BANGKIT DAN MULIA DENGAN DAKWAH
Oleh : Yanwar Arianto
Keruntuhan dan kebangkitan selalu bertukar mengiring zaman. Ketika sebuah kaum runtuh ruhaninya; menyembah tuhan-tuhan yang tak patut disembah, khusyuk dalam ritual bisikan setan, hidup di bawah hukum karangan manusia, ataupun runtuh dunianya; raga terpuruk, tertindas oleh raja durjana…. di sana selalu ada manusia mulia perintis gerakan kebangkitan. Merekalah pahlawan sejarah. Mereka tampil di pentas dunia mengembalikan laju kehidupan manusia pada rel yang sebenarnya. Merekalah para nabi dan rosul yang Alloh Subhanahuwata’ala utus dalam sebuah misi penyelamatan massal lagi total hingga ditutup oleh Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam.
Para nabi dan rosul itu adalah manusia paling mulia di sisi Alloh. Tidak ada manusia yang lebih mulia dari mereka. Kemuliaan nabi dan rosul bukanlah karena fisiknya, harta kekayaan, nasab ataupun lainnya. Sebab, nabi dan rosul itu manusia biasa, sama dengan umumnya manusia, agar jalan mereka bisa ditempuh oleh siapapun.
Penyebab mereka mulia di sisi Alloh Subhanahuwata’ala tidak lain karena mereka menyusuri iklim keterpurukan dengan dakwah, menyampaikan risalah wahyu yang mereka bawa.
Alloh Subhanahuwata’ala berfirman: “Rosul- rosul mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya kami tidak lain adalah manusia biasa seperti kalian. Akan tetapi, Alloh telah memberikan karunia- Nya kepada siapa saja yang di- kehendakinya di antara-hamba- hamba-Nya.” (QS. Ibrahim: 11).
Ibnu Katsir Rohimahulloh memaknai kalimat terakhir, “Akan tetapi, Alloh telah memberikan karunia- Nya kepada siapa saja yang dikehendakinya di antara-hamba- hamba-Nya,” bahwa mereka diberi karunia berupa nubuwwah dan risalah yang mereka emban. (Tafsir Ibn Katsir).
Ketika titik poin utama kemuliaan para nabi dan rosul dicirikan oleh risalah yang diembannya. Lantas, bagaimana kedudukan umat mereka yang meneruskan aktivitas mereka yang mulia itu, yakni mengibarkan panji dakwah? Alloh Subhanahuwata’ala sendiri yang menegaskan:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru manusia menuju Alloh?” (QS. Fushshilat: 33).
Tidak ada posisi, jabatan, kedudukan, martabat yang lebih tinggi melebihi da’i. Tidak ada yang lebih mulia, lebih terhormat, lebih luhur dari seorang da’i. Ucapannya adalah sebaik-baik
ucapan. Tutur katanya adalah seelok-elok perkataan. Menyeru kepada jalan Alloh, serius, penuh kesabaran atas segala cobaan demi pahala yang Alloh Subhanahuwata’ala janjikan.
Imam al-Qurtubi Rohimahulloh menjelaskan, ayat di atas berlaku umum bagi siapa saja yang menyeru manusia ke jalan Alloh (Taf-sîr al-Qurthubi).
Mereka, menurut al-Hasan al-Bashri, adalah kekasih Alloh, wali Alloh, dan pilihan Alloh; mereka adalah penduduk bumi yang paling dicintai Alloh karena dakwah yang diserukannya. (Tafsir Ibnu Katsir)
Para pengemban dakwah adalah pewaris sejati para rosul dan para nabi. Merekalah yang mewarisi risalah yang pernah diemban para nabi dan rosul itu. Sebab, para nabi dan para rosul tidak meninggalkan apapun yang diwariskan bagi umat mereka, kecuali risalah yang mereka emban.
Karena itulah, Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam bersabda: “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat.” (HR. at-Tirmidzi). Sampaikan apa yang kita bisa dan yang kita fahami. Banyak sekali nas-nas motivasai sekaligus pujian dari
Alloh dan Rosul-Nya yang ditujukan kepada para pengemban dakwah dan penyampai hidayah. Di antaranya Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam bersabda:
“Siapa saja yang menyeru manusia pada hidayah, maka ia mendapatkan pahala sebesar yang diperoleh oleh orang-orang yang mengikutinya,tanpamengurangi sedikitpunpahalamereka.”(HR. Muslim).
“Sesungguhnya Alloh, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, hingga semut yang di dalam lubangnya, bahkan ikan- ikan, semua bersholawat kepada orangyangmengajarkankebaikan pada manusia.” (HR. Tirmidzi, dengan sanad hasan sahih)
Semua sahabat nabi sangat memahami nilai kemuliaan dalam sabda-sabda nabi ini. Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah mengenal lelah dalam menyampaikan risalah dakwah. Meskipun mereka harus mengorbankan sebagian besar waktu, tenaga, pikiran, harta- benda, keluarga, bahkan nyawa. Merekalah orang-orang yang senantiasa menjadikan dakwah sebagai poros hidupnya.
Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam dan para sahabat adalah orang-orang yang menomorsatukan dakwah dibandingkan urusan-urusan diluar dakwah. Mereka bukanlah orang-orang yang lebih banyak disibukkan waktunya untuk mencari dunia, kecuali sekadar memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya saja. Mereka juga tidak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Mereka bangkit dari keterpurukan sejarah, lalu berdiri gagah mengibarkan panji dakwah. Panji-panji yang sarat nilai kemuliaan. Hingga semua manusia terpana. Mereka lari kencang, bagai topan, menerjang belantara kejahilan, memulai gerakan kebangkitan, menebar kebaikan di dunia. Jika tidak demikian, mana mungkin mereka berhasil menyebarluaskan Islam di Jazirah Arab dan sekitarnya dalam waktu yang sangat singkat? Apa yang kita tunggu?….
Kita harus bangkit dari keterpurukan zaman ini dengan melanjutkan perjuangan mereka, menyebarkan dakwah Islam, berlomba-lomba meraih sederet kemuliaan yang menggiurkan. Bersama-sama berjuang menyong- song kebangkitan Islam, yang sudah terlihat semburatnya. Berjuangbersamadalamjamaah dakwah Himpunan Ahlussunnah untuk Masyarakat Islami!
Sumber : Materi Majalah INTISARI HASMI Vol. 0004 Rubrik Panji Dakwah