memperkuat barisan umat Islam, namun bahkan sebaliknya, meruntuhkan seluruh keberhasilan yang telah dicapai oleh umat ini.
Ada hal yang fundamental, yang tidak difahami oleh para penggagas konsolidasi, yaitu mereka mengira bahwa perbedaan antara Ahlussunnah dengan Syi'ah sebatas perbedaan furu' (cabang) bukan ushul (pokok). Namun, sangat disesalkan, mereka tetap tidak mengindahkannya dan tetap menganggap perbedaan antara kita dengan Syi’ah hanya masalah furu’iyyah. Padahal perbedaan kita dengan syi’ah Raafidhah khusus-nya adalah perbedaan ushul (pokok-pokok agama) dan furu’ yang keduanya tidak mungkin disatukan kecuali kalau salah satunya meninggalkan ajaran agamanya. Di antara perbedaan ushul (pokok) yang sangat mendasar sekali yang kalau diyakini oleh seseorang maka akan menyebabkan seorang itu murtad yaitu:
Pertama; keyakinan mereka bahwa al-Qur’an yang ada ditangan kaum muslimin saat ini yang dibaca, yang dihafal dan diyakini Kitabullah yang diwahyukan kepada hamba-Nya dan Rosul-Nya Muhammad Shalallahu Alahihi wa Sallam melalui Malaikat Jibril , telah tidak asli lagi. Menurut Syi’ah, al-Qur’an telah dirubah, atau dikurangi oleh para sahabat yang dipimpin oleh tiga sahabat mulia yaitu Abu Bakar, Umar, dan Utsman dan para sahabat lainnya Radhiallahu Anhu. Keyakinan ini bisa menghancurkan seluruh isi al-Qur’an, karena Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al–Qur’an, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Sedangkan ajaran Rafidhah yang terus-menerus mereka katakan sampai saat ini, baik dengan lisan maupun tulisan bahwa al-Qur’an yang asli adalah al-Qur’an yang tiga kali lebih besar dibandingkan al-Qur’an kita dan sangat berbeda dengan al-Qur’an. Al-Qur’an yang asli ini nanti akan dibawa oleh imam Mahdi menurut versi me-reka dan dinamakan Mushaf Fathimah. Ini keyakinan mereka, walaupun sebagian mereka mengingkarinya tetapi pengingkaran itu hanya omong kosong karena ini merupakan taqiyah mereka.
Kalau keyakinan ini diyakini oleh kaum muslimin maka tidak diragukan lagi bahwa dia telah murtad, keluar dari agama Islam.
Kedua;Semua orang tahu bahwa sikap Syi’ah terhadap para sahabat Nabi Shalallahu Alahihi wa Sallam mulai dari Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar Al Faruq, Utsman Dzin Nuurain, lalu isteri-isteri Nabi Muhammad Shalallahu Alahihi wa Sallam, terutama Aisyah Radhiallahu Anha hingga para sahabat secara umum, sebagaimana yang dinyata-kan terang-te-rangan oleh referensi dan narasumber mereka yang telah mereka yakini; adalah bahwa para Sa-habat tadi adalah orang-orang fasik dan murtad. Mayoritas mereka telah sesat dan berusaha me-nyembunyikan serta menyelewengkan ajaran Islam yang benar.
Hujatan terhadap generasi Sahabat bukan sekedar hujatan terhadap mereka yang telah me-ninggal, tidak juga seperti ucapan sebagian orang bahwa: “Hujatan tersebut tidak berbahaya bagi para sahabat, karena mereka telah masuk Surga meski Syi’ah tidak suka.” Akan tetapi bahaya besar di balik ucapan ini ialah karena hujatan terhadap para sahabat pada hakikatnya adalah hujatan terhadap Islam secara langsung. Sebab kita tidak mendapatkan ajaran Islam kecuali melalui para sahabat Radhiallahu Anhu.
Jadi, Sunnah Khulafa’ur Rasyidin adalah bagian tak terpisahkan dari agama Islam. Hukum dan sikap yang diputuskan oleh Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali adalah hujjah (dalil) bagi setiap muslim, kapan, di mana pun, dan sampai hari kiamat.
