Buktikan Cintamu Dengan Menikah

15 Jan 2018Redaksi Aqidah

Buktikan Cintamu Dengan Menikah

Cinta sejati memang tak sekedar kata-kata di bibir saja. Namun cinta sejati mengharuskan adanya pembuktian. Banyak orang yang salah kaprah ketika ingin membuktikan cinta dan kasih sayangnya. Ada yang dengan kencan setiap malam minggu, boncengan bareng setiap kuliah dan sekolah, menulis puisi cinta, mengirim kado bahkan sampai pada perzinaan. Ternyata kalau kita cermati memang tidak setiap aksi dari seorang pencinta menjadi bukti atas cinta sejatinya. Justru kebanyakan aksi tersebut adalah luapan hawa nafsu kepada lawan jenisnya. Disinilah sebenarnya setan bermain dengan cinta dan asmara dalam hati manusia. Dengan momoles indah budaya pacaran maka hal tersebut seolah  menjadi ajang pembuktian atas cinta seseorang. Padahal semua itu adalah adalah rayuan gombal untuk menjerumuskan manusia kepada lembah dosa dan keterpurukan.

Benarkah Pacaran Bukti dari Cinta?

Banyak orang yang membuktikan cintanya dengan pacaran. Di situlah mereka mulai mengorbankan waktu, harta dan tenaga kepada pasangannya. Ada yang rela malam-malam kehujanan untuk apel malam mingguan. Ada juga yang rela membelikan berbagai macam barang kesukaan sang pacar meski mengeluarkan uang jutaan. Bahkan ada yang mau mendaki gunung yang tinggi hanya mencari setangkai Edelwis buat hadiah untuk sang pacar. Begitulah kata orang kalau cinta sudah melekat maka tahi kucingpun terasa seperti coklat.

Pertanyaannya benarkah pacaran bukti dari cinta sejati? Jika benar, kenapa harus banyak berdusta ketika seseorang sedang pacaran? Berdusta kepada Alloh subhanahu wata’ala karena hal tersebut melanggar syariat dan menjadi sarana berzina. Berdusta kepada nabi shollallohu’alaihi wasallam karena memang nabi sholallohu’alaihi wasallam melarang seseorang berkhalwat dan bersepi-sepian. Berdusta kepada orang tua karena banyak alasan ini-itu untuk ngurusin pacar. Dan berdusta kepada orang karena banyak sekali aib yang ditutup-tutupi dihadapan sang pacar. Dan tentunya tak terhitung kedustaan dibalik orang pacaran yang memang selalu ngegombal dan mengobral janji saja.

Lantas jika kenyataannya demikian pantaskah pacaran dikatakan sebagai bukti cinta sejati? Lalu dimanakah tanggung jawab pacar setelah pasangan dijamah dan dihamili? Kebanyakan mereka cuek dan menghilang pergi. Seandainya dinikahipun tetap saja cinta tersebut ternoda dan penuh aib serta tercoreng di mata manusia lebih-lebih di mata agama. Sungguh hanya agama syahwat dan nafsu yang menghalalkan cinta lewat pacaran. Tidak mungkin agama yang diturunkan Alloh subhanahu wata’ala yang suci ini menghalalkan  cinta terlarang. Miris memang budaya jahiliah ini. Namun sayangnya masih saja masyarakat kita menganggap budaya itu lumrah, wajar bahkan bukan merupakan kemungkaran yang harus diingkari.

Jika kita mau runut lagi, atas dasar apa mereka yang pacaran mengikat tali cinta tersebut? Apakah ikatan cinta yang diridhai syariat atau memang cinta terlarang produk setan? Jawabannya tidak lain adalah cinta terlarang dari hawa nafsu dan bisikan setan. Perlu diketahui bahwa cinta sejati adalah cinta yang benar-benar membawa sakinah, mawaddah wa rahmah. Itulah cinta yang diikat dengan tali kuat yang bernama akad pernikahan islami. Yaitu tali cinta suci sekaligus bukti cinta sejati yang menjadi mimbar cinta antara dua jiwa yang bertaqwa.  Hanya sang pecinta sejati saja yang berani membuktikannya. Jika Anda memang pemberani, buktikan cintamu dengan menikah!

Jangan pacaran karena Ia Sejelek-jelek Jalan.

Alloh subhanahu wata’ala berfirman

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
(QS. Al Isro’[17]: 32)

Syaikh Abdurrahman Nashir As Sa’di rohimahulloh berkata: “Larangan Alloh untuk mendekati zina itu lebih tegas dari pada sekedar melarang perbuatannya, karena berarti Alloh melarang semua yang menjurus kepada zina dan mengharamkan seluruh faktor-faktor yang mendorong kepadanya.” Sedangkan “Al Fahisyah adalah sesuatu yang dianggap sangat jelek dan keji oleh Syari’at, oleh akal sehat dan fitrah manusia, karena mengandung pelanggaran terhadap hak Alloh, hak wanita, hak keluarganya atau suaminya, dan merusak kehidupan rumah tangga serta tercampurnya (kacaunya) nasab keturunan.”

Jelas sekali dalam ayat tersebut bahwa segala sarana yang mendekatkan kepada perzinaan maka itu dilarang. Lantas adakah sarana yang lebih besar sarana untuk mendekati zina selain dari berpacaran dan bersepi-sepian? Memang pacaran merupakan sejelek-jelek jalan yang hanya ditempuh para pengecut cinta.

Pernikahan Ibarat Mimbar Bagi Dua Hati yang Bercinta.

Pembaca yang dirahmati Alloh… Berikut ini segores nasihat yang mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk para pencinta sejati agar segera menikah secara islami.

 

PESONA MIMBAR CINTA

(Sana’a, Yemen, 16/11/1430 H – 03/12/2009)

Pernikahan adalah mimbar cinta yang dikumandangkan di atasnya nasihat-nasihat cinta. Nasihat yang tulus dan ikhlas antara dua jiwa yang menyatu dalam ikatan iman dan jalinan taqwa. Mimbar cinta adalah panggung menebar pahala yang terpancar dari ayat-ayat mulia. Ayat yang penuh cinta dan gemerlap di dalam dada orang yang bertaqwa. Menjadi penghias di langit jiwa bagai gemintang di malam gulita. Ialah majelis pengobat hawa. Penyejuk hati bagai oase di gurun sahara. Menepis asmara liar dan membimbing cinta buta menuju pelaminan yang mulia. Pelaminan tempat menjaga kesucian; Pelaminan yang penuh idaman tempat menaruh harapan. Dimasa depan; ‘Tuk menepis hari-hari mengarungi jeramnya samudra kehidupan.

Mimbar cinta adalah majelis bertemunya cinta-cinta yang mulia. Cinta yang jauh dari lumuran hawa. Cinta yang membuat pemiliknya menjadi sang pembela saat kekasih sejatinya dicela dan dihina. Disinilah cinta sejati di uji dan di tempa. Bukan sekedar kata manis di bibir kita. Bukan pula sikap romantis sesaat saja. Namun pengorbanan dan keikhlasan, pengertian dan memaafkan, serta saling terbuka ‘tuk menuju kelanggengan yang di harapkan.

Inilah mimbar yang membuat kita mengerti akan cinta sejati. Disinilah tempat hamba menata diri menuju pengadilan cinta ilahi. Yaitu hari dimana cinta-cinta berdosa dimintai pertanggungjawabannya. Hari dimana cinta dusta tersingkap dari pemiliknya. Dan hari dimana para penyembah cinta tersadar akan tipuan hawa nafsunya. Disitulah pemilik cinta sejati berseri-seri. Wajahnya bersinar bagai rembulan di malam hari. Semua itu sebagai balasan atas cintanya yang tulus pada ilahi.

Mimbar cinta adalah mimbar tempat bernaung kegundahan jiwa. Kegundahan jiwa karena asmara yang panas membara dan menjerumuskan ke dalam jurang zina. Di mimbar inilah ketenangan hidup dunia selalu dijumpa. Di mimbar cinta pula kedewasaan cinta terbukti dalam realita. Ada senyum manis yang merekah dan berseri. Semua itu terhambur mewangi bagaikan kuntuman mawar dan melati. Ada pula pesona rindu yang mencair dan menghangatkan lubuk sanubari. Mendekap jiwa kuat, memberi semangat demi mengarungi lika-liku di kelak hari.

Mimbar cinta adalah tempat mendidik kesabaran cinta. Melatih dan menempa jiwa tegar menjalani suka nan duka. Dialah mimbar tuk mengawal perjalanan cinta. Perjalanan sejati seorang hamba menuju pemilik setiap jiwa. Dia pulalah mimbar yang mentazkiyyah cinta dari kerak dan noda hawa. Noda yang senantiasa terselip disudut jiwa. Dan terkadang bergelantungan di langit hati penuh birahi pada wanita. Mimbar cinta memang bagai safinah penyelamat cinta dari hempasan badai hawa. Mimbar tempat berlayar di tengah badai nafsu dan angkara. Mengantarkan kita menuju dermaga ketenangan jiwa yang didamba. Yaitu pelabuhan ketenangan jiwa yang bernama pernikahan yang disucikan oleh din yang mulia.

Ada nasihat-nasihat penyejuk jiwa membersamai diri membina rumah tangga islami nan bahagia. Nasihat takwa yang terpancar dari lubuk jiwa. Bagaikan bintang gemintang yang bertaburan di angkasa raya. Menjadi panorama malam dan petunjuk musafir menuju tujuannya.

Mimbar cinta adalah mimbar orang-orang bertakwa dalam bercinta. Mimbar menyemai benih-benih kasing sayang dalam keluarga. Mimbar cinta adalah mimbar pengubah asmara dosa menjadi ladang pahala. Ladang pahala yang tumbuh subur buah kesabaran dan dipagari kuatnya jalinan takwa. Saudaraku tercinta… Selamat mengarungi bahtera mimbar cinta. Semoga setiap desah cinta kita bernilai ibadah dan berpahala di sisi-Nya.

Wallohu a’lam bishowab.