Beginilah Semestinya Orang Tua

21 Mar 2013Redaksi Ruang Keluarga

Semestinya Kita Selaku Orang Tua Harus Seperti Ini

Orangtua sebagai pendidik utama untuk anak-anaknya, jadi harus memiliki sifat-sifat yang utama pula, agar kita bisa meraih keberhasilan dalam pendidikan bagi anak-anak kita. Meskipun mungkin hal tersebut akan sulit, namun kita harus berusaha semaksimal mungkin agar memiliki sifat-sifat tersebut, sebab kita akan menjadi fokus teladan pendidikan bagi sang generasi baru, paling tidak sebagi fokus teladan untuk anak-anak kita. Mereka akan senantiasa menyorot kita selaku sang pendidik dan sang pembimbing, karena kita-lah contoh nyata yang mereka saksikan dalam kehidupan mereka.

Berikut  Adalah Beberapa Karakter Yang Harus Dimiliki Sebagai Orang Tua:

Ikhlas

Rawat serta didiklah sang anak dengan penuh ketulusan dan niat ikhlas semata-mata hanya mengharap keridhaan Allah. Canangkan niat semata-mata untuk Allah dalam seluruh lingkup aktivitas edukatif, baik berupa perintah, larangan, nasehat, pengawasan, maupun hukuman.

Niat yang ikhlas, selain mendatangkan keridhaan dan pahala Allah, juga akan meneguhkan hati kita di saat ujian menghampiri. Dan hati kita akan tetap lapang, bagaimanapun hasil yang kita raih setelah usaha dan doa yang kita lakukan.

Bertakwa

Inilah sifat terpenting yang sangat harus dimiliki seorang pendidik. Takwa yang para ulama mendefinisikannya dengan: “Menjaga agar Allah tidak mendapatimu pada perkara yang Dia larang, dan jangan sampai Allah tidak mendapatimu pada perkara yang Dia perintahkan.” Yakni mengerjakan segala yang Dia perintahkan dan menjauhi segala yang Dia larang.

Hiasi diri kita dengan takwa, sebab pendidik adalah contoh dan panutan sekaligus penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan islam.

Dan kita  ingat juga dengan janji Allah bahwa Dia akan memudahkan urusan orang yang bertakwa, akan memberi jalan keluar baginya, dan memberi rizki dari arah yang tidak ia sangka. Karena anak yang shalih adalah rizki.

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq:4)

Berilmu

Pendidik harus berbekal ilmu yang memadai. Ia harus memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep dasar pendidikan dalam Islam. Mengetahui halal haram, prinsip-prinsip etika islam serta memahami secara global peraturan-peraturan dan kaidah-kaidah syariat Islam.

Karena dengan mengetahui semua itu pendidik akan menjadi seorang alim yang bijak, meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, mampu bersikap proporsional dalam memberi materi pendidikan, mendidik anak dengan pokok-pokok persyaratannya.

Bertanggung jawab

Milikilah rasa tanggung jawab yang besar dalam memdidik seorang anak, baik aspek keimanan maupun tingkah laku sehari-harinya, jasmani maupun ruhaninya, mental maupun sosialnya. Rasa tanggung jawab ini lah yang akan senantiasa mendorong upaya menyeluruh dalam mengawasi anak dan memperhatikannya, mengarahkan dan mengikutinya, membiasakan dan melatihnya.

Sabar dan tabah

Dua sifat ini sangatlah dibutuhkan oleh setiap pendidik. Sebab dalam proses pendidikan tentu sangat banyak tantangan dan ujian. Baik tantangan dari diri pribadi sendiri, anak didik, maupun tantangan dari luar lingkungan. Kita harus bisa melaksanakan sebaik-baiknya kewajiban mendidik anak diantara tugas dan tanggung jawab kita yang lainnya. Kita akan dihadapkan kepada berbagai macam karakter anak. Ulah dan tingkah mereka yang sangat menuntut kesabaran dalam menghadapinya.

Jadi hendaklah kita senantiasa berlaku sabar dengan mengharap rahmat Allah dan mewasapadai sikap berputus asa, sebagaiman firman Allah:

إِنَّهُ لا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

“ Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf:86)

Lemah lembut dan tidak kasar

Inilah salah satu sifat yang dicintai Allah dan disukai oleh manusia. Pada hakekatnya setiap jiwa menyukai kelembutan. Terlebih jiwa anak yang masih polos dan lugu. Setiap anak sangat merindukan sosok pendidik yang ramah dan lemah lembut.

Rasulullah adalah sosok pendidik yang penuh kelembutan. Sifat lemah lembut dalam mendidik anak akan mendatangkan begitu banyak kebaikan. Sebaliknya sikap kasar akan membawa keburukan. Disamping itu, sikap kasar dapat meninggalkan trauma dan memori buruk dalam jiwa dan ingatan si anak.

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ

“Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali ia akan menghiasinya. Dan tidaklah sifat lemah lembut itu tercabut dari sesuatu kecuali akan menjadikannya buruk.” HR. Muslim

Penyayang

Perasaan sayang akan menjadi penghangat suasana dan menjadikan proses pengajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

Anas radhiyallahu’anhu meriwayatkan,
“Seorang wanita mendatangi ‘Aisyah lalu ‘Aisyah memberinya tiga butir kurma. Wanita itu memberi tiap-tiap anaknya satu butir kurma dan menyisakan satu butir untuk dirinya. Lalu kedua anak memakan kurma tersebut kemudian melihat kurma yang ada pada ibunya. Kemudian wanita itu membelah dua kurma itu lalu memberi masing-masing setengah kepada dua anaknya tersebut. Taklama kemudian Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam datang, lalu ‘Aisyah menceritakan hal itu kepada beliau. Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Apakah kamu takjub melihatnya? Sungguh Allah telah merahmatinya karena kasih sayangnya kepada dua anaknya.” HR. Bukhari

Lunak dan fleksibel

Lunak dan fleksibel bukan maksudnya lemah dan tidak tegas. Namun harus difahami secara luas dan menyeluruh. Maksudnya disini lebih mengarah pada sikap mempermudah urusan dan tidak mempersulitnya. Seorang pendidik hendaknya memilih kemudahan yang dibolehkan oleh syariat. Ketika dihadapkan pada dua pilihan, maka pendidik yang bijak akan memilih yang paling ringan dan mudah selama hal itu bukan perkara haram.

Rasulullah bersabda, “Permudahlah, jangan membuat sulit dan berikanlah berita gembira, janganlah kalian membuat orang lain lari.” (Mutaffaqun’alaih)

Tidak mudah marah

Sifat mudah marah merupakan bagian dari sifat negatif dalam pendidikan. Jika seorang pendidik mampu mengendalikan diri dan menahan amarahnya, maka hal itu akan membawa keberuntungan bagi dirinya dan juga anak-anaknya. Karena sebagian besar kemarahan itu datangnya dari syaithan. Perasaan anak sangatlah peka, mereka dapat membedakan manakah nasehat yang didorong oleh kemarahan dan manakah nasehat yang didorong oleh rasa kasih sayang.

Diriwayatkan dari Abu Harairah bahwa Rasulullah bersabda,
“Orang yang pemberani bukanlah orang yang selalu menang dalam berkelahi, akan tetapi pemberani adalah orang yang menguasai (menahan) diri ketika marah.” (Muttafaqun’alaih)

Membatasi diri dalam memberikan nasehat

Terlalu banyak berbicara seringkali tidak memberikan hasil yang diharapkan. Sementara itu, membatasi diri dalam memberikan nasehat yang baik seringkali justru memberikan hasil yang diinginkan dengan izin Allah tentunya.

Diriwayatkan dari Abi Wa’il Syaqiq bin Salamah bahwa dia berkata: Adalah Ibnu Mas’ud memberikan pelajaran seminggu sekali setiap hari kamis. Lalu ada seseorang yang mengusulkan, “Wahai Abu ‘Abdirrahman (kunyah Ibnu Mas’ud)! Kami sebenarnya ingin jika engkau memberikan pelajaran kepada kami setiap hari.”

Dia menjawab, “Sesungguhnya yang menghalangiku untuk melakukannya adalah karena aku tidak suka bila melihat kalian bosan. Aku membatasi diri dalam memberikan petuah kepada kalian sebagaimana Rasulullah memberikan batasan dalam memberikan nasehat kepada kami karena khawatir bila hal itu membuat kami bosan.” (Muttafaqun’alaih)
wallohu a’lam

(Red-HASMI/Muslimah)