HAKIKAT TAUHID ULUHIYAH
Segala bentuk ibadah yang kita lakukan, haruslah hanya ditujukan kepada Alloh Subhanahu Wata’ala semata. karena jika menujukan ibadah kepada selain Alloh, maka kita akan terjatuh dalam kesyirikan yang menjadikan kita terjatuh kelembah api neraka yang di penuhi dengan siksaan yang sangat pedih.
Mempersembahkan ibadah kepada selain Alloh merupakan bentuk penyelewengan terhadap rububiyyah Alloh. karena termasuk kedalam bentuk tauhid adalah tauhid rubbubiyah yaitu mempersembahkan seluruh peribadatan hanya kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Atau dengan kata lain, tauhid uluhiyah mengesakan Alloh Subhānahu wa Ta’ālā dalam beribadah kepada-Nya. Tauhid uluhiyyah disebut juga dengan istilah tauhid ilahiyah atau tauhid ‘ubudiyyah.
Sangat banyak dalil tauhid uluhiyah ini di dalam al-Qur`an dan hadits Rosululloh Sholallolohu ‘alaihi wa sallam. Tentu hal ini menunjukkan betapa penting dan tinggi kedudukan tauhid uluhiyah dalam agama Islam. diantara dalil yang menunjukkan tauhid uluhiyah, adalah firman Alloh Subhanahu Wata’ala dalam surat adz-Dzariat ayat 56-57.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah hanya kepada-ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki mereka memberi Aku makan.”
(QS. adz-Dzariat: 56-57)
Demikian juga dalam surat al-Bayyinah ayat lima:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (5
“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Alloh dengan mengikhlaskan peribadatan hanya untuk-Nya dan menjadi orang-orang yang bertauhid.”
(QS. al-Bayyinah: 5)
Tauhid uluhiyyah ini mengandung tiga masalah pokok, yaitu:
Pertama Nusuk, kemudian yang Kedua Hakimiyyah, dan yang Ketiga al-Wala’ wa al-baro’.
Kandungan pokok tauhid uluhiyyah yang pertama adalah dalam nusuk. Yang dimaksud dengan nusuk adalah praktek-praktek peribadatan seperti sholat, do’a, qurban, haji, nadzar, dan lain sebagainya. Semua praktek-praktek peribadatan tersebut harus sepenuhnya dipersembahkan hanya kepada Alloh Subhānahu wa Ta’ālā.
Maka, Barangsiapa yang memberikan salah satu peribadatan tersebut, atau seluruhnya kepada selain Alloh Subhānahu wa Ta’ālā, maka orang tersebut telah mengerjakan perbuatan syirik yang besar sekali.
Berkaitan dengan hal ini Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surat al-An’am ayat 162:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162
“Katakanlah: “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya-lah untuk Alloh, Robb semesta alam.”
(QS. al-An’am: 162)
Kemudian Kandungan Tauhid uluhiyyah yang kedua adalah Hakimiyyah.
Yang dimaksud dengan Hakimiyah adalah mengakui bahwa hanya Alloh-lah yang berhak membuat berbagai hukum, baik hukum-hukum peribadatan maupun hukum-hukum keduniawian. Hanya hukum-hukum Alloh-lah yang harus diterapkan dan ditegakkan di seluruh dunia dan di seluruh aspek kehidupan.
Barangsiapa yang menolak hukum Alloh Subhānahu wa Ta’ālā atau menggantikan hukum-hukum-Nya dengan undang-undang buatan makhluk, menerapkan hukum-hukum buatan makhluk dan meninggalkan hukum-hukum-Nya, maka orang tersebut telah jatuh dalam kesyirikan yang besar.
Dalam surat at-Taubah ayat tiga puluh satu Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (31
“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai robb-robb selain Alloh, dan demikian juga dengan al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Dia, Maha suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan.”
(QS. at-Taubah: 31)
Mungkin di antara kita ada yang bertanya, mengapa kita harus menerapkan hukum Alloh? Maka kita katakan, karena Alloh Subhānahu wa Ta’ālā adalah Pencipta dan Pemilik segala sesuatu. Segala yang ada di alam wujud dunia adalah milik Alloh Subhānahu wa Ta’ālā. Oleh karena itu, Hanya Dialah yang berhak berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya atas seluruh makhluk-Nya. Hanya Dia-lah yang berhak membuat peraturan-peraturan untuk mengatur makhluk-Nya. Barangsiapa yang membuat tandingan bagi Alloh Subhānahu wa Ta’ālā dalam hukum-hukum-Nya, apalagi dengan menyingkirkan hukum-hukum-Nya dan menggantinya dengan hukum-hukum makhluk, maka celakalah orang tersebut karena dia telah jatuh ke dalam suatu kesyirikan yang besar sekali.
