(اَلْكَرِيْمُ) Alloh Yang Maha Mulia

Salah satu al-Asma al-Husna yaitu al-Karim, yang memperkenalkan bahwa Alloh [swt] adalah Robb Yang Maha Mulia. Alloh [swt] menyifati diri-Nya dengan sifat mulia:

“…Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Robbku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”  (QS. an-Naml [27]: 40)

“Hai manusia, apa yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Robbmu yang Maha Mulia (Pemurah).”  (QS. al-Infithor [82]: 6)

Makna al-Karim

Al-Karim, menurut Abu Qosim az-Zujaj, berarti al-Jawad (dermawan), al-Aziz (perkasa), dan al-Shaffuh (pemaaf). Inilah tiga pengertian al-Karim menurut ucapan orang Arab. Semuanya boleh disifatkan kepada Alloh [swt].

Sebagian ulama menjelaskan al-Karim, “adalah yang bila berkuasa akan mengampuni, yang bila berjanji akan menepati, yang bila memberi akan memberi lebih dari yang diminta. Yang tidak pernah berhitung berapa dan kepada siapa yang diberi. Yang bila permohonan itu dipanjatkan kepada selain-Nya, maka Dia yang tidak ridho, yang tidak mengabaikan orang yang berlindung dan memohon perlindungan kepada-Nya. Dan untuk meminta kepada Dia tidak butuh perantara dan penolong. Dzat yang dalam dirinya terhimpun semua yang disebutkan di atas tanpa paksaan, maka dzat itu adalah yang mulia (al-Karim) dalam pengertian yang sebenarnya. Dan itu hanya milik Alloh [swt] semata.

Al-Karim juga berarti Yang Maha Melimpah kebaikan-Nya lagi Maha Agung manfaat-Nya. Dia dari segala sesuatu adalah yang paling baik dan paling utama. Kebaikan Alloh [swt] tidak berbatas, dan keluhuran-Nya di atas yang lain. Dia akan memberi, jika diminta, dan tetap memberi meski tidak diminta. Salah satu kebaikan-Nya, menurut penjelasan Abu Sulaiman al-Khothobi [rohimahu] , “Dia sudah lebih dulu memberi nikmat sebelum waktunya, memberi tanpa meminta imbalan, mengampuni dosa, dan memaafkan orang yang berbuat salah. Oleh karena itu, seseorang harus selalu berdoa, ‘Wahai dzat yang mulia ampunan-Nya.’ Wujud keluhuran ampunan-Nya tampak ketika hamba itu bertobat dari kesalahan yang telah dilakukannya, maka Dia akan menghapuskannya dan menuliskannya sebagai kebaikan.”

Apabila kita katakan, al-Karim adalah yang banyak kebaikan dan pemberiannya. Maka siapa yang paling banyak kebaikannya daripada Alloh [swt] karena meratanya kekuasaan-Nya serta luasnya pemberian-Nya, bahkan kebaikan seluruhnya ada pada kedua tangan-Nya.

Apabila kita katakan, sesungguhnya Dia yang selalu memberikan kebaikan. Maka, pada hakikatnya adalah milik Alloh [swt] semata. Kerena segala sesuatu akan terputus, kecuali Alloh [swt] beserta kebaikan-Nya. jadi, sesungguhnya kebaikan-Nya akan terus ada dan bersambung di dunia dan akhirat.

Apabila kita katakan, sesungguhnya al-Karim maknanya adalah Yang Maha Memuliakan, memberi nikmat dan karunia, maka adakah yang dapat memuliakan, memberi nikmat dan karunia selain Alloh [swt] semata, yang di tangan-Nya kunci-kunci langit-langit dan bumi dan perbendaharaan segala sesuatu. Karunia semuanya ada di tangan-Nya, dia memberikannnya kepada yang Dia kehendaki. Alloh [swt] adalah Maha memiliki karunia yang agung. Barangsiapa yang tidak dimuliakan oleh Alloh [swt], maka siapa yang dapat memuliakannya. Firman-Nya:

 “…Barangsiapa yang dihinakan Alloh Maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Alloh berbuat apa yang Dia kehendaki.”  (QS. al-Hajj [22]: 18)

 Apabila kita katakan, maknanya adalah yang memberi tanpa pamrih, maka tidak ada yang demikian, kecuali Alloh semata. Makhluk semuanya adalah milik-Nya. kerajaan juga hanya milik-Nya. Pemberitaan juga hanya dari-Nya. Hamba-hamba tidak bisa mencapai derajat tertentu hingga dapat memberi-Nya manfaat sedikit pun. Dia Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Apabila kita katakan, maknanya adalah Yang Maha Memberi orang yang membutuhkan dan yang tidak membutuhkan, maka Alloh semata yang memberi kepada orang yang membutuhkan kebutuhannya dan menambahnya lagi sebagai bentk kenikmatan dan karunia.

Apabila kita katakan, maknanya adalah yang apabila berjanji pasti menepati. Sesungguhnya setiap yang berjanji mungkin ada yang menepati dan mungkin tidak menepati lantaran ada udzur (alasan). Sedangkan Alloh  selalu jujur dalam berjanji karena keumuman kekuasaan-Nya dan keagungann kerajaan-Nya. Tidak ada yang dapat mencegah siapa yang Alloh [swt] beri dan tidak ada yang dapat memberi siapa yang Dia cegah.

Apabila kita katakan, maknanya adalah yang diangkat kepada-Nya setiap kebutuhan yang kecil maupun yang besar, maka Allohlah semata yang berhak menyandangnya. Firman-Nya:

“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.”  (QS. ar-Rohman [55]: 29)

Apabila kita katakan, maknanya adalah yang tidak menyia-nyiakan orang yang memohon perlindungan kepada-Nya. Dia adalah Alloh yang telah berfirman tentang diri-Nya:

“…Tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.”  (QS. al-Kahfi []: 30)

Alloh [swt] al-Karim Kepada Bani Adam

Alloh [swt] memang al-Karim, karena telah melebihkan kita keturunan Adam dan memuliakan kita di atas makhluk lain. Alloh [swt] berfirman:

“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”  (QS. al-Isro’ [17]: 70)

Namun banyak dari anak turun Adam tertipu dengan kebaikan Alloh [swt] itu. Mereka tidak menjalankan hak Alloh [swt], hak untuk beribadah dan taat kepadanya. Mereka justru durhaka dan kufur kepada-Nya. Alloh [swt] berfirman:

“Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Robbmu yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. Bukan hanya durhaka saja, bahkan kalian mendustakan hari pembalasan. Padahal Sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu). Yang mulia (di sisi Alloh) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaan kalian itu).” (QS. al-Infithor [82]: 6-11)

Rahasia para Peraih Kemuliaan

Sebab teragung untuk mendapatkan kemuliaan Yang Maha Mulia adalah dengan bertakwa kepada Alloh [swt]. Baik ketika sendiri ataupun dalam keadaan ramai. Jadi, orang yang paling mulia disisi-Nya adalah yang paling bertakwa di antara hamba-hamba-Nya.

“…Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Alloh ialah orang yang paling taqwa diantara kalian. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujurot [49]: 13)

Semoga Alloh [swt] menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan para Wali-Nya yang mulia. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Memperkenankan permohonan hamba-Nya. Wallohu ta’ala a’lam

(Red-HASMI)

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *