Abu Daud, Imam Ahli Hadits Di Masanya

28 Mar 2014Redaksi Pemuda Juang

Beliau adalah Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Syihad bin Amr bin Amir, sedangkan menurut Al-Khatib Al-Baghdadi , namanya adalah Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Syidad bin Amr bin Imran.

Dikatakan bahwa kakek kedua Imam Abu Dawud raḥimahullāh (may Allāh have mercy upon him) yang bernama Imran adalah salah seorang yang berjuang bersama Ali bin Abi Tholib raḍyAllāhu 'anhu (may Allāh be pleased with him) dalam Perang Shiffin.”

“Beliau lahir pada tahun 202 Hijriyah. Ia sering melakukan rihlah, mengumpulkan hadits, menelurkan Karya dan lihai dalam bidang hadits.”

Abu Ubaid Al-Ajari berkata, aku telah mendengar Abu Dawud raḥimahullāh (may Allāh have mercy upon him) berkata, “Aku dilahirkan pada tahun 220 Hijriyah dan aku turut menyolati Affan yang meninggal pada tahun 220 Hijriyah. Ketika aku masuk Mesir, mereka berkata,”Kemarin, Utsman bin Al-Haisam Al-Muadzin meninggal. Aku juga pernah satu kali mengikuti pengajian Abu Umar bin Adh-Dharir.”

Sifat-sifatnya

Ibrohim bin Al-Qamah raḥimahullāh (may Allāh have mercy upon him) berkata, “Abdulloh telah menyerupai Rosululloh ṣallallāhu 'alayhi wa sallam (peace and blessings of Allāh be upon him) dalam  memberikan petunjuk, dan Al-Qamah itu menyerupai Abdulloh.”

Jarir bin Abdil Humaid  berkata, “Ibrohim telah menyerupai Al-Qamah dan Manshur itu menyerupai Ibrohim.”

Selain Jarir berkata, “Sufyan telah menyerupai Manshur dan Umar bin Ahmad.”

Abu Ali Al-Qauhastani  berkata, “Waqi’ bin Al-Jarrah telah menyerupai Sufyan, Ahmad bin Hambal telah menyerupai Waqi’ dan Abu Dawud menyerupai Imam Ahmad bin Hambal.”

Muhammad bin Bakar bin Abdurrazaq telah berkata dalam kitabnya, “Imam Abu Dawud As-Sijistani itu bejana luas dan bejana sempit.”

Ketika dikatakan kepadanya, “Yarhamukallah, lalu apa maksud ungkapan-Mu itu?” Maka ia menjawab, “Dia itu berpengetahuan luas dan orang lain membutuhkannya.”

Abu bakar Al-Khollal raḥimahullāh (may Allāh have mercy upon him) berkata, “Abu Dawud adalah seorang Imam terkemuka dan pioner di masanya. Selain bersikap waro’i, dia juga salah satu ulama yang telah menelurkan karya dalam bidang hadits tanpa ada sebelumnya. Dia meriwayatkan satu hadits dari Ahmad bin Hambal  ketika dia mudzakaroh (belajar) bersamanya. Ibrohim Al-Ashfahani dan Abu Bakar bin Shodaqoh sangat menghormati Abu Dawud. Mereka berdua selalu menyebut-nyebut nama Abu Dawud tidak sebagaimana nama-nama ulama lain di masanya.”

Ahmad bin Muhammad bin Yasin Al-Harawi  berkata, “Dia adalah salah satu ulama yang hafidzh dalam Islam karena menghafal dan menguasai banyak hadits Rosululloh ṣallallāhu 'alayhi wa sallam (peace and blessings of Allāh be upon him) berikut makna sanad hadits serta illat-illatnya (faktor kecacatan hadits). Dia telah menguasai lebih dari sekedar ibadah, menjauhi perbuatan terlarang yang keji, sholat dan wiro’i. Oleh karena itu, dia merupakan pahlawan dalam dunia hadits.”

Al-Hafizh Musa bin Harun  berkata, “Imam Abu Dawud telah tercipta di dunia untuk hadits, dan di akhirat untuk surga.”

Alan bin Abd Ash-Shamad  berkata, “Aku belajar dari Abu Dawud, dan dia termasuk pahlawan hadits.”

Al-Hafizh bin Abdillah bin Mandah  berkata, “Ada empat ulama telah menelurkan karya dalam hadits. Mereka dapat membedakan hadits yang shahih dan dari tidaknya dan hadits yang benar dari salahnya. Mereka adalah Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, dan An-Nasa’i.”

Abu Hatim Ibnu Hibban  berkata, “Abu Dawud adalah salah seorang imam di dunia yang pandai, berilmu, hafidzh, waro’i, dan jeli. Dia telah mengumpulkan banyak hadits, membukukannya dan telah mengoreksi karyanya As-Sunan.”

Al-Hakim  berkata, “Abu Dawud adalah imam ahli hadits di masanya tanpa dapat diragukan lagi.”

Abu Said Al-Khalil bin Ahmad As-Sajazi Al-Qadhi  berkata, “Aku telah mendengar Abu Muhammad Ahmad bin Muhammad bin Al-Laits Al-Qadhi  berkata, “Suatu ketika Sahal bin Abdillah At-Tasatturi datang menemui Abu Dawud. Setelah tiba, seseorang lalu berkata kepadanya, “Wahai Abu Dawud, ini adalah Sahal. Ia telah datang untuk berziarah kepadamu.”

Kemudian, Abu Dawud menyambutnya dengan gembira, dan mempersilahkan masuk, lalu Sahal berkata kepada Abu Dawud;

“Keluarkanlah lidahmu yang sering kamu gunakan untuk memberikan hadits Rosululloh ṣallallāhu 'alayhi wa sallam (peace and blessings of Allāh be upon him) sehingga aku dapat mengecupnya!” Kemudian Abu Dawud menjulurkan lidahnya dan Sahal pun mengecupnya.”

Adz-Dzahabi raḥimahullāh (may Allāh have mercy upon him) berkata, “Abu Dawud adalah seorang imam dalam hadits, ulama besar dalam bidang fikih dan kitab karyanya merupakan bukti akan hal itu. Dia termasuk murid Ahmad bin Hambal yang terkemuka. Sewaktu mulazamah (bersama) dengan Ahmad bin Hambal, dia banyak bertanya kepada Imam Ahmad tentang permasalahan-permasalahan ushul dan  furu’ secara detil.

Madzhab Abu Dawud adalah madzhab salaf, mengikuti sunnah dan tidak mau masuk ke dalam pembicaraan-pembicaraan yang memojok-mojokan pihak-pihak tertentu.

Abu Abdillah Al-Hakim  berkata, “Tidak dapat disangkal lagi bahwa Abu Dawud adalah imam para ulama ahli hadits di masanya. Dia telah melakukan rihlah ke Mesir, Hijaz, Syam, Irak dan Khurasan. Dia telah menulis hadits di Khurasan sebelum bertolak menuju Irak dan Hirah.

Wallohu a’lam bishowab

(Red-HASMI)