Pertanyaan:
Assalamu’alaikum..
Afwan saya pengen nanya, bagaimana hukum islam mengenai pembacaan shodaqallah huladzim setelah selesai menbaca al quran??
Apakah Rosululloh sholallohu ‘alaihiwasallam juga membacanya??
Jika tidak, maka apa yang lebih baik??
Jazakimulloh khoir.
wassalamu’alaikum warahmatullah
Rosmaliana Dewi
Jawaban:
Waalaikumsalam warohmatulloh wabarokatuh
Alhamdulillah wassolatu wassalamu ala rosulillah amma badu.
Ucapan “sodaqallohul azim” sering diterjemahkan dengan “Maha benar Alloh yang Maha Agung dengan segala firmannya”. Perkataan ini tidak diragukan kebenarannya. Karena memang Alloh subhanahu wata’ala selalu benar dalam berfirman. Alloh subhanahu wata’ala berfirman dalam surat an-Nisa: 122
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللّهِ قِيلاً؟
“siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah ?”
Di antara sabda Rosululloh sholallohu ‘alaiwasallam yang sering diucapkan dalam mukoddimah khutbah beliau adalah ucapan:
فإنَّ أصدق الحَديث كِتابُ الله تعالى.
“Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah firman Allah Ta’ala” (HR. Muslim)
Dari dalil-dalil ini maka, seorang muslim harus meyakini bahwa Alloh subhanahu wata’ala senantiasa benar dalam firman-Nya. Siapapun yang meragukan ini maka ia telah kafir keluar dari Islam.
Siapapun yang membaca “sodaqollohul azim” di beberapa kesempatan dengan tujuan untuk lebih menekankan pesan, maka hukumnya boleh.
Dahulu Rosululloh sholallohu ‘alaihiwasallam pernah khutbah, lalu tiba-tiba datanglah hasan dan husain. Keduanya sedang mengenakan pakaian merah dan keduanya terjatuh, maka Rosululloh pun turun dari mimbar dan menggendong keduanya serta mendudukan di hadapannya. Dan beliau bersabda: Sodaqallah (Maha benar Allah) yang telah berfirman “sesungguhnya harta dan anak kalian adalah fitnah”. Aku melihat kepada dua anak kecil ini yang sedang berjalan dan berjatuh, maka aku tidak sabar sehingga ku hentikan dulu khutbahku dan mengangkat keduanya (HR. Tirmidzi)
Akan tetapi selalu mengucapkan “Sodaqollahul adzim” di setiap akhir bacaan al-Quran, maka para ulama mengatakan ini adalah sesuatu yang tidak dicontohkan Rosululloh sholallohu ‘alaihiwasallam. Karena ucapan ini masuk ke dalam zikir mutlak. Ketika zikir mutlak selalu diucapkan karena waktu tertentu, atau tempat serta keadaan tertentu maka harus mendatangkan satu dalil, karena zikir muqoyyad atau zikir yang terikat oleh waktu atau tempat harus ditegakan di atas dalil. Dan karena asal hukum ibadah adalah haram sampai ada dalil yang menyertainya. Dan tidak ada dalil yang memerintahkan seseorang mengucapkan sodaqallahul azim di setiap selesai membaca al-Quran.
Bahkan ketika nabi dibacakan surat al-Quran oleh Abdulloh ibn Mas’ud, beliau mengucapkan “cukup sampai di sini” tidak ada kata lain. Perhatikanlah hadis ini:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ نَعَمْ فَقَرَأْتُ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى أَتَيْتُ إِلَى (عَلَى) هَذِهِ الْآيَةِ [فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا] قَالَ حَسْبُكَ الْآنَ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ
Dari Abdulloh ibn Mas’ud, dia berkata: Rosululloh sholollohu ‘alaihiwasallam bersabda kepadaku, bacalah alquran untukku, aku katakan: wahai rosululloh, apakah aku akan membacakan untukmu, sedangkan ia diturunkan kepadamu? Rosul bersabda: ya. Maka akupun membacakan surat annisa. Ketika sudah sampai pada firman Alloh:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا
Maka Bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu) (Qs. an-Nisa[4]: 41)
Maka beliau bersabda, Cukup sampai di sini. Maka akupun melihat kedua matanya berilinang air mata (HR. Bukhori)
Wallahualam…