Menerapkan atau menerima sebagian hukum-hukum Alloh Subhānahu wa Ta’ālā serta menolak dan menyingkirkan sebagian lainnya, sama halnya dengan menolak seluruh hukum-hukum-Nya. dalam surat al-Baqoroh ayat 85 Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (85
“Apakah kalian (orang-orang Yahudi) beriman pada sebagian dari al-kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian dari pada kalian melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Alloh tidak lengah dari apa yang kalian perbuat.”
(QS. al-Baqoroh: 85)
Kemudian Kandungan tauhid uluhiyah yang ketiga adalah al-wala’ wa al-baro’. al-Wala’ berarti kedekatan, kecintaan, dan pembelaan. Sedangkan al-baro’ adalah kejauhan, kebencian, dan permusuhan. Ketika semua hal tersebut disalurkan menurut manhaj Alloh Subhānahu wa Ta’ālā, maka semua hal tersebut merupakan peribadatan yang besar sekali. Hal ini berdasarkan beberapa firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, seperti dalam surat al-Hadid ayat yang 25:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ (25)
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rosul-rosul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca keadilan supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, supaya mereka mempergunakan besi itu dan supaya Alloh mengetahui siapa yang membela agama dan rosul-rosul-Nya, padahal Alloh tidak dilihatnya. Sesungguhnya Alloh Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
(QS. al-Hadid: 25)
Tauhid uluhiyyah dalam al-wala’ dan al-baro’; berarti hanya dekat, mencintai, dan membela Alloh Subhānahu wa Ta’ālā, agama-Nya, Rosul-Nya Sholallohu ‘alaihi wa sallam dan kaum mukminin. serta menjauhkan diri, membenci, dan memusuhi orang-orang kafir dan juga sifat kekufuran. Sebagaimana firman Alloh dalam surat al-Baqoroh ayat 165:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ (165
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menjadikan tandingan-tan-dingan bagi Alloh, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Ada pun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Alloh. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa kekuatan itu hanyalah kepunyaan Alloh semua-nya, dan bahwa Alloh amat berat siksa-Nya niscaya mereka menyesal.”
(QS. al-Baqoroh: 165)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi rohimahumulloh, Rosulalloh ShallAllohu ‘alayhi wa Sallama juga bersabda,
مَنْ أَحَبَّ فِي اللهِ وَأَبْغَضَ فِي اللهِ وَأَعْطَى للهِ وَمَنَعَ للهِ فَقَدْ إِسْتَكْمَلَ الإيْمَانَ
“Barangsiapa yang mencintai karena Alloh, membenci karena Alloh, memberi karena Alloh, dan tidak memberi karena Alloh, maka dia telah menyempurnakan imannya.”
(HR. Tirmidzi)
Al-Wala’ wa al-baro’ ini adalah bagian tauhid yang sangat penting sekali, karena al-wala’ wa al-baro’ dapat mengeluarkan seseorang dari Islam. al-Wala’ dan al-bara’ termasuk prinsip utama yang selalu dipegang teguh oleh para nabi dan orang-orang sholeh sebelum kita. hal ini sebagaimana firman Alloh dalam surat al-Mumtahanah ayat 4:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (4
“Sesungguhnya telah ada untuk kalian tauladan yang baik pada Ibrahim dan pada orang-orang yang besertanya, tatkala mereka berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa-apa yang kalian sembah selain Alloh serta mengingkari apa-apa yang ada pada kalian dan telah tumbuh antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian selamanya hingga kalian beriman pada Alloh Tuhan yang esa, kecuali perkataan Ibrohim pada ayahnya, sesungguhnya aku akan memintakan ampunan pada Alloh untuk mu, tidaklah aku memiliki untuk dirimu sesuatu pun dari Alloh, Wahai Tuhan kami, hanya pada Engkaulah kami bertawakal dan bertobat serta hanya kepada-Mu-lah tempat kembali.”
(QS. al-Mumtahanah: 4)
Demikianlah pembahasan tentang rincian pembahasan tauhid uluhiyah. Semoga Alloh senantiasa membimbing kita semua untuk menauhidkannnya.
Amin. Wallohu A’lam.