Rosululloh Shalallahu Alahihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits:
))عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المهديين مِنْ بَعْدِي.((
“Kalian wajib berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnahnya Khulafa’ur Rasyidin yang telah mendapat hidayah sepeninggalku.”(HR. Tirmidzino 2676, Ibnu Majah no.42, dan Ahmad no. 17184)
Pengkafiran mutlak terhadap seluruh Sahabat Rosululloh Shalallahu Alahihi wa Sallam kecuali beberapa Sahabat yang jumlahnya sangat sedikit, sedangkan selain yang sedikit ini semuanya kufur. Meyakini ini berarti membantah isi al-Qur’an yang menyatakan ke-imanan dan kebesaran para Sahabat serta keridhaan Alloh Subhanahu wa Ta'ala terhadap mereka. Kalau seorang muslim dan muslimah meyakini keyakinan ini berarti mereka telah murtad, keluar dari Islam.
Dua keyakinan Rafidhah ini tidak mungkin disatukan dengan keyakinan yang ada dalam Islam. Artinya, tidak mungkin seorang muslim dan seorang Rafidhi (Penganut agama Syiah) bersatu, karena keyakinannya sangat berbeda. Ini berdasarkan dalil naqliyah dan aqliyah yang shahih yang memilki ketegasan. Oleh kerena itu para ulama zaman dahulu menyatakan bahwa orang yang paling bodoh terhadap dalil dalil naqliyah dan aqliyah serta paling sesat jalannya diantara orang-orang mengaku Islam adalah orang Syiah atau Rafidhah ini. Karena dengan tegas, mereka membenarkan apa yang telah didustakan oleh dalil-dalil naqliyah (dalil-dalil dari al-Qur’an dan sunnah) juga yang didustakan oleh akal. Sebalik-nya, mereka mendustakan apa yang jelas dan te-rang telah datang dari dalil-dalil naqliyah dan ber-dasarkan akal yang shahih. (Minhajus sunnah, 1/8)
Ketiga; perbedaan ushul lainnya adalah penyembahan terhadap manusia. Diantara orang-orang yang menisbatkan diri pada Islam, yang pertama kali membangun kubur-kubur dan kubah-kubah adalah kaum Rafidhah. Mereka meng-adakan peribadatan kepada selain Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Padahal ini sangat diharamkan dalam Islam dan me-rupakan syirik besar. Mewakili pengikutnya, Khomaeni dalam bukunya Hukumatul Islamiyah, ha-laman 52 mengatakan:
“Sesungguhnya sesuatu yang pasti dari madzhab kami bahwa iman-imam kami memiliki ke-dudukan yang tidak bisa dicapai oleh seseorang baik seorang Rosul yang diutus maupun oleh ma-laikat yang dekat.” Ini pernyataan tegas Khomaeni. Ini menunjukkan sikap ghuluw mereka terhadap para imam mereka, yang mereka klaim memiliki derajat yang lebih tinggi dari para nabi dan Rosul.
Dalam kitab yang sama, Khomaeni menyatakan bahwa imam mereka tidak pernah lupa dan lalai. Sifat ini seharusnya hanya dimiliki Alloh Subhanahu wa Ta'ala, karena hanya Alloh lah satu-satunya Dzat yang tidak pernah lupa dan lalai. Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan tidaklah Robb-mu lupa.”(QS. Maryam: 46)
Ini merupakan salah satu bentuk penyembahan terhadap makhluk. Setiap ini tidak mungkin bisa disatukan dengan seorang muslim yang beraqidah shahih, yang bermanhaj dengan manhaj salaful ummah, yang hanya ruku’ dan sujud ke-pada Alloh, karena itu mereka membangun kuburan dan merekalah yang pertama kali memasu-kan penyembahan terhadap kubur kedalam Islam, membangunnya serta mendirikan kubah-kubah.
Itulah beberapa ushul diantara banyak ushul lainnya yang membedakan Rafidhah dengan Islam sehingga tidak mungkin disatukan kecuali salah satunya meninggalkan agamanya.
Masalah ini jarang sekali diketahui oleh tokoh-tokoh kaum muslimin khususnya di negeri kita ini. Karena Syiah selalu menyembunyikan keyakinan-keyakinan mereka kepada orang-orang yang belum menjadi pengikut setia mereka. Allohu A'lam.