Ikutilah Aku!!!

index

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا .

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Kaum muslimin, jama‘ah sholat jum’at yang berbahagia.

Pada kesempatan yang berbahagia ini khotib mengajak diri pribadi dan jama’ah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Alloh subhanahu wata’ala. Sholawat dan salam semoga terlimpah bagi uswah dan qudwah kita Nabi Muhammad .

Kita sering mendengar ungkapan kebanyakan orang “Lidah memang tak bertulang” ketika mereka mendapati orang-orang yang suka berbicara tanpa adanya pertimbangan terlebih dahulu tentang apa yang mereka perbincangkan dan dampak yang akan ditimbulkannya. Dan hal ini tentu harus dihindari oleh seorang muslim karena kita semua tahu bahwa tidaklah satu lafadz (kata) yang keluar dari mulut kita kecuali di kanan dan kiri kita ada malaikat yang siap mencatat hal itu. Allah   berfirman:

“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat.” (QS. Qoof [50]: 18)

Apalagi kalau yang dibicarakan adalah sebuah pengakuan bahwa kita mencintai Allah subhanahu wa ta’ala, tentu masalahnya akan lebih rumit lagi. Mari kita perhatikan ayat yang ada di bawah ini:

“Katakanlah jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, maka dengan begitu Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  (QS. Ali Imran [3]: 31)

Imam Ibnu Katsir  berkata dalam menafsirkan ayat ini: “Ayat yang mulia ini sebagai hakim (yang memberikan keputusan atas sebuah permasalahan) kepada siapapun yang mengaku bahwa dirinya mencintai Allah  akan tetapi ia tidak berada di atas jalan yang ditunjukkan oleh Rasulullah . Maka orang ini telah berdusta sampai ia mengikuti dan menerapkan syari’at serta dien yang dibawa oleh Nabi Muhammad  dalam setiap perkataan dan amal perbuatannya. Hal ini senada dengan apa yang telah Rasulullah  sabdakan dalam sebuah hadits shohih bahwa beliau bersabda: “Barang siapa melakukan sebuah perbuatan yang tidak aku ajarkan, maka perbuatan tersebut tertolak”. Oleh karena itu didalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Katakanlah: kalau kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, maka dengan begitu Allah akan mencintai kalian” maksudnya (menurut Ibnu Katsir) kalian akan memperoleh sesuatu yang lebih dari yang kalian minta, yaitu kecintaan Allah pada kalian, dan hal ini tentu lebih mulia dari hal yang pertama. Sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama bahwa yang menjadi permasalahan adalah bukan bagaimana kita mencintai seseorang akan tetapi bagaimana orang lain bisa mencintai kita.”

Berkata Hasan al-Bashri  dan ulama salaf yang lain: “Ada sebuah kaum yang telah mengaku bahwa mereka mencintai Allah, maka Allah uji mereka dengan ayat ini, “Katakanlah: kalau kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, maka dengan begitu Allah akan mencintai kalian”.

Dari sini kita bisa mengetahui bahwa tidak setiap orang yang mengaku bahwa dirinya mencintai Allah subhanahu wata’ala bisa dibenarkan begitu saja, akan tetapi Islam memiliki barometer tersendiri, yaitu sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam as-Syinqithi  di dalam tafsirnya Adlwaaul Bayan: “Dari ayat yang mulia ini bisa disimpulkan bahwa bukti kecintaan kita kepada Allah dan RasulNya yang sebenarnya adalah mengikuti Rasulullah , dan barang siapa yang menyelisihinya dan masih tetap mengaku bahwa dia mencintainya, maka orang tersebut telah berdusta dan mengada-ada. Karena kalau memang ia cinta tentu ia akan mentaati beliau . Dan termasuk hal yang diketahui oleh setiap orang bahwa cinta akan melahirkan sebuah ketaatan, sebagaimana yang terdapat dalam sebuah syair:

Kalau cintamu memang sejati tentu kau akan mentaatinya

Sungguh orang yang mencintai akan taat kepada orang yang ia cintai

Apa yang dinyatakan oleh Imam as-Syinqithi tadi juga didukung oleh pernyataan Syeikh as-Sa’di dalam tafsirnya yang mengatakan: “Dengan ayat inilah semua orang akan ditimbang, maka sesuai dengan kadar bagaimana mereka mengikuti Rasul, sesuai dengan kadar itulah keimanan dan kecintaan mereka terhadap Allah , dan kalau kadar dalam mengikuti Rasul itu berkurang maka berkurang pula kecintaan mereka kepada Allah ”.

Dari semua keterangan tadi jelaslah bagi kita bahwa kecintaan kita kepada Allah  akan berbanding lurus dengan amal perbuatan kita dalam mengikuti sunnah Rasulullah , sehingga kita dituntut untuk selalu berusaha mengikuti sunnah-sunnah beliau agar kita bisa mendapatkan cinta dari Allah  dan ampunan dari Nya.

Marilah kita berdo’a dan memohon kepada Alloh  agar kita dijadikan hamba-hamba-Nya yang taat pada segala apa yang telah Rasululloh  sampai-kan. Karena hanya dengan mentaati beliau  lah penitian sirotul mustaqim akan bisa dilakukan dengan baik dan jika ini tidak dilakukan maka bisa diyakini bahwa yang akan terjadi adalah adanya penyimpangan-penyimpangan dari jalur yang lurus yang telah Alloh ridloi.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْﺁنِ الْعَظِيْمِ وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاۤيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدَهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

Jama’ah sholat jum’at yang berahagia…

Mari kita perhatikan dan renungkan apa yang disampaikan oleh Sayyid Qutb dalam Fi Dzilal nya ketika menafsirkan ayat ini.

Sayyid Qutb  berkata: “Sesungguhnya cinta kepada Allah adalah bukan hanya sekedar pengakuan dengan lisan saja, dan bukan juga hanya angan-angan dengan perasaan saja, akan tetapi ia harus diikuti dengan ittiba’ (mengikuti) jejak Rasulullah  dan petunjuknya, dan menerapkan manhaj (jalan hidup) beliau dalam kehidupan…dan sungguh keimanan bukan hanya sekedar kata-kata yang terucap, dan bukan pula semangat yang menggelora, dan bukan pula syiar-syiar yang di pancangkan. Akan tetapi ia adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dan disertai dengan mengamalkan aturan-aturan Allah  yang dibawa oleh Rasulullah ”.

Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa membuktikan cinta kita kepada Allah  yaitu dengan mengikuti jejak Rasulullah  dalam setiap lini kehidupan kita. Karena dengan begitu berarti kita telah mentaati Allah ; dan semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang Ia cintai dan kita mendapat ampunan dariNya atas semua dosa dan kesalahan kita.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Check Also

Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Ujian – Khutbah Jumat

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *