Harta merupakan ujian bagi manusia. Ia bisa memuliakan dan bisa menghinakan. Hal ini tergantung bagaimana pemilik harta menggunakannya. Apakah harta tersebut digunakan untuk mendekatkan diri kepada Alloh subhanahu wata’ala atau sebaliknya justru membuatnya lalai. Harta yang dibelanjakan di jalan kebaikan akan mengantarkan seseorang meraih kemuliaan dan harta yang melalaikan seseorang dari Alloh subhanahu wata’ala hanya membuat pemiliknya menjadi orang-orang yang hina. Inilah makna harta sebagai ujian bagi manusia.. Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Ketahuilah bahwa harta dan anak-anak kalian itu hanyalah sebagai ujian dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. al-Anfal [8]: 28)
رَوَي التِّرْمِذِيُّ عَنْ كَعْبِ بْنِ عِيَاضٍ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
Al-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Ka’ab ibn Iyadh bahwa Nabi sholallohu’alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya masing-masing umat itu memiliki fitnah dan fitnah ummatku adalah harta.” (HR. al-Tirmidzi)
Kedua nash di atas mempertegas bahwa harta adalah ujian. Siapakah di antara manusia yang jika diberi harta bersyukur dan mentaati Alloh maka ia berhasil menghadapi ujian tersebut. Adapun jika harta menjadi sebab berpalingnya dari Alloh subhanahu wata’ala berarti telah gagal menghadapi ujian. Nabi Sulaiman ‘alaihissalam adalah contoh sosok yang sukses menghadapi ujian harta. Beliau tetap dekat dengan Alloh subhanahu wata’ala sekalipun kekayaan dan kerajaan sangat dahsyat dimilikinya. Qarun adalah contoh sosok yang terfitnah dengan fitnah harta yang melimpah. Harta yang dimilikinya justru membuatnya semakin jauh dari ketaatan dan bahkan membuatnya menjadi hamba yang kufur.
Pada hakikatnya, kaya dan miskin adalah sama-sama ujian. Sebab ujian bisa berupa keburukan dan bisa berupa kebaikan. Bahkan, ujian dalam bentuk kebaikan lebih berat dibanding ujian dengan keburukan. Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
“Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan.” (QS. al-Anbiya [21] 35)
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 155)
Alloh subhanahu wata’ala sudah mengingatkan hamba-hamba-Nya agar tidak terpedaya oleh harta. Harta yang dimiliki tidak boleh membuatnya melupakan kewajiban kepada Alloh subhanahu wata’ala. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah harta-harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. al-Munafiqun [63] 9)